Mengenal Baju Adat Tanimbar Maluku yang Dipakai Jokowi di Sidang Tahunan MPR

Mengenal Baju Adat Tanimbar Maluku yang Dipakai Jokowi di Sidang Tahunan MPR

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Rabu, 16 Agu 2023 13:07 WIB
Jokowi dan Iriana Hadiri Sidang Tahunan MPR
Foto: Dok Agus Suparto
Tanimbar -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir di Sidang Tahunan MPR untuk menyampaikan pidato kenegaraan jelang HUT ke-78 RI. Jokowi nampak hadir menggunakan pakaian adat Tanimbar, Maluku.

Deputi II Kepala Staf Kepresidenan, Abetnego Tarigan mengungkap alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih baju adat Suku Tanimbar di Sidang Tahunan MPR tersebut. Jokowi disebutnya ingin mengangkat kebudayaan dan pakaian Suku Tanimbar dari Kepulauan Tanimbar, Maluku, ke panggung tertinggi kenegaraan di Indonesia.

"Ini wujud dari semangat Presiden Jokowi untuk mengangkat pakaian adat dari daerah yang tidak diketahui oleh masyarakat Indonesia," kata Abetnego, melalui keterangan tertulis yang dikutip dari detikNews, Rabu (16/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, Abetnego menyebut pemilihan baju adat Tanimbar ini juga tidak terlepas dari kunjungan Jokowi ke Tanimbar pada September 2022 lalu. Jokowi kala itu disebutnya mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Terlebih, Jokowi merupakan Presiden kedua yang berkunjung ke Tanimbar.

Untuk mengenal lebih jauh baju adat Tanimbar yang dikenakan oleh Jokowi tersebut, berikut ulasan lengkapnya yang telah dirangkum detikSulsel.

ADVERTISEMENT

Baju Adat Tanimbar Maluku dan Filosofinya

Baju adat Tanimbar terdiri atas busana untuk laki-laki dan perempuan. Baju adat ini dahulu dikenakan oleh masyarakat kalangan atas.

Berikut ini penjelasan lengkap berserta makna filosofinya:

Pakaian Adat Tanimbar untuk Laki-laki

Untuk laki-laki pakaian dan perhiasan yang digunakan terdiri dari kemeja dan kain Salempang atau atau skwai. Penutup kepala yakni suar bebeb ulu dan so malai dihiasi dengan bulu-bulu burung cendrawasih.

Adapun makna filosofi dari pakaian ini adalah:

  1. Penutup kepala suar bebeb ulu dan so malai dihiasi dengan bulu-bulu burung cendrawasih melambangkan kebesaran seorang raja. Penutup kepala ini juga melambangkan simbol perlindungan yang harus diberikan oleh masyarakat kepada sang pemimpin.
  2. Salempang atau skwai menunjukan tanggung jawab dari pemimpin kepada rakyatnya. Makna filosofis dari skwai ini adalah seorang ayah menggendong putranya atau pemimpin siap melani masyarakatnya.

Pakaian Adat Tanimbar untuk Perempuan

Pakaian adat tanimbar untuk perempuan terdiri dari kebaya putih dan kain tenun hitam yang dihiasi dengan ikat pinggang atau ampil kdelan. Kemudian dilengkapi dengan hiasan kepala atau Somalai terbuat dari bulu burung cendrawasih.

Untuk perhiasan yang dikenakan adalah anting-anting atau disebut lelbutir atau kmwene, mas bulan atau mase yang dipasang pada dahi, kalung mas atau manik- manik yang berjuntai yang disebut ngoras atau tetenu atau manik-manik. Selain itu ada juga gelang kaki yang terbuat dari gading gajah atau disebut soriti.

Adapun makna filosofi dari pakaian dan pernak pernik tersebut yakni:

  1. Hiasan kepala atau somalai melambangkan keagungan, keindahan dan kehormatan seorang perempuan.
  2. Anting-anting lelbutir atau kmwene melambangkan kepribadian dirinya yang selalu taat dan setia kepada nasihat atau perintah.
  3. Mas bulan atau mase yang dipasang pada dahi adalah perwujudan penghormatannya kepada sang pencipta sehingga sebagai perempuan ia harus arif dan bijaksana dalam mengurus kehidupan keluarga dan orang banyak.
  4. Kalung mas atau manik- manik yang berjuntai mencerminkan kebaikan dan keluhuran budi dari seorang perempuan yang sekaligus pandai menyimpan rahasia.
  5. Ikat pinggang atau ampil kdelan adalah simbol dari seorang perempuan yang harus pandai mengendalikan emosi, serta memiliki ikatan bathin yang kuat antara dirinya, suaminya dan anak-anaknya.
  6. Gelang kaki soriti melambangkan bahwa kaum perempuan hendaknya berpikiran maju, selalu berbuat baik serta selalu menjalin hubungan dengan leluhur demi kelangsungan hidup keluarganya.(1)

Motif-motif Baju Adat Tanimbar

Baju adat Tanimbar menggunakan kain tenun khas. Kain tenun Tanimbar sendiri memiliki sejumlah motif dengan makna dan filosofi masing-masing.

Di Kepulauan Tanimbar sendiri memiliki kurang lebih 47 motif, namun saat ini yang tersisa hanyalah 7 motif, antara lain:

1. Motif Lelumuku 1 (Bunga Anggrek)

Ciri khas motif ini adalah berbentuk kembang bunga anggrek dan diapit oleh beberapa garis yang melambangkan kecantikan, keagungan dan keuletan.

2. Motif Sair (Bendera)

Motif sair memiliki bentuk seperti bendera yang menggambarkan semangat masyarakat Kepulauan Tanimbar dalam mempertahankan identitas semua wanita.

3. Motif Tunis (Anak Panah)

Motif ini memiliki ciri khas berbentuk anak panah yang diapit oleh beberapa garis. Filosofi motif ini mengibaratkan kesiapan mental masyarakat Kepulauan Tanimbar yang selalu berhati-hati.

4. Motif Ulerati (Ulat Kecil)

Motif ini memiliki ciri khas berbentuk ulat kecil yang dikombinasikan dengan beberapa motif lainnya. Filosofinya adalah tentang kecintaan masyarakat akan
lingkungan sekitar.

5. Motif Eman Matan Lihir (Mata Cawat Sebelah)

Motif eman matan lihir terinpirasi dari jenis busana pria jaman dulu. Namun yang dipandang dari satu sisi.

6. Motif Wulan Lihir (Bulan Sabit)

Motif ini terinspirasi dari bulan sabit. Pada saat keadaan alam demikian biasanya masyarakat Kepulauan Tanimbar menjadikannya sebagai kesempatan untuk mencari hasil laut dan darat.

7. Motif Matantur (Tulang Ikan)

Motif ini memiliki ciri khas berwarna biru yang menggambarkan warna laut dengan motif tulang ikan yang menggambarkan sumber daya laut yang berlimpah.(2)

Sumber:

(1) Jurnal Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon berjudul "Busana Tradisional Daerah Maluku dan Masa Depannya"
(2) Jurnal Universitas Ciputra berjudul "Penggunaan Bahan Tenun Ikat Tanimbar pada Busana Resort Wear"




(alk/asm)

Hide Ads