Polisi mengatakan santriwati yang diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum guru di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengalami trauma. Sejumlah orang tua santri pun kini ramai-ramai memulangkan anaknya usai kasus tersebut mencuat.
"Itu anak-anak diambil sama orang tuanya karena ada yang trauma," ujar Kanit PPA Satreskrim Polres Maros Ipda Rahmatia kepada wartawan, Rabu (4/12/2024).
Rahmatia menuturkan orang tua santri menjadi khawatir usai kasus ini terungkap. Sejumlah orang tua kemudian memilih memulangkan anaknya dari pesantren meski bukan korban pelecehan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetap berjalan di pondok pesantren, tetapi orang tua yang takut walau bukan jadi korban dia ambil. Korban ada dari Makassar dan ada juga dari Maros," ungkapnya.
Rahmatia menambahkan proses belajar di pesantren tetap berjalan. Para santri pun dijadwalkan mengikuti ujian pada Sabtu (7/12) besok.
"Tapi besok harus masuk karena mau ujian, karena hari Sabtu mereka mau ujian," bebernya.
Diketahui, kasus ini terungkap setelah seorang santriwati berusia 13 tahun melaporkan perbuatan oknum guru berinisial AH (20) kepada orang tuanya. Oknum guru tersebut lalu dilaporkan ke polisi pada pada Senin (2/12).
Polisi yang menerima laporkan kemudian melakukan serangkaian pemeriksaan dalam proses penyelidikan. Hasilnya, santriwati korban pelecehan AH tidak hanya satu orang.
"Korban semuanya 20 orang," ujar KBO Satreskrim Polres Maros Iptu Mukhbirin kepada detikSulsel, Rabu (4/12).
(hsr/asm)











































