Ibu muda bernama Iftahurrahman (24) di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) yang tega menganiaya anak tirinya, Ahmad Nizam Alfahri (6) hingga tewas telah menjalani pemeriksaan. Pelaku ternyata iri dengan korban karena mendapat perhatian lebih dari ayahnya atau suami pelaku.
Korban sebelumnya dilaporkan tewas setelah dianiaya di rumahnya di Kelurahan Parit Tokaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Selasa (20/8). Namun, mayat korban baru ditemukan di dalam karung, Kamis (22/8) sekitar pukul 19.05 WIB.
Setelah kasus pembunuhan ini terungkap, polisi kemudian mengamankan pelaku yang merupakan ibu tiri korban. Kepada penyidik, pelaku akhirnya mengungkap alasan menelantarkan hingga menganiaya korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Motif pelaku dari pengakuannya merasa iri kepada korban Nizam karena suami pelaku lebih memperhatikan korban daripada pelaku dan anak hasil pernikahan dengan Ichan, ayah korban," ungkap Kabid Humas Polda Kalbar Kombes Raden Petit Wijaya kepada detikcom, Rabu (28/8/2024).
Petit mengaku pihaknya masih mendalami tindakan kekerasan yang dilakukan pelaku ke korban. Sebab tidak menutup kemungkinan pelaku sering menganiaya korban sebelum meninggal dunia.
"Untuk seberapa sering yang bersangkutan melakukan penganiayaan masih akan didalami," ucapnya.
Tengkorak Kepala Korban Retak
Petit mengungkap pihaknya juga telah menggelar prarekonstruksi kejadian ini pada Sabtu (24/8). Hasilnya pelaku terbukti mendorong korban dengan kedua tangannya hingga jatuh ke lantai.
"Itu prarekonstruksi, ada 37 adegan. Yang pasti bahwa tersangka sudah mengakui saat kejadian tanggal 19 hingga ditemukannya korban, tersangka melakukan penganiayaan antara lain mendorong dengan kedua tangannya kepada korban hingga korban jatuh ke lantai," katanya.
Peristiwa itu membuat korban mengalami retak pada tulang tengkorak kepalanya. Petit menuturkan trauma tersebut menyebabkan terjadinya pendarahan dan pembengkakan pada otak korban.
"Adanya trauma benda tumpul pada bagian kepala menyebabkan retaknya tulang tengkorak sebelah kiri," uangkapbya.
"Hal tersebut menjadikan peningkatan tekanan darah dalam rongga otak kepala yang menekan pusat pernapasan di batang otak dan menyebabkan gagal napas," lanjutnya.
(hsr/ata)