Sebanyak 17 anak korban pelecehan ibu muda berinisial YS (20) di Kota Jambi menjalani pemeriksaan psikolog. Para korban pun dapat mengalami dampak jangka panjang yang sangat bahaya.
Melansir detikSumut, Sabtu (11/2/2023), Psikolog Medan, Irna Minauli menilai aksi pencabulan tersangka YS yang memaksa korbannya menonton video porno dan memegang organ sensitif pelaku sangat berbahaya. Sebab, anak dapat mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD).
"Jadi tindakan seperti itu bisa membuat anak (korban) jadi lebih cepat matang secara seksual sehingga dapat memiliki fantasi seksual yang berlebih," ucap Irna kepada detikSumut, Kamis (8/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, hal itu bisa membuat korban mungkin akan terobsesi pada seks seperti melakukan masturbasi berlebih. Korban juga bisa mengidap perilaku seksual lainnya.
"Mereka mungkin menjadi terobsesi pada seks sehingga melakukan masturbasi berlebih atau perilaku seksual lainnya," tutupnya.
Irna Minauli kemudian menduga pelaku terobsesi pornografi hingga memiliki hasrat seksual berlebih atau hiperseks karena senang menonton dan mengoleksi video porno.
Irna Minauli menegaskan, seseorang yang nonton film porno berlebihan dapat menimbulkan banyak kelainan seksual.
"Menonton film porno menyebabkan seseorang menjadi terobsesi pada seks dan cenderung mengurangi empatinya," kata Irna.
Kecenderungan menonton video porno tersebut juga membuat pelaku menjadi impulsif, tidak mampu menahan dorongan seksual dan merasa hasratnya harus segera dipuaskan.
Jika sudah mencapai taraf itu, pelaku memiliki kecenderungan tidak melihat situasi dan kondisi hingga siapa pun bisa dijadikan sasaran pemuas nafsunya.
"Dalam persoalan ini pelaku (YS) berkemungkinan memiliki hasrat seksual berlebih atau hiperseks. Dalam literatur psikologi kondisi ini dikenal sebagai nymphomania. Yakni, mereka memiliki hasrat seksual yang seolah tidak mudah terpuaskan," ungkapnya.
Menurutnya, umumnya pelaku hiperseks akan mencari kepuasan dari orang dewasa lain, baik yang sejenis atau lawan jenis. Namun dalam hal ini, pelaku merupakan perempuan, yang mungkin mengalami kesulitan untuk melakukannya dengan orang dewasa terkait juga dengan norma yang berlaku di Indonesia.
"Sehingga dia (tersangka) mengalihkan hasratnya pada anak-anak yang relatif lebih mudah dibujuk," sebutnya.
(hmw/hsr)