Benteng Fort Rotterdam Makassar; Sejarah, Fungsi Hingga Karakteristiknya

Benteng Fort Rotterdam Makassar; Sejarah, Fungsi Hingga Karakteristiknya

Nur Afifah Aulyah - detikSulsel
Minggu, 26 Feb 2023 07:40 WIB
Benteng Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam (Foto: Titry Frilyani/d'Traveler)
Makassar - Benteng Fort Rotterdam adalah salah satu cagar budaya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang masih terpelihara dengan baik sampai saat ini. Bahkan Benteng Fort Rotterdam menjadi salah satu ikon wisata sejarah di Makassar.

Benteng ini berdiri dengan kokoh di pinggir pantai Kota Makassar, tepatnya di Jalan Ujung Pandang, Kelurahan Bulogading, Provinsi Sulawesi Selatan.

Dilansir dari dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan berjudul "Nilai Penting Benteng Ujung pandang (Fort Rotterdam) Kota Makassar, Sulawesi Selatan", dijelaskan bahwa Fort Rotterdam dibangun pada abad ke 16 yakni pada tahun 1545. Benteng ini dibangun oleh Raja Gowa X yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng.

Benteng Fort Rotterdam memiliki ciri khas bentuk bangunan yang unik dan berbeda dari benteng pada umumnya. Jika dilihat dari ketinggian, bentuk bangunan benteng ini menyerupai seekor penyu.

Untuk lebih mengenal Benteng Fort Rotterdam, berikut sejarah, serta deskripsi, fungsi dan isi bangunannya.

Sejarah Benteng Fort Rotterdam

Foto Drone Fort RotterdamFoto Drone Fort Rotterdam Foto: (Didik Dwi/detikTravel)

Benteng Fort Rotterdam awalnya bernama Benteng Ujungpandang. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa X yang bernama I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng.

Pada awalnya benteng ini berbentuk segi empat seperti halnya benteng gaya Portugis. Bahan dasarnya adalah campuran batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering.

Kemudian pada 9 Agustus 1634, Sultan Gowa XIV I Mangerangi Daeng Manrabbia atau Sultan Alauddin membuat dinding tembok dengan batu padas hitam. Batu ini didatangkan dari daerah Gowa dan Takalar. Pada 23 Juni 1635, dibangun lagi dinding tembok kedua di dekat pintu gerbang.

Antara tahun 1655-1669 Benteng Ujungpandang hancur dalam Perang Makassar. Saat itu Belanda menyerang Kesultanan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.

Puncak peperangan terjadi pada tanggal 18 November 1667. Peperangan ini mengakibatkan sebagian bangunan Benteng Fort Rotterdam hancur dan Kesultanan Gowa mengalami kekalahan. Sultan Hasanuddin akhirnya dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya.

Setelah berhasil menaklukan Kerajaan Gowa, Gubernur Jendral Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian bangunannya sudah hancur dengan gaya arsitektur Belanda. Benteng ini kemudian berubah nama menjadi Fort Rotterdam yang diambil dari nama kota tempat kelahiran Speelman di Belanda.

Deskripsi Benteng Fort Rotterdam

Secara administratif Benteng Fort Rotterdam berada di Jalan Ujung Pandang No 1, Kelurahan Bulogading, Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel). Sedangkan secara astronomis berada pada 5° 07' 55" - 5° 08' 08" LS dan 119° 24' 14" - 119° 24' 26" BT.

Adapun batas-batas Benteng Rotterdam sebagai berikut:

  • Sebelah Utara: Jalan Riburane
  • Sebelah Timur: Jalan Slamet Riyadi
  • Sebelah Selatan: Jalan WR. Supratman
  • Sebelah Barat: Jalan Ujung Pandang dan Selat Makassar

Luas Benteng Rotterdam secara keseluruhan 12,41 Ha. Ukuran panjang tiap sisi benteng meliputi:

  • Dinding bagian barat 225 m
  • Dinding bagian utara 164 m
  • Dinding bagian timur 193,2 m
  • Dinding bagian selatan 155,35 m
  • Tinggi dinding benteng: 5-7 m
  • Tebal dinding benteng 2 m

Karakteristik Bangunan Benteng Fort Rotterdam

Fort Rotterdam dahulu merupakan benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Bisa dibilang, Benteng Ujung Pandang ini merupakan jati diri kota Makassar.Fort Rotterdam dahulu merupakan benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Bisa dibilang, Benteng Ujung Pandang ini merupakan jati diri kota Makassar. Foto: Ridho

Dilansir dari Jurnal Teknik Arsitektur Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar yang berjudul 'Karakteristik Benteng Fort Rotterdam sebagai Urban Artefact Kota Makassar', terdapat 6 jenis karakteristik bangunan Benteng Fort Rotterdam.

Berikut karakteristik bangunan Benteng Fort Rotterdam dan penjelasannya:

1. Bentuk Site Plan Benteng Fort Rotterdam

Site Plan benteng Fort Rotterdam dibangun menyerupai bentuk penyu. Penyu memiliki filosofi yang mencerminkan karakter masyarakat Kerajaan Gowa pada masa itu. Penyu sebagai makhluk yang mampu hidup di darat dan di laut dianggap mencerminkan kondisi Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.

Disamping itu, bentuk penyu tidak hanya menjadi representasi filosofi karakteristik pemimpin Kerajaan Gowa, tetapi juga menjadi ciri khas bentuk benteng kolonial Belanda.

Perbedaan bentuk site plan Benteng Fort Rotterdam dengan benteng kolonial lain terdapat pada bagian "kepala" dan "ekor" penyu yang tidak dimiliki oleh benteng kolonial lainnya. Sehingga bentuk site Benteng Fort Rotterdam memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan benteng kolonial di Indonesia.

2. Bentuk Gerbang Utama

Gerbang Benteng Fort Rotterdam dapat dilihat dari dua sisi sudut pandang yang berbeda, yaitu dari sudut pandang luar kawasan benteng dan sudut pandang dalam kawasan benteng. Jika dilihat dari luar kawasan benteng, gerbang utama Benteng Fort Rotterdam berbentuk melengkung dan tidak memiliki ornamen sehingga terkesan simple disertai papan nama benteng pada bagian atas gerbang.

Sebaliknya jika dilihat dari dalam kawasan benteng, gerbang utama Benteng Fort Rotterdam memiliki ornamen susunan batu yang tidak simetris dan bertekstur. Ornamen ini mengikuti lengkungan gerbang utama bagian dalam.

3. Bangunan Utama Benteng

Bangunan-bangunan di dalam kompleks Fort Rotterdam sepenuhnya bergaya arsitektur kolonial. Hal ini ditandai dengan keberadaan gevel (gable) pada bangunan dormer (jendela) yang terletak di atap.

Selain itu juga terlihat pada model denah bangunan yang simetris dengan satu lantai atas, skala bangunan yang tinggi sehingga terkesan megah, dan model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela).

4. Bastion Pertahanan Benteng

Bastion pertahanan Benteng Fort Rotterdam bisa dijumpai di setiap sudut benteng. Bastion ini berfungsi sebagai pertahanan artileri (senjata berat) utama.

Benteng ini memiliki lima bastion, masing-masing adalah:

  1. Bastion Bone terletak di sebelah barat yang merupakan kepala penyu
  2. Bastion Bacan terletak di sudut Barat-Daya yang merupakan kaki depan kiri penyu
  3. Bastion Butung terletak di sudut barat-laut atau kaki depan kanan penyu
  4. Bastion Mandarsyah terletak di sudut timur-laut atau kaki belakang kanan penyu
  5. Bastion Amboina terletak di sudut tenggara atau kaki belakang kiri penyu

5. Tembok Selubung Pertahanan Benteng

Tembok selubung pertahanan Benteng Fort Rotterdam terbuat dari susunan batu padas dan bata yang disusun secara simetris. Tembok selubung ini dibuat cukup tinggi sebagai elemen pertahanan yang kuat dan kokoh.

Tembok ini disusun dengan teknik susun timbun, yaitu dibangun dengan cara menyusun sejumlah balok-balok batu padas yang telah dipahat rapi.

6. Parit Pertahanan Benteng

Parit Benteng Fort Rotterdam terletak berdampingan dengan tembok pertahanan. Parit ini berfungsi memperkokoh pertahanan dari musuh yang menyerang.

Parit ini berbentuk memanjang dan mengikuti bentuk site plan benteng yang menyerupai penyu. Sehingga tembok dan parit pertahanan memiliki kesamaan bentuk dan fungsi.

Namun, pola parit benteng sudah tidak mengikuti bentuk site Benteng Fort Rotterdam karena sebagian besar telah ditimbun untuk pembangunan rumah dan gedung di sekitarnya. Panjang parit yang masih bertahan kurang lebih 300 m yang terletak di bagian selatan benteng.

Fungsi Benteng Fort Rotterdam

Foto Drone Fort RotterdamFoto Drone Fort Rotterdam Foto: (Didik Dwi/detikTravel)

Fungsi Benteng Fort Rotterdam dijelaskan juga dalam dokumen Balai Pelestarian Cagar Budaya Selawesi Selatan berjudul "Nilai Penting Benteng Ujungpandang (Fort Rotterdam) Kota Makassar, Sulawesi Selatan".

Disebutkan bahwa fungsi Benteng Rotterdam berubah seiring dengan perubahan kekuasaan. Pada masa kolonial Belanda tahun 1667-1942, Fort Rotterdam berfungsi sebagai markas komando pertahanan, kantor pusat perdagangan, dan pemukiman bagi para pejabat tinggi Belanda.

Fungsi tersebut kemudian berubah pada masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945. Saat itu Benteng Fort Rotterdam digunakan sebagai pusat penelitian ilmu pertanian dan bahasa.

Kemudian pada tahun 1945-1949, Benteng Fort Rotterdam digunakan sebagai pusat kegiatan pertahanan Belanda dalam menumpas pejuang-pejuang Republik Indonesia.

Pada tahun 1950, Benteng Fort Rotterdam sempat menjadi tempat tinggal anggota TNI dan warga sipil. Sebelum kembali jatuh ke tangan Belanda, Benteng Fort Rotterdam juga pernah dijadikan Pusat Pertahanan Tentara Koninklijke Nederlandsch Indische Leger (KNIL) dalam mematahkan perlawanan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Akhirnya pada 20 Juli 1950, Ratu Belanda mengeluarkan surat keputusan bahwa KNIL dibubarkan secara resmi. Hal ini lantas membuat Benteng Fort Rotterdam jatuh ke tangan TNI. Pada tahun 1970, Benteng Fort Rotterdam dikosongkan dan kembali dipulihkan.

Pada tanggal 27 April 1977, Benteng Fort Rotterdam diresmikan sebagai Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Makassar. Saat ini berganti nama menjadi Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan.

Isi Benteng Fort Rotterdam

Dikutip dari laman resmi p2k.utn.ac.id, di dalam Benteng Fort Rotterdam terdapat Museum La Galigo. Di museum ini terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) hingga peninggalan kehidupan pra sejarah di Sulawesi Selatan.

Selain itu terdapat beberapa gedung benteng yang masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.

Benteng Fort Rotterdam juga dikenal sebagai tempat pengasingan Pangeran Diponegoro. Terdapat sebuah ruangan kecil bekas penjara Pangeran Diponegoro.


(urw/alk)

Hide Ads