Oknum kepala sekolah SD bernama Hajja Nuraeni di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) diadukan ke polisi atas kasus penganiayaan terhadap siswa. Total ada lima orang siswa yang mendapat perlakuan kekerasan itu.
"Total ada lima orang sama adek saya (yang dianiaya)," kata salah satu wali siswa, Ade kepada wartawan, Sabtu (5/8/2023).
Pengaduan tindak kekerasan ini dibuat Ade di Polres Polman, Sabtu (5/8). Ade turut serta membawa adiknya berinisial AR (10) yang mengaku telah menjadi korban tindak kekerasan sang kepala sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ade, tindak kekerasan ini terjadi di SDN 053 Sarampu, Desa Tonyaman, Kecamatan Binuang, pada Kamis (3/8). Bermula ketika korban AR bersama empat temannya kembali ke kelas usai jajan di luar sekolah.
"Setelah kembali ke kelas, kepala sekolah langsung panggil adik saya ke depan beserta dua temannya. Tapi cuman adek saya yang maju ke depan, setelah itu tanpa berkata apa, tiba-tiba adik saya ditampar pipi sebelah kanannya, dan setelah itu rambutnya ditarik terus didorong ke meja hingga mengenai jidat," ungkapnya.
Ade mengatakan tindakan serupa juga dilakukan kepala sekolah terhadap empat siswa lain. Saat itu keempat siswa turut bersama AR jajan di luar sekolah.
"Terus dia minta (AR) untuk menunjuk beberapa temannya (yang jajan di luar), setelah menunjuk temannya ini didatangi satu-satu, ada yang ditampar satu kali, ada yang sampai dua kali kembali-kembali, terus ada yang sampai terkencing-kencing karena saking kagetnya," terangnya.
Ade mengaku tidak mengetahui penyebab sehingga kepala SDN 053 Sarampu itu melakukan tindak kekerasan terhadap lima siswanya. Dia menduga sang kepala sekolah kesal karena sejumlah siswa mengabaikan imbauannya agar jajan di kantin sekolah.
"Mungkin karena jajan di luar sekolah. Soalnya sebelumnya para murid ini dipanggil kepala sekolah terus diminta untuk belanja di kantin belakang sekolah. Terus adik saya dan temannya tidak belanja di kantin belakang sekolah karena jorok, terus dia dan temannya sembunyi-sembunyi belanja di kantin depan sekolah karena memang sudah sering belanja di situ," ujarnya.
Ade mengaku sengaja mengadukan tindak kekerasan ini kepada pihak berwajib agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Apalagi kejadian ini membuat adiknya merasa trauma hingga belum bersedia kembali ke sekolah.
"Harapannya agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Karena kejadian ini juga membuat sejumlah murid trauma dan takut ke sekolah," pungkasnya.
Terkait pengaduan itu, Kepsek SDN 053 Sarampu Hajja Nuraeni membantah telah melakukan penganiayaan terhadap 5 siswanya. Dia mengaku tidak pernah menampar apalagi menjambak rambut para murid.
"Tidak benar itu, saya tidak pernah menampar apalagi menarik rambut murid," ujar Nuraeni saat dikonfirmasi, Sabtu (5/8).
(asm/hsr)