Jawaban Polri Atas Sederet Kejanggalan Kematian Brigadir Yosua Bagi Keluarga

Berita Nasional

Jawaban Polri Atas Sederet Kejanggalan Kematian Brigadir Yosua Bagi Keluarga

Tim detikNews,Tim detikSumut - detikSulsel
Rabu, 13 Jul 2022 06:00 WIB
Suasana olah TKP kasus penembakan di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Selasa (12/7/2022) pukul 23.00 WIB.
Foto: Suasana olah TKP kasus penembakan di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo (Rakha/detikcom)
Jakarta -

Pihak keluarga mempertanyakan sederet kejanggalan atas tewasnya Brigadir J atau Brigadir Novriansyah Yosua Hutabarat usai ditembak di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Jakarta Selatan. Polri kemudian merespons tudingan kejanggalan itu dengan sejumlah penjelasan.

Sederet kejanggalan dalam kasus tewasnya Brigadir Yosua disuarakan oleh kakak kandungnya, Yuni Hutabarat dan tantenya, Roslin setelah pihak keluarga menerima jenazah Brigadir Yosua di Jambi, Sabtu (9/7). Berikut kejanggalan yang dimaksud keluarga dan penjelasan Polri:

1. Kejanggalan Luka Sayatan

Tante Brigadir Yosua, Roslin mempertanyakan luka sayatan pada tubuh keponakannya. Roslin menilai seharusnya luka sayatan itu tidak pernah ada apabila Brigadir Yosua tewas karena adu tembak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi yang malam itu dari keterangan kepolisian Jakarta menyampaikan bahwasanya di kediaman Bapak Irjen Ferdy Sambo itu ada adu tembak, jadi kami nggak puas, kalau ada adu tembak otomatis nggak ada ini ada luka sayatan," ujar Roslin seperti dilansir dari detikSumut, Senin (11/7).

Menanggapi hal itu, Karo Penmas Divhumas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan luka sayatan yang dialami Brigadir Yosua justru akibat aksi adu tembak.

ADVERTISEMENT

"Ini hasil olah TKP dan bukti-bukti yang ada di lapangan sayatan itu diperkirakan hasil tembakan dari gesekan dari proyektil yang ditembakkan dari Bharada E ke Brigadir J," kata Brigjen Ahmad Ramadhan, dikutip dari detikNews, Senin (11/7).

2. Kejanggalan Jari Brigadir Yosua Putus

Keluarga juga mempertanyakan mengapa jari Brigadir Yosua sampai terputus. Menurut keluarga sedikitnya ada dua jari tangan Brigadir Yosua yang terputus.

"Ada dua jari tangannya yang putus," sebut Roslin.

Polri tak menampik soal jari tangan Brigadir Yosua yang putus. Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan jari putus akibat tembakan peluru.

"Tadi sudah saya jelaskan bahwa, saat Brigadir J melakukan penembakan terhadap Bharada RE, dia memegang senjatanya dengan menggunakan 2 tangan," ujar Budhi saat jumpa pers di kantornya di Jakarta Selatan, seperti dilansir dari detikNews, Selasa (12/7).

"Dan disampaikan pula tadi ada peluru yang kena ke jari Brigadir J itu sendiri yang kemudian tembus dan mengenai bagian tubuh yang lain," katanya.

Budhi juga memastikan jari Brigadir Yosua putus bukan karena dipotong. Ia menegaskan, dari hasil autopsi jenazah, luka jari putus itu akibat tembakan.

"Jadi bukan karena ada potongan atau yang lain. Tapi, saya tegaskan semua luka yang ada pada tubuh Brigadir J berdasarkan hasil autopsi sementara berasal dari luka tembak," tuturnya.

Simak ulasan tidak ada CCTV di halaman berikutnya

Saksikan Video 'Fakta-fakta Terkini Kasus Polisi Tembak Polisi':

[Gambas:Video 20detik]



3. Kejanggalan Tak Ada CCTV

Kakak kandung Brigadir Yosua, Yuni Hutabarat meminta bukti otentik seperti rekaman CCTV di rumah Irjen Ferdy jika pelecehan yang ditudingkan ke adiknya itu memang ada. Yuni mengaku tak yakin dengan tudingan itu jika belum melihat bukti CCTV.

"Saya tak yakin ya dengan keterangan itu. Saya butuh hasil bukti otentiknya seperti CCTV ya, kalau memang adik saya telah melakukan perbuatan itu," ujar Yuni Hutabarat, seperti dilansir dari detikSumut, Senin (11/7).

Yuni mengaku keluarganya sudah minta rekaman CCTV, namun disebutkan bahwa utusan Polri menjelaskan kepada keluarga tak ada CCTV.

"Jika itu ada buktinya mungkin kami bisa menerimanya, tetapi ketika kami nanya dengan salah satu utusan Polri dari Mabes di Jakarta juga ketika kami minta bukti CCTV-nya, disebut jika CCTV tidak ada," cetusnya.

"Saya rasa sesuatu yang disebutkan tanpa bukti nyata itu kan sama saja seperti hal mengada-ada ya. Kami di sini butuh bukti nyata, mustahil kan di rumah dinas seorang jenderal tidak ada CCTV-nya," terang Yuni.

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto mengatakan CCTV di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo rusak sejak dua minggu yang lalu.

"Kami juga mendapatkan bahwa di rumah tersebut memang kebetulan CCTV-nya rusak sejak dua minggu lalu sehingga tidak dapat kami dapatkan," kata Budhi dalam konferensi pers seperti dikutip dari detikNews.

Kendati demikian, Budhi mengatakan pihaknya tak hilang akal untuk mengusut kasus polisi tembak polisi ini. Penyelidikan akan tetap berpegang teguh dengan prinsip scientific crime investigation.

Dia mengatakan hal itu penting agar kasus penembakan yang menyebabkan Brigadir J tewas dengan tujuh luka tembak menjadi terang.

"Namun kemudian tentunya kami tidak berhenti sampai di situ. Secara scientific crime investigation kami berusaha untuk mengungkap, membuat terang peristiwa ini dengan mencari alat bukti lain secara saintifik," ucapnya.

Menurutnya, pihaknya juga masih mencari bukti pendukung, yakni CCTV dari sekitar rumah tersebut. Rekaman CCTV dari area sekitar rumah diperlukan untuk mengetahui proses kedatangan orang-orang saat baku tembak terjadi.

"Mencari alat bukti lain dengan saintifik. Tentunya kami mencari juga alat bukti pendukung, yakni CCTV, dari sekitar rumah tersebut yang bisa membuktikan petunjuk adanya proses atau orang-orang yang mungkin berada di rumah tersebut," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(hmw/sar)

Hide Ads