Marak kehadiran terminal bayangan saat mudik lebaran di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Sejumlah sopir antardaerah lebih memilih mengangkut dan menurunkan penumpang di pinggir jalan daripada di dalam terminal resmi.
Pantauan detikSulsel di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kamis (28/4/2022) pukul 16.00 Wita, sejumlah sopir angkutan umum tengah mangkal di pinggir jalan. Mereka menawarkan jasa angkutan ke masyarakat yang hendak mudik Lebaran ke sejumlah daerah di Sulsel hingga ke Sulbar.
Para sopir ini terlihat menggunakan mobil yang semuanya menggunakan kendaraan pelat hitam. Namun kendaraan yang seharusnya hanyalah untuk kendaraan pribadi itu justru diperuntukkan menjadi kendaraan angkutan umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat yang hendak mudik pun bebas memilih kendaraan mana yang akan ia naiki agar sampai ke daerah tujuannya. Sejumlah sopir ini mengaku, mangkal di terminal bayangan mengurangi biaya operasional daripada mangkal di dalam terminal resmi.
"Itulah orang lari ke luar (ke terminal bayangan). Kalau di luar, (sopir dan penumpang) cerita langsung (soal tarif). Kalau di dalam terminal resmi, banyak embel-embelnya," kata seorang sopir daerah, Abdullah saat berbincang dengan detikSulsel.
Saat masih mangkal di terminal resmi, Saparuddin mengaku harus merogoh uang lebih dalam di saku celananya. Hal itu dikarenakan ia harus membayar jasa kernet yang mengangkat barang bawaan penumpang ke dalam mobilnya.
"Ada barangnya orang, diangkat dulu lalu bayar. Iya (kernet). Di sini (terminal bayangan) tidak ada. Iya (banyak biaya di terminal resmi)," bebernya.
Selain harus membayar biaya kernet itu, Saparuddin juga harus membayar setoran kepada pemilik mobil. Sehingga dia harus mendapat banyak penumpang agar seluruh biaya itu tertutupi.
"Saya harus setor Rp 250 ribu per hari (ke pemilik mobil)," jelasnya.
"Jadi rugi. Belum mencukupi. Itu kita perhitungkan BBM senilai Rp 400 ribu. Itu pun PP (pulang-pergi). Jadi kalau cuman 3 penumpang hanya dapat Rp 360 ribu. Iya (kurang pendapatan). Jadi paling minimal 5 orang penumpang. Jadi kalau hanya 3, tidak bisa ditarik (berangkat)," keluhnya.
![]() |
Keluhan yang sama juga disampaikan oleh sopir daerah yang juga mangkal di terminal bayangan. Sopir bernama Wahyu itu menyebut bahwa penumpang sekarang lebih suka memakai jasa sopir di terminal bayangan daripada yang resmi.
"Biasanya penumpang lebih senang kayak di luar (terminal bayangan). Kalau di dalam (terminal resmi) agak lama (berangkat). Mungkin betul-betul full lalu jalan. Kalau di sini (terminal bayangan), biasa hanya 2 atau 3 penumpang, kita sudah jalan (berangkat)," katanya.
(hmw/tau)