Mengenal Tradisi Ma'rimpa Salo, Wujud Syukur Hasil Panen di Sinjai

Mengenal Tradisi Ma'rimpa Salo, Wujud Syukur Hasil Panen di Sinjai

Erika Dyah Fitriani - detikSulsel
Rabu, 26 Jul 2023 12:16 WIB
Tradisi Marimpa Salo di Sinjai
Foto: dok. Pemkab Sinjai
Jakarta -

Pemerintah Kabupaten Sinjai melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) rutin melaksanakan event budaya berupa pesta adat Ma'rimpa Salo setiap tahunnya. Tradisi ini dilakukan secara gotong royong sebagai ungkapan puji dan syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen di Sinjai.

Adapun panen yang dimaksud terdiri dari Ruma Lao (panen padi) dan Ma'ppaenre Bale (ikan panen). Budaya Ma'rimpa Salo ini berbentuk penangkapan ikan di sungai yang dilakukan secara turun-temurun. Warga akan menghadang ikan dari hulu sungai ke muara yang disertai dengan berbagai perahu dengan hentakan-hentakan kendang dan bunyi-bunyian lain yang terbuat dari batang bambu.

"Dalam proses tradisi, beberapa komponen yang saling terkait ikut menyukseskan kegiatan tersebut. Pelaksanaan pesta Ma'rimpa Salo dilakukan oleh seluruh masyarakat dari semua kalangan di Kabupaten Sinjai," ungkap Kabid Pemasaran Pariwisata Sinjai, Andi Dewi Angriani dalam keterangan tertulis, Rabu (26/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Andi menjelaskan umumnya ada beberapa orang yang diundang untuk hadir dalam tradisi Ma'rimpa Salo. Hal ini ditentukan melalui sebuah pertemuan. Adapun orang-orang yang biasanya diundang dalam tradisi ini antara lain:

1. Arung, pengambil keputusan tertinggi dan pelaksanaan tradisi serta orang-orang yang diberi tugas kepada masyarakatnya dan mengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut.

ADVERTISEMENT

2. Gella (Kepala Desa) dan To Matoa (Pemuka Masyarakat), pengatur dan pelaksana di lingkungan partai di bawah pengawasan Arungas serta penanggung jawab.

3. Kampung Lolo mengatur, merencanakan, mempersiapkan segala sesuatunya untuk pelaksanaan pesta dan orang-orang yang bertanggung jawab atas keberhasilan pesta ini.

4. Pabelle bertugas menyiapkan perlengkapan pesta di laut.

5. Ponggawa lopi adalah pemimpin, juga asisten kru.

6. Sanro atau dukun (pemimpin adat) ikut serta mendamaikan ritual dalam proses Ma'rimpa salo.

7. Paggenrang adalah komponen penabuh di atas perahu.

8. Paddareheng atau padawa-dawa sebagai persiapan konsumsi.

9. Pemerintah dan masyarakat.

Adapun kebiasaan Ma'rimpa Salo ini secara turun temurun dipegang oleh penduduk setempat dan tidak pernah hilang atau tidak dilaksanakan selama 40 tahun. Ma'rimpa Salo menjadi salah satu budaya yang melekat dengan identitas Sinjai.

"Dalam masyarakat, manusia dan budaya tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan dan biasa disebut dwitunggal. Tidak ada budaya yang tidak dapat tumbuh dari masyarakat, sebaliknya tidak ada masyarakat tanpa budaya," terang Andi.

Menurutnya, beragam potensi Sinjai seperti peninggalan purbakala, peninggalan masa kolonial, keindahan alam, hingga budayanya ini dapat dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat.

"Kesadaran harus meningkat akan pentingnya bumi kita. Posisi Sinjai memiliki strategi yang baik dari beberapa potensi, seperti potensi kawasan wisata, wisata budaya, dan kuliner," pungkasnya.




(prf/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads