Pakintaki muncul menjadi fenomena viral bahkan menjadi tren di media sosial. Namun banyak netizen yang dinilai hanya ikut-ikutan karena tren tanpa mengetahui arti atau makna sesungguhnya dari pakintaki.
Ungkapan ini pertama kali dipopulerkan Aldy, pemuda asal Jeneponto lewat potongan-potongan videonya. Aldy kerap merekam aktivitas kesehariannya lewat video. Di setiap akhir ucapannya, Aldy selalu mengucapkan pakintaki rong.
Menurut Dosen Ilmu Bahasa Universitas Negeri Makassar (UNM), Dr Asis Nojeng kepada detikcom, Kamis (17/2/2022), pakintaki itu secara morfologis berasal dari kata dasar kinta. Ini artinya sentak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asis menambahkan, kata dasar kinta ini kemudian mendapat awalan prefiks pa dan akhiran ki yang merupakan kata ganti orang (persona). Sehingga bila digabungkan menjadi kata seruan atau ajakan.
"Pakintaki diartikan menjadi ayo sentakkan. Atau kalau halusnya, silakan engkau sentakkan. Kemudian untuk takintaki ada prefiks ta dan akhiran ki dimaknai menjadi tersentak. Ada juga takintaka ini menjadi artinya saya tersentak," jelasnya.
Latah Ikut Tren
Jagat maya di Kota Makassar, Sulsel memang begitu dihebohkan dengan pakintaki. Pakintaki menjadi tren bahkan dijadikan meme dan stiker emotikon di media sosial.
"Saya tidak yakin bahwa semua yang menonton video ini paham makna pakintaki," kata sosiolog Universitas Hasanuddin, Dr Ramli AT kepada detikSulsel, Kamis (17/2).
Trennya pakintaki dinilai karena pengucapannya dinilai menarik perhatian. Untuk menarik perhatian tidak perlu dengan penempatan kata dengan makna tepat pada kalimat yang diucapkan. Namun yang terpenting kata atau ucapan itu dirasakan atau didengarkan unik bagi penonton atau pendengarnya.
"Mengapa (pakintaki) bisa viral? Sepertinya ini mirip fenomena kerumunan di dunia nyata. Orang berkerumun itu kan tidak saling mengenal, tetapi ada sesuatu yang menjadi perhatian bersama mereka," jelasnya.
Video pakintaki ini viral dinilai karena rasa ingin tahu atau penasaran dibuktikan dengan munculnya banyak pertanyaan terkait arti pakinta. Jadi sesungguhnya mereka juga banyak yang tak paham tetapi menjadi bagian yang terlibat dan memviralkannya.
"Di sisi lain, ini juga menunjukkan kalau sebuah ungkapan bahasa tidak selalu berfungsi sebagai alat menyampaikan gagasan secara lugas yang memerlukan makna denotatif. Tapi lebih dari itu, makna konotatif bahkan emosi yang dibawa sebuah ungkapan terbukti bisa memobilisasi perhatian publik di dunia digital saat ini.
Maknanya Tergantung Konteks
Makna pakintaki menimbulkan perbedaan pendapat para netizen. Semua punya versi masing-masing sehingga makna pakintaki menjadi multitafsir. Sejumlah netizen ada yang memaknainya sebagai menahan sesuatu, bahkan ada yang memaknainya sebagai penyemangat.
"Sah-sah saja sebenarnya bila banyak arti atau makna dari pakintaki. Bahasa memang seperti itu termasuk bahasa Makassar," ungkap Dosen Sastra Daerah Unhas, Dr Sumarlin Rengko kepada detikSulsel, Kamis (17/2).
Menurutnya, memang ada dua metode menerjemahkan bahasa, bisa secara bebas dan bisa secara kata per kata.
"Namun untuk kasus pakintaki memang tidak bisa diartikan per kata. Itu menjadi sempit maknanya," bebernya.
Sehingga untuk memaknai bahasa mesti melihat konteks dahulu. Kata angganre dalam bahasa Makassar selama ini diartikan mengajak makan. Namun bila konteksnya berbeda maknanya berbeda.
"Ternyata bisa juga dimaknai mengajak berhubungan atau bercampur. Istilah ini ada pada tahun 1984. Saya dapat informasi seperti itu," bebernya.
Dengan demikian menurutnya wajar ketika netizen punya makna masing-masing terkait pakintaki. Ini tergantung konteks atau perspektif.
Arti Pakintaki bagi Suku Makassar.
Kosakata pakintaki ini muncul dan menjadi seperti bahasa gaul atau prokem. Netizen mengartikan pakintaki dengan beragam konotasi. Termasuk dimaknakan liar sehingga berkonotasi negatif.
Bagaimana sebenarnya konotasi pakintaki berdasarkan sastra klasik Makassar? Kepada detikSulsel, Budayawan Makassar, Arifin Manggau memberikan penjelasan terakit kata pakintaki ini.
Menurutnya, kata pakintaki merupakan bahasa gaul orang Makassar yang muncul secara spontan. Sebelumnya, kata ini tidak pernah ada dalam sastra Makassar yang punya denotasi jelas atau objektif.
"Itu kan bahasa gaul orang Makassar dalam beradaptasi. Jadi itu dia sebenarnya dalam sastra Makassar yang sebenarnya tidak ada tertuang itu," kata Arifin saat dihubungi, Kamis (17/2).
Dosen Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Makassar (UNM) ini mencontohkan kata payabo yang juga tidak masuk dalam sastra Makassar. Namun karena istilah itu sering diucapkan, maka menjadi populer dan punya makna tersendiri.
"Karena unik dialektikanya dan unik penyebutannya, sehingga dia menjadi populer. Tapi secara sastra Makassar yang klasik itu tidak ada istilah-istilah itu," ucapnya.
Jika dimundurkan jauh ke belakang, pria yang karib disapa Dg Iping ini mengatakan kata pakintaki paling melekat sebagai adaptasi saat orang sedang memancing. Kata ini sebagai bentuk refleks ketika umpan dimakan ikan.
Hanya, belakangan ini makna kata pakintaki meluas seiring dengan kebiasaan masyarakat mendengarkan dan mengucapkannya. Sehingga banyak yang mengistilahkannya dengan makna apa saja, bergantung konteksnya.
Namun menurutnya ada tiga makna yang berkembang dari kosakata pakintaki. Pertama, pakintaki dimaknai sebagai kata untuk membuat gerakan refleks. Lebih populer digunakan saat memancing ikan. Ketika umpan disambar, kata pakintaki ini selalu diucapkan.
Selanjutnya, banyak orang yang mulai memperluas makna kata pakintaki ini. Termasuk menyamakannya dengan arti kata patabangkai. Makna ini lebih menyerupai reaksi dari lawan bicara.
Kemudian terakhir, kata pakintaki juga mulai diartikan sebagai seruan pembangkit spirit atau semangat. Kata ini erat kaitannya dengan ewako yang selama ini melekat di klub PSM Makassar.
(tau/nvl)