Aspirasi itu disampaikan keluarga korban dalam demo yang digelar di kantor DPRK Sorong pada Kamis (23/1/2025). Massa membentangkan spanduk yang berisi tuntutannya kepada anggota dewan.
"Aksi tersebut bertujuan agar mendesak DPRK Sorong, segera membentuk pansus untuk pencari fakta kematian Kesia di Pantai Saoka," kata koordinator aksi Zainudin Madamar kepada wartawan.
Madamar mengatakan, kasus Kesia hingga kini masih misteri. Pihak keluarga curiga masih ada yang belum jelas lantaran banyak keterangan yang berbeda saat rekonstruksi digelar.
"Bagi kami masih banyak kejanggalan seperti kronologi hingga rekonstruksi belum jelas, sebab diduga pelaku ini tidak hanya satu orang tapi bisa lebih. Aksi ini diikuti oleh warga Maluku dan keluarga Sulawesi Utara, yang merasa tersakiti dengan adanya kejadian itu," tuturnya.
Sementara itu, Ketua DPRK Sorong, Jhon Lewerissa menegaskan pihaknya dalam waktu dekat akan mengadakan rapat. Rapat tersebut untuk menyikapi aspirasi dari masyarakat Maluku.
"Setelah ini DPRK akan segera membentuk Pansus Investigasi. Kita percaya ke depan kebenaran akan keluar mencari jalannya agar muncul ke depan publik Kota Sorong," tegas Jhon.
Sebelumnya diberitakan, rekonstruksi kasus pembunuhan tersebut digelar di Lantamal XIV Sorong pada Senin (20/1). Ibu korban, Aminah meminta agar kejanggalan dalam rekonstruksi harus diungkap.
"Ada kejanggalan dalam rekonstruksi ini. Masalah ini diusut, saya minta tuntas. Kalau bisa karena saya orang rakyat kecil, orang susah, jadi saya minta kalau bisa Bapak Presiden juga bisa melihat hal ini karena ini sudah menyangkut martabat perempuan," beber Aminah.
(sar/ata)