Mengenal Tedong Bonga Toraja, Kerbau Albino yang Harganya Miliaran Rupiah

Mengenal Tedong Bonga Toraja, Kerbau Albino yang Harganya Miliaran Rupiah

Risdayanti Ismail - detikSulsel
Jumat, 28 Apr 2023 08:00 WIB
Tedong Bonga Toraja yang harganya bisa mencapai miliaran rupiah
Foto: Tedong Bonga Toraja yang harganya bisa mencapai miliaran rupiah (Rachmat Ariadi/detikSulsel)
Toraja -

Tedong Bonga atau kerbau belang merupakan salah satu hewan khas Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Masyarakat Suku Toraja kerap melibatkan hewan ini dalam berbagai upacara adat yang dilakukan.

Bagi masyarakat Suku Toraja, kerbau merupakan hewan yang sakral sehingga keberadaannya sangat dihargai. Salah satu jenis kerbau khas Toraja yang cukup terkenal yaitu Tedong Bonga.

Tedong Bonga ini disebut-sebut sebagai kerbau dengan kasta tertinggi. Tak heran, harga jual hewan ini sangat fantastis, bisa mencapai miliaran rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan harga fantastis tersebut, Tedong Bonga ini digadang-gadang sebagai kerbau termahal. Pasalnya, hewan ini hanya dapat dijumpai di Sulawesi Selatan, tepatnya di Toraja.

Lantas, apa yang menyebabkan nilai jual Tedong Bonga ini sangat tinggi? Berikut ini detikSulsel telah merangkum ulasan tentang Tedong Bonga, mulai dari harga, keunikan, hingga maknanya bagi Suku Toraja. Simak ulasan lengkapnya!

ADVERTISEMENT

Apa Itu Tedong Bonga?

Dikutip dari laman resmi Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Tedong dalam bahasa Toraja merupakan sebutan untuk kerbau, sedangkan bonga berarti belang. Dengan demikian, Tedong Bonga diartikan sebagai kerbau belang.

Kerbau Toraja ini memiliki motif atau corak belang di sekujur tubuhnya. Warna belang putih tersebut dikenal dengan kulit albino.

Dikutip dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, kerbau albino disebabkan oleh adanya kegagalan mutasi pada gen TYR yang menyebabkan produksi asam amino menjadi berkurang. Kondisi ini menyebabkan tidak terbentuknya enzim tyrosinase sehingga kulit menjadi putih atau memunculkan warna belang.

Tedong Bonga ini bukanlah kerbau biasa dan sangat jarang ditemukan. Langkanya kerbau jenis ini menyebabkan harganya jauh lebih tinggi dibandingkan kerbau biasanya.

Makna Tedong Bonga Bagi Suku Toraja

Dalam laman resmi Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, disebutkan bahwa Tedong bonga atau kerbau albino bagi masyarakat Suku Toraja bermakna kesejahteraan. Tedong Bonga juga menandakan tingkat kekayaan dan status sosial pemiliknya.

Masyarakat Toraja percaya Tedong Bonga merupakan makhluk suci. Hewan ini sangat disakralkan karena dipercaya kelak akan membawa mereka ke nirwana saat meninggal.

Dikutip dari jurnal Universitas Muhammadiyah Pare-Pare yang berjudul "Social Status Relationship to Purchase of Tedong Bonga for the Toraja Tribe Community" semakin meriah dan banyaknya Tedong Bonga yang dikurbankan dalam upacara adat, maka status sosial seseorang semakin tinggi. Sebaliknya, apabila tidak mampu berkurban, maka status sosialnya dianggap turun dan cenderung diabaikan.

Sementara itu, dalam upacara kematian masyarakat Toraja yang dikenal "Rambu Solo" keluarga yang tidak mampu mengurbankan kerbau dianggap aib atau dosa. Pasalnya, keluarga akan merasa sangat malu ketika tidak dapat mewujudkan kematiannya sebagai mestinya.

Harga Tedong Bonga

Tedong Bonga memiliki harga yang fantastis, bisa mencapai milyaran rupiah. Besaran harga tergantung jenis kerbau dan karakteristik yang dimiliki.

Kerbau khas Toraja ini terdiri atas dua jenis yaitu Tedong Saleko dan Tedong Bonga. Kedua jenis Tedong Bonga ini memiliki harga berbeda-beda.

Tedong Saleko merupakan jenis kerbau yang memiliki belang sempurna atau belang simetris yang tersebar di seluruh tubuhnya. Harga jualnya cukup fantastis, minimal Rp 300 juta hingga 1 miliar per ekor.

Kerbau ini menjadi favorit masyarakat Toraja karena bulunya yang sangat indah dan sulit didapatkan sebab populasinya sangat terbatas. Mereka yang mampu membeli kerbau jenis ini secara langsung akan meningkatkan gengsinya dan mengangkat status sosialnya.

Sedangkan Tedong Bonga adalah kerbau yang berbadan belang dalam jumlah besar maupun kecil. Harga jual minimal Rp 25 juta hingga 175 juta, tergantung berapa banyak dan besarnya distribusi garis-garis pada tubuhnya.

Selain belang pada tubuh kerbau, jenis kelamin juga menjadi penentu harga. Kerbau betina lebih murah karena hanya digunakan sebagai pelengkap, sedangkan kerbau jantan harganya lebih mahal karena menjadi kebanggaan dan dicari oleh masyarakat Toraja.

Karakteristik Penilaian Tedong Bonga

Selain jenis kerbau maupun jenis kelaminnya, tinggi rendahnya nilai jual Tedong Bonga juga dipengaruhi karakteristik tertentu yang akan menambah nilai jual Tedong Bonga.

Berikut lima karakteristik penilaian dari terendah ke yang tertinggi:

1. Motif Belang (Hitam dan Distribusi Putih pada Tubuh)

Faktor ini mendapat rating tertinggi dalam menentukan harga jual dari kerbau belang. Bonga Saleko dan Bonga Doti adalah kerbau belang yang memiliki harga jual tertinggi berdasarkan penilaian penyebaran warna hitam putih pada kulitnya dengan komposisi yang seimbang dengan taburan bintik di sekitarnya.

Harga jualnya mencapai Rp 300-350 juta untuk setiap satu ekor kerbau. Bahkan harganya bisa lebih tinggi lagi.

2. Warna Mata

Penilaian selanjutnya didasarkan pada warna bola mata. Kerbau belang yang memiliki bola mata putih akan memiliki nilai jual yang tinggi. Jenis kerbau ini bagi masyarakat Toraja dikenal dengan sebutan "mata gara".

3. Model dan Warna Tanduk

Tanduk dengan warna putih kekuningan yang proporsional dengan postur tubuh Tedong Bonga akan meningkatkan nilai jual mereka. Kerbau yang memiliki model tanduk yang seimbang dengan kepalanya juga memiliki harga tinggi.

4. Ekor (Warna dan Panjang Ekor)

Harga Tedong Bonga yang memiliki ekor panjang di atas lutut akan jauh lebih mahal. Kondisi ekor kerbau yang panjang, bersih, gemuk, dan ujungnya memiliki banyak bulu akan memiliki nilai sosial ekonomi yang tinggi.

5. Pusaran Bulu

Biasanya pusaran bulu Tedong Bonga ditemukan di hidung, bahu dan pinggul. Sementara itu, kerbau yang pusaran bulunya terletak di tengah leher bagian atas tidak disukai karena diyakini jika pusaran itu hilang atau dipotong, maka pemiliknya akan cepat mati.

Sementara, kerbau yang memiliki pusar bulu di tulang belikat, dipercaya akan sulit kembali jika pergi, atau kerbau menjadi berumur pendek. Kepercayaan ini juga menentukan harga jual kerbau.




(urw/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads