Uang Palsu di UIN Makassar Dicetak Pakai Teknik Printer Inkjet-Sablon

Uang Palsu di UIN Makassar Dicetak Pakai Teknik Printer Inkjet-Sablon

Nur Hidayat Said - detikSulsel
Minggu, 29 Des 2024 10:30 WIB
Penampakan mesin cetak berukuran raksasa yang disita polisi terkait pengungkapan kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar. Reinhard Soplantila/detikSulsel
Foto: Penampakan mesin cetak berukuran raksasa yang disita polisi terkait pengungkapan kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin Makassar. (Reinhard Soplantila/detikSulsel)
Makassar -

Bank Indonesia (BI) menyebut sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), menggunakan teknik cetak printer inkjet dan sablon. BI memastikan uang palsu yang ditemukan memiliki kualitas rendah.

"Uang palsu tersebut dicetak dengan menggunakan teknik cetak inkjet printer dan sablon biasa, sehingga tidak terdapat pemalsuan menggunakan teknik cetak offset sebagaimana berita yang beredar," ujar Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim dalam keterangannya, Minggu (29/12/2024).

Marlison mengatakan, mesin yang diamankan sebagai barang bukti dalam kasus ini merupakan mesin percetakan umum biasa dan bukan mesin pencetakan uang. Dia juga memastikan tidak ada unsur pengaman uang yang berhasil dipalsukan baik benang pengaman, watermark, dan electrotype.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gambar UV hanya dicetak biasa menggunakan sablon, serta kertas yang digunakan merupakan kertas biasa. Dengan demikian, dapat dikatakan uang palsu tersebut berkualitas sangat rendah seperti temuan uang palsu pada kasus-kasus sebelumnya," tegasnya.

Bank Indonesia kata Marlison, siap mendukung pihak Polri untuk melakukan penelitian terhadap seluruh barang bukti dugaan uang palsu pada kasus pemalsuan uang di Gowa. Pihaknya turut menyinggung soal temuan atau kabar uang beredar yang diduga palsu.

ADVERTISEMENT

Marlison membeberkan, berdasarkan penelitian BI terhadap setiap temuan uang palsu, diketahui kualitas uang palsu yang diproduksi selama ini masih relatif sangat rendah. Kata dia, temuan uang palsu dapat diidentifikasi dengan mudah oleh masyarakat melalui metode 3D (dilihat, diraba, diterawang).

"Bank Indonesia memandang bahwa kasus pemalsuan uang secara umum memanfaatkan kelengahan masyarakat untuk melakukan kejahatan dibandingkan dengan menggunakan teknologi canggih untuk produksi uang palsu," ucap Marlison.

Di sisi lain, BI mencatat rasio temuan uang palsu sepanjang tahun 2024 hanya 4 lembar per satu juta uang beredar (4 ppm). Angka itu menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2022 dan 2023 pada 5 ppm, 2021 pada 7 ppm, dan 2020 pada 9 ppm.

"Bank Indonesia terus berupaya melakukan penguatan kualitas uang rupiah sebagai bagian dari strategi preemtif dalam penanggulangan uang palsu agar desain uang Rupiah semakin mudah dikenali dan menyulitkan pemalsuan," tutur Marlison.

Sebelumnya diberitakan, Polres Gowa kembali menetapkan satu tersangka kasus uang palsu setelah 17 tersangka ditahan lebih dulu. Satu tersangka yang dimaksud adalah pengusaha bernama Annar Sampetoding.

"Statusnya sudah tersangka," ujar Kapolres Gowa AKBP Reonald TS Simanjuntak kepada wartawan, Sabtu (28/12).

Namun Annar kini dibantarkan ke Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Makassar karena sakit. Polisi melakukan pengamanan ketat selama Annar menjalani perawatan.

"Memang (tersangka Annar) ada riwayatnya jantungnya kemudian ada riwayat prostatnya juga jadi hari ini untuk tersangka dengan inisial ASS kita bantarkan sampai beberapa hari kita lihat kondisi yang bersangkutan," jelasnya.




(sar/ata)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads