Kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua melancarkan serangan terhadap 36 prajurit TNI pencari Pilot Susi Air Capt Philip Mark Mehrtens di Nduga, Papua Pegunungan. Terungkap, KKB menggunakan trik licik dengan memanfaatkan perempuan dan anak-anak untuk menyergap prajurit TNI.
Panglima TNI Yudo Margono mengatakan 36 prajurit TNI menjalankan operasi pencarian Pilot Susi Air di wilayah Mugi-Mam, Kabupaten Nduga pada Sabtu (15/4). Operasi pencarian dilancarkan setelah prajurit menerima informasi posisi pilot Susi Air di wilayah itu.
"Ceritanya kejadian tersebut berawal dari pasukan kita 36 sedang beroperasi mencari terhadap informasi adanya lokasinya pilot," kata Yudo dalam konferensi pers yang disiarkan secara langsung lewat kanal YouTube Puspen TNI, Selasa (18/4/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun operasi itu rupanya diketahui oleh KKB sehingga terjadi penyergapan berujung kontak tembak. Saat itulah KKB menggunakan perempuan dan anak-anak menyergap prajurit TNI.
"Di perjalanannya dihadang dan kontak tembak KST (KKB Papua) yang dalam kontak tembak tersebut mereka memanfaatkan masyarakat dan anak-anak untuk menyerbu. Dari tembakan, dari masyarakat khususnya ibu-ibu dan anak-anak untuk menyerbu dengan pasukan kita," kata Yudo.
Seorang prajurit, Pratu Miftahul Arifin kemudian terkena tembakan hingga jatuh ke jurang. Prajurit lainnya lantas berusaha mengevakuasi, namun mereka juga ditembaki sehingga prajurit mengambil posisi menghadang serangan.
"Pasukan kita dengan kondisi seperti itu ada salah satu yang jadi korban Pratu Miftahul Arifin jatuh ke jurang 15 meter kemudian ditolong. Saat pertolongan tersebut dilaksanakan oleh KST sehingga posisi kita bertahan," katanya.
Menurut Yudo, para prajurit saat itu dalam posisi dikeroyok oleh perempuan dan anak yang dilibatkan KKB. Kondisi ini membuat prajurit menjadi panik.
"Namun dari segala sisi mereka bersama masyarakat tadi, istilahnya kalau perang Jawa ngeroyok ramai-ramai sehingga pasukan kita mungkin panik sehingga terjadi seperti itu," katanya.
Kesaksian Prajurit Selamat
Dua prajurit yang selamat diterbangkan langsung dari Nduga menuju Mimika, Papua Tengah. Kedua prajurit itu lantas menceritakan kepada Yudo detik-detik KKB memanfaatkan wanita dan anak-anak untuk menyergap 36 prajurit TNI pencari pilot Susi Air.
"(2 prajurit selamat) mereka menceritakan bahwa kami dikepung dengan masyarakat dan anak-anak dengan teriak-teriak. Kemudian yang dari tiga sisi melaksanakan tembakan tembakan," kata Yudo.
Kedua prajurit itu menyebut bahwa KKB menggunakan penduduk pindahan untuk menyergap. Masyarakat yang dimanfaatkan, khususnya wanita dan anak-anak juga sempat berteriak.
"Penduduk di sini adalah penduduk pindahan yang digunakan untuk menyerang kita. Seperti yang saya sampaikan tadi ada masyarakat kemudian anak-anak dengan teriak-teriak, kemudian ada peluit dan sebagainya. Seolah-olah seperti, menakutkan lah, menakut-nakuti dengan masyarakat tadi," katanya.
Yudo mengakui pola penyergapan KKB yang melibatkan warga sipil itu membuat 36 prajurit bingung antara harus menembak atau tidak. Prajurit tidak pernah berhadapan dengan anak-anak.
"Kita kan juga begitu melihat tembakan kemudian melihat masyarakat seperti itu akhirnya terbawa tidak mau nembak. Mungkin mereka loh mau ditembak ternyata masyarakat atau anak-anak. Tapi kenyataannya mereka (KKB) membawa menggunakan teori seperti itu," kata Yudo.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.....
Kondisi 36 Prajurit yang Diserang KKB
Yudo mengkonfirmasi bahwa ada 36 prajurit yang diserang KKB. Satu orang di antaranya gugur, 5 terluka, 4 hilang dan 26 lainnya dalam kondisi sehat atau tanpa luka.
"Dari 36 prajurit kita yang melaksanakan patroli guna mencari keberadaan pilot Susi Air di jalan kita dihadang KKB dan terjadi kontak tembak. Kemudian dari kontak tembak tersebut pasukan kita cuma 1 meninggal," kata Yudo.
Sementara 5 prajurit yang terluka telah dievakuasi ke tempat aman. Mereka juga dilaporkan sehat usai dievakuasi.
Lebih lanjut, saat ini pihaknya masih berupaya melakukan pencarian terhadap 4 prajurit yang masih belum diketahui nasibnya.
"Yang masih belum terkonfirmasi sampai saat ini masih ada 4 personel," kata