Sekelompok massa menyerang Gedung Emeneme Yaware di Kabupaten Mimika, Papua Tengah gegara protes hasil rekapitulasi Pemilu 2024. Massa melempar menggunakan batu dan menerobos masuk ke gedung tersebut.
Aksi penyerangan ini terjadi di Gedung Emeneme Yaware, Kota Timika, Kabupaten Mimika, Jumat (8/3) sekitar pukul 21.00 WIT. Saat itu di gedung tersebut sedang dilaksanakan pleno rekapitulasi tingkat Kabupaten Mimika.
"Sekitar 70 orang massa melakukan aksi anarkis dengan melempari batu dan menerobos pintu gerbang Gedung Emeneme Yaware," ujar Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra dalam keterangannya, Sabtu (9/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
I Gede Putra mengungkap, aksi ini diduga dilakukan oleh kelompok massa yang berasal dari salah satu calon legislatif (caleg). Kelompok massa tidak terima atas hasil penghitungan suara yang diperoleh caleg tersebut.
"Aksi anarkis ini diduga dipicu oleh ketidakpuasan massa yang kemungkinan berasal dari salah satu calon legislatif (caleg) terkait proses rekapitulasi penghitungan suara pada pleno tingkat kabupaten," ungkapnya.
Dia menjelaskan, aksi penyerangan ini sendiri akhirnya bisa diredam oleh aparat yang berjaga di Gedung Emeneme Yaware tersebut. I Gede Putra menyebut, aksi penyerangan itu baru berakhir setelah 30 menit kemudian.
"Aparat keamanan dengan sigap merespons situasi tersebut dan berhasil menghentikan aksi massa setelah setengah jam berlalu," jelasnya.
Lebih lanjut, I Gede mengatakan usai melakukan penyerangan, kelompok massa tersebut langsung membubarkan diri. Sedangkan aparat keamanan langsung berpatroli untuk mencegah aksi serupa yang terjadi di tempat lain.
"Massa telah membubarkan diri, dan aparat keamanan terus berjaga serta berpatroli di titik-titik rawan untuk mencegah kemungkinan terjadinya aksi serupa di tempat lain," imbuhnya.
Terkait insiden penyerangan ini, I Gede Putra mengimbau kepada masyarakat untuk membicarakan masalah ini secara lebih baik. Pasalnya, dia tak ingin aksi ini kembali terjadi di saat proses tahapan Pemilu masih sementara berlangsung.
"Agar situasi ini dapat diselesaikan melalui pembicaraan, sehingga tidak terulang lagi aksi-aksi yang dapat mengganggu proses pemilihan umum yang sedang berlangsung," pungkasnya.
(ata/sar)