Penyerangan di Kantor Koperasi Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) membuat satu karyawan tewas. Seorang ibu rumah tangga (IRT) bernama Zainab yang rumahnya berdekatan dengan kantor koperasi itu mengaku sempat mendengar suara teriakan.
"Pas ada suara teriakan saya bangun, teriakan woi," kata Zainab kepada detikSulsel saat ditemui di lokasi di BTN Gangga Permai, Lingkungan Gangga, Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Gowa, Jumat (7/10/2022).
Zainab menceritakan suara teriakan itu terdengar di luar rumahnya sekitar pukul 01.53 Wita. Saat mendengar teriakan itu dirinya langsung bagun namun tak bergegas keluar rumah untuk mengecek. Dia tetap memilih berada di dalam rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain teriakan itu, Zainab juga mengaku mendengar suara seperti orang sedang berlari. Dan tak lama setelah mendengar suara tersebut tiba-tiba ada suara motor keluar meninggalkan kompleks tempat tinggalnya.
"Saya langsung kaget dan langsung saya lihat jam kenapa ada ribut-ribut, sekitar pukul 01.53 Wita. Pada saat ada teriakan woi itu ada mi kayak mengejar pakai kaki (suara kaki mengejar), tidak lama kemudian ada dua motor keluar (pergi meninggalkan kompleks). Suara teriakan ji dan motor saya dengar tidak ada suara kayak adu mulut dan lainnya," ujar Zainab.
Setelah mendengar teriakan itu Zainab mengaku tak langsung mengetahui telah terjadi pembunuhan sadis di samping rumahnya. Dia baru mengetahui kejadian tersebut setelah dikirimi pesan singkat oleh tetangganya yang merupakan isteri dari seorang anggota polisi.
Bahkan mengetahui hal itu Zainab juga mengaku belum keluar rumah dan memilih untuk membuat kue sebab tak lagi bisa melanjutkan tidurnya.
"Baru tahu sekitar jam 3 subuh dichat sama istrinya polisi (tetangga), bilang tetangga ta itu ada yang diparangi. Saya juga tidak keluar, saya dengar ji cerita-cerita pak polisi," ucapnya.
"Saya tidak keluar, saya juga tidak tahu bilang ada orang meninggal. Saat itu saya tidak bisa tidur tinggal ka main HP, pas adzan (subuh) saya bangun pergi bikin kue habis itu salat. Tidak lama setelah bikin kue saya dichat lagi sama ibu tadi bahwa meninggal langsung ma keluar. Liat lewat jendela, saya liat sudah ada garis polisi, sudah banyak orang. Tapi tetap saya tidak keluar saya lanjut bikin kue," Zainab melanjutkan.
Menurut Zainab, korban dan rekan-rekannya sebenarnya belum lama menetap dalam rumah yang dijadikan sebagai kantor koperasi tersebut. Selama berkantor di kompleks tersebut para karyawan koperasi juga disebut jarang berinteraksi dengan warga setempat sehingga tak ada satupun korban yang dikenali oleh Zainab.
"Selama beraktivitas di sini tidak ada yang berinteraksi sama warga di sini. Saya selama bertetangga tidak bertanya-tanya. Pas saya keluar juga saya lewat tidak ada juga senyum, jadi saya tida kenal siapa orangnya," tuturnya.
Selama beraktivitas pun rumah yang dijadikan kantor itu disebut baru mulai aktif menjelang malam hari. Ini karena karyawannya baru kelihatan dan suaranya terdengar pada malam hari. Sepengetahuan Zainab karyawan yang terdaftar di kantor tersebut kurang lebih 10 orang.
"Aktivitasnya seperti koperasi simpan pinjam. Rumah ini dijadikan kantor, aktivitasnya dia kebanyakan malam kumpul karena kalau siang semua keluar menagih. Kalau malam itu sekitar jam 10 jam atau 11 malam baru ribut. Biasa banyak orang kalau tengah malam," pungkasnya.
(hmw/nvl)