Gregorius Ronald Tannur (31) menangis histeris setelah mengetahui perempuan yang dia aniaya, Dini Sera Afrianti alias Andini (27) dinyatakan tewas. Kuasa Hukum keluarga Dini, Dimas Yemahura menilai tangisan Ronald hanyalah gimik semata karena takut ditahan.
Melansir dari detikJatim, Ronald diketahui menangis saat di rumah sakit usai Dini dinyatakan tewas pada Rabu (4/10). Tangisan Ronald juga terdengar saat konferensi pers dirinya ditetapkannya sebagai tersangka di Mapolresta Surabaya.
Dimas awalnya menanggapi soal beredarnya rekaman Ronald yang tertawa saat menganiaya Dini. Menurutnya, hal tersebut merupakan cara Ronald untuk menutupi tindakannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi begini, ada fase-fase orang itu memahami apa yang dia lakukan itu ternyata benar ataupun salah. Seperti pada saat dia merekam itu saya menilai rekaman dia yang ketawa-ketawa itu adalah bentuk kepanikan dia dan juga bentuk cara dia untuk menutupi alibinya, soalnya dia tidak mengetahui apa yang dia lakukan terhadap korban, itu yang pertama," kata Dimas, Sabtu (7/10/2023).
Dimas kemudian menyinggung soal beredarnya video tangisan Ronald yang beredar. Dimas menilai Ronald menangis karena takut ditahan.
"Yang kedua saat dia menangis saat konferensi pers, saya menilai tangisan dia adalah tangisan karena dia takut untuk ditahan dan takut menjalani proses hukum. Karena sudah jelas-jelas secara hukum dia terbukti melakukan perbuatan itu jadi saya menilai penyesalan yang dia perlihatkan itu, saya tidak melihat atau merasa ada penyesalan itu," beber Dimas.
Dimas melanjutkan Ronald hanya takut menjalani proses hukum yang menjeratnya. Dia juga menyebut Ronald tidak menunjukkan rasa penyesalan sedikitpun saat Dini tewas akibat ulahnya.
"Dia hanya takut menjalani proses hukum, itu saja arti tangisannya. Karena seharusnya kalau dia mengakui salah saat konferensi pers itu dia harus ngomong dia menyesal tapi dia tidak ngomong menyesal. Bahkan saat si Adin mati pun dia tidak menunjukkan penyesalan apapun," imbuh Ronald.
Dimas mengungkapkan Ronald belum meminta maaf kepada keluarga Dini. Berbeda dengan keluarga Ronald yang diketahui sudah meminta maaf.
"Pelaku belum, nggak ada. Kalau keluarga ada sudah ada komunikasi tapi kembali lagi komunikasi itu sudah langsung saya batasi komunikasi. Saya mau berkomunikasi tapi berkomunikasi ini tidak untuk mengintervensi proses hukum yang berjalan," katanya.
Walaupun keluarga Ronald sudah meminta maaf, Dimas menegaskan proses hukum akan tetap berjalan. Menurutnya kasus ini sudah tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan.
Sementara itu, Psikolog klinis dan forensik Surabaya Riza Wahyuni SPsi MSi menilai aksi tangis dan kebengisan Ronald tak bisa disebut serta merta sebagai seorang psikopat. Menurutnya, hal itu harus dilakukan melalui pemeriksaan yang mendalam.
"Tidak bisa melihat (psikopat atau tidak) karena saya tidak memeriksa, belum ada panggilan untuk pemeriksaan. Apakah dia psikopat, ya harus dilihat terlebih dulu," kata Riza, Sabtu (7/10).
Dia mengatakan bisa saja Ronald melakukan aksinya dengan sadar. Sebab meski dalam kondisi mabuk usai mengonsumsi alkohol bukan menjadi alasan menganiaya Dini hingga tewas.
"Tapi kan bukan berarti dia boleh melakukan hal seperti itu. Kan infonya mabuk, ini perlu pemeriksaan lebih detail untuk melakukan pemeriksaannya," ujarnya.
Namun dirinya tak menutup kemungkinan soal Ronald yang bisa saja merupakan seorang psikopat. Dia mengatakan perlunya pemeriksaan untuk mengetahui lebih jelas soal psikis Ronald.
"Tapi apakah kemungkinan (psikopat), ya bisa mungkin. Bisa iya, bisa tidak. Apakah betul di bawah pengaruh miras, apa dia memang bagian personality yang bermasalah. Bagi saya butuh pemeriksaan yang lebih lengkap," jelasnya.
Riza kemudian menyinggung hubungan antara Ronald dan Dini selama 5 bulan bisa dibilang toxic relationship. Hal ini lantaran Dini sempat menceritakan kelakuan Ronald ke temannya bahkan sudah diperingatkan.
"Artinya, dia (Ronald) sebenarnya sudah punya perilaku agresif yang kita gak tahu sama pasangan sebelumnya. Kalau Bu Riza lihat umurnya sudah 31 tahun, artinya di dalam dirinya ada agresifitas tinggi," katanya.
Selain itu, Riza juga mengungkapkan bisa jadi ada masalah pada masa kecil atau masa lalunya di dalam keluarganya. Akibatnya hal tersebut bisa juga dilakukannya kepada kekasihnya.
"Bisa saja dia kehilangan kasih sayang, merasa sendiri, merasa tidak dihargai. Itu kan bisa membentuk kepada perilaku orang sekarang. Artinya, kalau kita melihat seperti itu, dia memiliki kepribadian seperti apa, kita ga bisa nebak, karena kita harus mengetahui kepribadian harus berhadapan langsung. Tapi apakah bibit melakukan kekerasan itu ada kalau dilihat dengan 5 bulan kenal kayaknya bibitnya ga ada," ungkapnya.
"Kasus Ronald itu sampai akhirnya melakukan. Kita tidak tahu, karena tidak memeriksa lebih rinci. Apakah dijatuhkan atau jatuh sendiri. Problemnya Ronald tidak melakukan pertolongan secepat mungkin, bahkan setahu saya di video, di video itu lucunya satpam tidak menolong, itu aneh. Malah yang ngevideoin ketawa-ketawa, itu aneh. Memang perlu pemeriksaan lebih lanjut," sambungnya.
(urw/sar)