Tradisi Mangrara Banua Toraja, Syukuran Rumah Tongkonan-Ratusan Babi Dipotong

Tradisi Mangrara Banua Toraja, Syukuran Rumah Tongkonan-Ratusan Babi Dipotong

Adi - detikSulsel
Minggu, 10 Apr 2022 19:30 WIB
Tradisi Mangrara Banua merupakan budaya masyarakat suku Toraja, Sulsel yang masih terus berjalan sampai saat ini.
Tradisi Mangrara Banua merupakan budaya masyarakat suku Toraja, Sulsel yang masih terus berjalan sampai saat ini. Foto: (Adi/detikSulsel)
Tana Toraja -

Tradisi Mangrara Banua adalah satu di antara banyaknya budaya masyarakat suku Toraja, Sulawesi Selatan (Sulsel). Upacara adat ini masih sangat kental dilestarikan hingga sekarang.

Mangrara Banua adalah upacara syukuran kebiasaan masyarakat Toraja setelah menyelesaikan pembuatan rumah adat Toraja (tongkonan). Dalam acara ini biasanya digelar oleh satu rumpun atau silsilah keluarga yang digelar dengan meriah.

"Ini salah satu adat Aluk Todolo (orang terdahulu) Toraja. Sebagai bentuk kesyukuran kepada Tuhan atas terbangunnya rumah tongkonan," kata salah seorang tokoh adat Toraja, Pong Datu kepada detikSulsel, Jumat (8/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada keunikan dan keistimewaan di balik tradisi Mangrara Banua ini. Setiap kali digelar, semua keluarga dari tongkonan bersukacita. Dapat diekspresikan dengan berbagai macam bentuk, pernak pernik yang menghiasi tongkonan, kostum yang digunakan tamu, tari-tarian yang dipersembahkan, hingga hewan yang disembelih.

Tradisi Mangrara Banua merupakan budaya masyarakat suku Toraja, Sulsel yang masih terus berjalan sampai saat ini.Masyarakat bersukacita dalam melaksanakan tradisi Mangrara Banua dari suku Toraja, Sulsel. Foto: (Adi/detikSulsel)

Dalam pelaksanaannya, Mangrara Banua diikuti beberapa kegiatan seperti diawali dengan Ma' Daga atau acara pesta yang biasanya diisi tari-tarian, kemudian Ma' Pairu atau menjamu tamu, dan Ma' Rumpung Bai atau kumpulkan babi untuk dibagikan ke tamu undangan.

ADVERTISEMENT

"Biasanya itu 200 sampai 300 babi yang dikurbankan, satu kerbau. Ini untuk dibagi-bagi kepada tamu dan warga kampung," ungkap Pong Datu.

Menurut Pong Datu, tujuan awal dari tradisi Mangrara Banua adalah upacara syukuran tertinggi rumah tongkonan. Namun sekarang, tujuannya untuk memperlihatkan strata atau kedudukan dalam suatu keluarga besar.

"Tapi bukan berarti strata rendah tidak bisa melakukan, bisa tapi biasanya babinya sedikit," ucapnya.

Babi Bagi Masyarakat Toraja

Bagi masyarakat Toraja babi adalah hewan yang sangat berharga. Bahkan menjadi investasi saat ada prosesi adat seperti Mangrara Banua.

Pong Datu menjelaskan dahulu sebelum ada uang, orang Toraja melakukan transaksi jual beli hanya menggunakan babi. Dia mencontohkan saat masyarakat Toraja hendak membeli sawah, dibayarkan menggunakan babi.

"Jadi memang babi dan Tedong (kerbau) itu disakralkan di Toraja. Karena orang terdahulu menggunakan babi untuk jual beli," jelasnya.

Tradisi Mangrara Banua merupakan budaya masyarakat suku Toraja, Sulsel yang masih terus berjalan sampai saat ini.Babi menjadi salah satu hewan kurban saat tradisi Mangrara Banua digelar masyarakat suku Toraja, Sulsel. Foto: (Adi/detikSulsel)

Zaman sekarang disebutnya babi ini bisa menjadi investasi. Setiap ada orang yang melakukan pesta adat akan menggunakan babi. Sehingga, saat ada warga menyumbang babi kepada penyelenggara maka telah dianggap berkontribusi.

"Misalnya, kamu buat acara terus saya sumbang babi dua. Nah, saat saya nanti gelar pesta adat, ya kamu juga nyumbang dua babi begitu. Begini lah Toraja saling bantu membantu," ujarnya.

Bagi masyarakat Toraja, adat syukuran Mangrara Banua menjadi sebuah pesta yang besar. Sehingga, tak jarang penyelenggara menggunakan biaya yang sangat besar pula untuk melaksanakan kegiatan ini.

Tradisi ini sudah ada sejak dahulu, namun sudah berbeda. Tradisi Mangrara Banua zaman dahulu berlangsung selama setahun, sedangkan saat ini hanya berlangsung selama 3 hari dan paling lama sebulan.




(asm/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads