Pepatah Makassar merupakan kalimat kiasan yang memiliki makna dan pesan. Kalimat kiasan ini sering digunakan untuk menyindir seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Pepatah Makassar ini singkat namun memiliki makna yang dalam tentang kehidupan. Kalimat kiasan tersebut disampaikan dalam bahasa Makassar.
Berikut pepatah Makassar yang dirangkum detikSulsel dari buku Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan Judul "Peribahasa Makassar".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pepatah Makassar dan Artinya
1. Uru-Urunaji Nasengge, Senggei Pole Sengge Tassikali-Kalimami
Pepatah Makassar yang pertama adalah Uru-Urunaji Nasengge, Senggei Pole Sengge Tassikali-Kalimami. Artinya hanya pada mulanya saja rajin, tetapi lama-kelamaan tinggal sesekali saja.
Pepatah ini bertujuan untuk menyindir seseorang yang mudah bosan saat melakukan sebuah pekerjaan. Bisa dikatakan orang tersebut tidak konsisten.
Orang seperti ini biasanya hanya menunjukkan semangatnya di awal saja. Kemudian lama kelamaan mulai malas dan semangatnya akan pudar.
2. Irawami Bengkenna Sibali ri Kuburuka Natena Memampa Ingak-Ingakna
Pepatah selanjutnya adalah irawami bangkenna sibali ri kuburuka natena memampa ingak-ingakna. Mempunyai arti, sudah dikubur kakinya sebelah, tetapi belum sadar juga.
Sebuah kalimat kiasan yang digunakan untuk menyindir orang yang tidak sadar akan tanggung jawabnya. Walaupun sudah mendapatkan efek jera dari perbuatannya, namun orang tersebut tak kunjung sadar.
Atau dapat juga ditunjukkan untuk orang yang sudah berusia lanjut. Tidak sedikit orang yang sudah tua, namun belum sadar juga dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba Allah.
3. La Nupassangkammaji Kau Onde-Onde Jama-Jamanga
Ada juga pepatah Makassar dengan bunyi la nupassangkammaji kau onde-onde jama-jamanga. Artinya, engkau menyamakan kue onde-onde dengan pekerjaan.
Pepatah ini bermaksud menyindir orang-orang yang sering menganggap enteng pekerjaannya, namun tidak ada satupun pekerjaan yang bisa dia selesaikan.
Orang seperti itu biasanya adalah orang yang sombong. Terlalu menganggap remeh pekerjaan yang diberikan sehingga tugas yang diberikan tidak dapat selesai dengan tepat waktu.
4. Inrang Kana Bayarak Kana, Inrang Cerak Bayarak Cerak
Pepatah lainnya yaitu inrang kana bayarak kana, inrang cerak bayarak cerak. Dapat diartikan dengan, utang kata dibayar dengan kata, utang darah dibayar dengan darah pula.
Secara umum dapat dimaknai dengan kebaikan yang harus dibayar dengan kebaikan begitu pun dengan kejahatan, juga harus dibayar dengan kejahatan pula.
Segala sesuatu yang diterima dari seseorang baik itu positif atau negatif, bayarannya harus sama atau setimpal. Seperti nyawa yang harus dibayar dengan nyawa.
5. Lamung-Lamungna Taua Najagai Nalamung-Lamunna Niak Tonja na Tanajampangia
Kemudian ada juga pepatah yang mengatakan, lamung-lamungna taua najagai nalamung-lamunna niak tonja na tanajampangia. Terjemahannya, tanaman orang yang dipelihara, sedangkan tanamannya sendiri ditelantarkan.
Kalimat tersebut cocok ditujukan kepada orang yang tidak sadar dengan tanggung jawab sendiri. Dia sibuk dengan urusan orang lain, padahal tugas sendiri belum selesai.
Contohnya seseorang yang mengasuh anak atau keluarga orang lain. Padahal ia juga memiliki keluarga dan anak sendiri, namun ditelantarkan.
6. Lele Bulu Tallele Kabiasang
Salah satu pepatah yang sering disebut-sebut adalah lele bulu tallele kabiasang. Artinya, berubah bulu, tidak akan berubah kebiasaan.
Dapat dimaknai bahwa orang yang pada dasarnya memiliki sifat yang buruk, tidak akan mudah lagi untuk diperbaiki. Sebab sifat seseorang terbentuk dari kebiasaannya, sedangkan kebiasaan sangat sulit untuk diubah.
Pepatah orang Makassar ini masih sering digunakan agar seseorang bisa introspeksi diri. Karena pada dasarnya, sifat seseorang dapat diubah oleh orang itu sendiri.
7. Lalang Dolangampi Naerok Ingak, Basapi Naerok Appayung
Pepatah Makassar berikutnya adalah Lalang dolangampi naerok ingak, basapi naerok appayung. Dalam bahasa Indonesia diartikan, nanti di tengah pelayaran baru mau ingat (tobat), sudah basah baru mau mencari payung.
Kalimat kiasan yang satu ini bertujuan untuk menyindir seseorang yang kurang inisiatif. Orang tersebut baru akan mencari solusi ketika sudah mendapatkan dampaknya.
Tidak jauh beda dengan kalimat nasihat yang sering didengarkan yaitu lebih baik mencegah daripada mengobati. Maksudnya, jangan sampai sudah masuk rumah sakit baru ingin mengobati, padahal hal tersebut masih bisa dicegah sebelum terkena penyakit.
8. Bajik Birittana Tasambajik Rupanna Gauka
Pepatah selanjutnya berbunyi, bajik birittana tasambajik rupanna gauka. Artinya indah berita, tetapi tidak seindah buktinya.
Terkadang seseorang bercerita tidak sesuai dengan faktanya. Hal ini dikarenakan cerita yang didengar sebelumnya ditambah-tambah oleh orang yang meneruskan cerita.
Pepatah ini bisa dikaitkan juga dengan yang terjadi di era modern saat ini. Seseorang yang bermain sosial media hanya menampilkan sisi baik dari dirinya saja, padahal kenyataannya tidak seindah yang dilihat.
9. Kontui Pepek Akrinra na Nipantamai Kayu Kalotorok
Pepatah berikutnya yakni kontui pepek akrinra na nipantamai kayu kalontorok. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, seperti api yang menyala, kemudian diisi lagi dengan kayu kering.
Dalam hal ini disebutkan bahwa seseorang yang sedang marah lalu diberikan perkara baru. Hingga akhirnya marahnya semakin memuncak.
10. Taenamo Nassengangi Kalenna, Alloa Naparek Bangngi, Bangngia Naparek Allo
Pepatah yang satu ini mengatakan, sudah tidak tahu lagi dirinya, siang dianggapnya malam, malam dijadikan siang. Dalam bahasa Makassar disebut taenamo nassengangi kalenna, alloa naparek bangngi bangngia naparek allo.
Pepatah tersebut bertujuan untuk menyindir seseorang yang tidak bisa berhenti saat melakukan pekerjaan. Baik siang atau malam, orang itu selalu asyik dengan pekerjaannya sehingga lupa untuk beristirahat.
Kalimat kiasan ini paling cocok ditujukan kepada pimpinan atau orang yang memiliki banyak pekerjaan. Kesibukan itu membuatnya lupa dengan waktu.
11. Tappukmi Urak-Urak Kallonga Appote-Pote Natanapinraya Gauk-Gaukna
Pepatah Makassar lainya adalah Tappukmi urak-urak kallonga appote-pote natanapinraya gauk-gaukna. Dalam bahasa Indonesia sudah putus urat leher berteriak-teriak, tetapi tetap tidak mengubah tingkahnya.
Salah satu pepatah yang digunakan untuk menyinggung seseorang yang keras kepala atau bisa dibilang, orang yang tidak ingin menerima nasihat.
Seseorang sudah mati-matian untuk memberikan nasihat demi kebaikannya, akan tetapi orang tersebut tidak ingin mengubah perbuatannya.
12. I Lalangi Basa I Lalang Tongi Kalotorok
Sebuah pepatah Makassar yang masih sering didengar adalah I lalangi basa i lalang tongi kalotorok. Artinya di dalam basah, di dalam pula kering.
Dijelaskan seseorang yang rajin dan giat dalam bekerja. Dia termasuk orang yang tidak pernah mengenal lelah.
13. Akleokji Mingka Akleok Kamma Tongi Jeknek na Minyak
Pepatah selanjutnya adalah akleokji mingka akleok kamma tongi jeknek na minyak. Dapat diartikan bergaul, tetapi bagaikan air dan minyak.
Maksudnya, seseorang yang bergaul atau berkawan tetapi tidak sepaham sehingga tidak cocok untuk berteman.
14. Tau Amminawang ri Arusuk Bannyang, Kerema E Arusuka Kere Tongi Mae
Pepatah Makassar berikutnya adalah tau amminawang ri arusuk bannyang, kerema e aruska kere tongi mae. Artinya orang yang ikut pada arus yang deras, ke mana arus mengalir ke situ pun ia ikut.
Pepatah ini merupakan sindiran kepada orang yang tidak mempunyai pendirian yang teguh. Mereka hanya jalan mengikuti pendapat orang lain.
Atau bisa juga dikatakan sebagai orang yang tidak mempunyai prinsip hidup. Sehingga orang tersebut mudah terpengaruh dengan perkataan orang lain.
15. I Pantarangaji Bajik Mingka I Lalang Paikna Paika
Pepatah yang terakhir ialah I pantarangaji bajik mingka i lalang paikna paika. Dapat diartikan, hanya yang di luar manis, sedangkan yang di dalam sangat pahit.
Kalimat ini ditujukan kepada orang yang bermuka dua. Lain yang dikatakan, lain juga yang ada di dalam hatinya.
Maksudnya seseorang yang menyebutkan hal-hal yang baik kepada orang lain. Tetapi sesungguhnya kata yang dikeluarkan tersebut mengandung maksud jahat.
(urw/hsr)