Polisi masih terus menyelidiki pelaku di balik kasus pembunuhan sadis ayah dan anak di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Sejumlah saksi dimintai keterangan untuk mengungkap identitas pelaku pembunuhan.
"Sudah ada lebih dari 1 kami mintai keterangan (sebagai) saksi," ujar Kasat Reskrim Polres Maros Iptu Slamet kepada detikSulsel, Sabtu (9/12/2023).
Slamet mengatakan pihaknya belum dapat mengungkap perkembangan hasil penyelidikan. Dia juga enggan membeberkan lebih jauh saat ditanya apakah kasus ini perampokan atau pembunuhan murni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum bisa diberikan kesimpulan, masih proses," kata Iptu Slamet.
Namun dia memastikan pihaknya tidak kendala dalam menyelidiki pelaku. Dia berjanji pihaknya segera menyampaikan informasi terbaru bila ada perkembangan signifikan.
"Nanti update setelah ini, bisa kita update," kata Iptu Slamet.
Seperti diketahui, ayah dan anak bernama Makmur (53) dan Abdillah (27) dibunuh pria misterius di lantai 2 rumahnya, Jalan Poros Makassar-Parepare, Kawasan Maccopa, Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, Maros, Rabu (6/12). Detik-detik pembunuhan sempat diintip oleh putri korban inisial UH (22) dan AN (17).
Berdasarkan keterangan saksi AN, dia awalnya tidur di dalam kamar dan tiba-tiba terbangun karena mendengar suara keributan. AN mengatakan ayahnya memang terkadang ribut jika sedang marah, namun suara keributan pada saat kejadian agak lain dari biasanya.
"Saya terbangun mendengar kerusuhan yang kayak besar sekali," ujar AN saat ditemui detikSulsel di Maros, Rabu (6/12/2023) malam.
AN yang penasaran bergegas keluar rumah dan menemukan kakaknya, UH sedang mengintip ke lantai 2 dari tangga. Makmur dan putranya yang berduel melawan pelaku akhirnya menyadari hal tersebut sehingga langsung berteriak kepada kedua putrinya agar segera mencari perlindungan.
"Kakak saya mendengar bapak bilang teriak jangan turun. Jadi saya sama kakak saya langsung ke kamar saya," kata AN.
UH dan AN akhirnya masuk ke dalam kamar di lantai 3 dan membuat pertahanan untuk berjaga-jaga jika pelaku berusaha masuk. Kedua bersaudara itu menutup pintu rapat-rapat dan tak berani keluar kamar.
"(Kakak saya UH) tahan pintu, saya kasi jaket warna yang gelap hitam sama abu-abu di sela pintu supaya dikira enggak ada orang atau mungkin masih tidur begitu," kata AN.
Simak di halaman berikutnya...
Keduanya terus berusaha tenang di dalam kamar dan berusaha untuk mencari pertolongan. Keduanya lantas berinisiatif menelepon keluarganya.
"Yang pertama saya telepon itu tante Nani, adik bapak," kata AN.
Setelah menyampaikan apa yang terjadi, UH dan AN lanjut menghubungi call center aparat kepolisian. Keduanya juga menjelaskan hal yang sama.
"Lalu untungnya diangkat (oleh polisi), saya melapor ini itu mereka bergerak ke lokasi. Setelah 15 menit suara mulai reda," katanya.
Kendati suara sudah mulai reda, AN dan UH tetap tidak berani keluar dari kamar. Mereka baru berlari ke lantai 2 rumah setelah mendengar suara teriakan pamannya yang bernama Udin.
"Jadi setelah mendengar teriakan itu kita berdua sadar kalau pelakunya sudah tidak ada. Jadi langsung turun keluar kamar ke lantai dua," katanya.
Setibanya di lantai dua, AN dan UH menemukan ayah dan kakaknya tergeletak dalam kondisi berlumuran darah. Hal itu membuat keduanya menjadi syok dan kembali ke lantai 3.
"Saya naik sebentar untuk nenangin diri baru beberapa menit kemudian saya turun dan sudah lihat ada polisi. Langit sudah mulai cerah," katanya.