Beredar Video Pilot Susi Air Tawanan OPM Minta TNI Tak Pakai Pesawat Tempur

Beredar Video Pilot Susi Air Tawanan OPM Minta TNI Tak Pakai Pesawat Tempur

Juhra Nasir - detikSulsel
Sabtu, 13 Apr 2024 13:10 WIB
Beredar video terbaru pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens yang disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga.
Foto: Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens. (dokumen istimewa)
Nduga -

Beredar video terbaru pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens yang disandera oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Dalam video tersebut Philip meminta TNI tidak menggunakan pesawat tempur dalam upaya pembebasannya.

Berdasarkan video yang dilihat detikcom pada Sabtu (13/4/2024), Philip tampak menggunakan baju lengan pendek warna hitam. Dalam video yang berdurasi 1 menit 30 detik itu, Philip meminta TNI berhenti melepaskan bom udara.

"Saya di sini, TNI Tentara Negara Indonesia, pakai pesawat tempur melepas bom besar. Orang-orang di sini minta tolong jangan pakai pesawat tempur, jangan pakai bom," kata Philip dalam video tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Philip juga turut meminta bantuan negara asing bicara dengan pemerintah Indonesia terkait penggunaan pesawat tempur. Dia ingin negara asing membangun komunikasi dengan pemerintah Indonesia.

"Tidak pakai pesawat, tidak pakai bom besar, jangan begitu, tolong berhenti. Negara-negara asing, negara di luar tolong bantu, tolong bicara dengan Indonesia, bicara dengan mereka tolong jangan pakai bom besar, tidak boleh begitu," katanya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Kasatgas Humas Operasi Damai Cartensz AKBP Bayu Suseno membenarkan bahwa video tersebut adalah Philip Mark Mehrtens. Dia juga menyebut Philip bersama Egianus Kogoya dalam video tersebut.

"Iya memang benar (video beredar) itu Egianus Kogoya dan Pilot Philip Marten," kata AKBP Bayu saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (13/4).

Diketahui, Philip Mark Merhtens disandera kelompok Egianus Kogoya sejak 7Februari2023. Upaya pembebasan masih terus dilakukan hingga saat ini.




(hsr/asm)

Hide Ads