Sosok Makmur Pengusaha Roti Maros Tewas Dibunuh Bareng Anaknya di Maccopa

Sosok Makmur Pengusaha Roti Maros Tewas Dibunuh Bareng Anaknya di Maccopa

Muhammad Darwan - detikSulsel
Kamis, 07 Des 2023 11:10 WIB
Rumah ayah dan anak korban pembunuhan di Maros. Sulsel.
Foto: Rumah ayah dan anak korban pembunuhan di Maros. Sulsel. (Muhammad Darwan/detikSulsel)
Maros -

Pria bernama Makmur (53) dan putra sulungnya, Abdillah (27) tewas dibunuh pria misterius yang memasuki rumahnya di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Makmur merupakan seorang pengusaha roti maros.

"Iya pembuat roti Maros," ujar putri bungsu korban, AN (17) saat ditemui detikSulsel di Maros, Rabu (6/12/2023) malam.

AN mengatakan ayahnya memiliki dua orang karyawan yang membantunya membuat roti. Kedua karyawan itu merupakan wanita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karyawan 2, beberapa bulan terakhir 1 orang keluar. Kalau masalah (alasan karyawan keluar) mungkin sulit kerjain roti," kata AN.

AN meyakini ayahnya tidak sedang terlibat permasalahan dengan orang lain. Dia juga meyakini hal serupa terhadap kakaknya, Abdillah.

ADVERTISEMENT

"Bapak saya sering bantu orang. Kalau ada masalah pun dia bicarakan baik-baik. Kakak saya jarang keluar karena membatu buat roti," kata AN.

Pembunuhan Makmur bersama putranya Abdillah terjadi pada Rabu (6/12) subuh hari di rumahnya di Kawasan Maccopa, Kelurahan Taroada, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros. Ayah dan anak itu ditemukan tewas bersimbah darah di lantai dua rumahnya.

Saat kejadian, AN sedang tidur di lantai 3 rumah dan tiba-tiba terbangun karena mendengar keributan. Dia yang penasaran bergegas keluar kamar dan menemukan kakak perempuannya, UH (22) sedang mengintip ke lantai 2 rumah.

"Saya tahunya sekitar jam setengah 5, saya terbangun mendengar kerusuhan yang kayak besar sekali," ujar AN.

UH yang sejak awal mengintip tidak menyadari adiknya terbangun dan berada di belakangnya. Namun korban Makmur yang sedang berduel dengan pelaku menyadari kedua putrinya sedang mengintip sehingga menyuruh keduanya untuk segera berlindung.

"(Kakak saya UH) na (dia) tahan pintu, saya kasi jaket warna yang gelap hitam sama abu-abu di sela pintu supaya dikira enggak ada orang atau mungkin masih tidur begitu," kata AN.

AN dan UH kemudian menenangkan diri di kamar sembari berusaha menghubungi keluarganya. Tak sampai di situ, AN juga bergegas menelepon aparat kepolisian dan direspons pada percobaan kedua.

"Saya telepon polisi lagi, lalu untungnya diangkat saya melapor ini itu mereka bergerak ke lokasi. Setelah 15 menit suara mulai reda," katanya.

Menurut AN, dia dan kakaknya tetap berlindung di dalam kamar kendati tak terdengar lagi keributan di lantai 2. Keduanya baru berani keluar kamar setelah mendengar suara teriakan pamannya yang bernama Udin.

"Jadi setelah mendengar teriakan itu kita berdua sadar kalau pelakunya sudah tidak ada. Jadi langsung turun keluar kamar ke lantai dua," katanya.

AN dan UH menemukan ayah dan kakaknya dalam kondisi mengenaskan. Hal ini membuat keduanya menjadi syok.

"Mereka sudah berlumuran darah. Setelah itu saya naik sebentar untuk nenangin diri baru beberapa menit kemudian saya turun dan sudah lihat ada polisi. Langit sudah mulai cerah," katanya.




(hmw/nvl)

Hide Ads