Regu environmental Tambang Tembaga Wetar menemukan metode baru dalam meminimalkan erosi di kawasan tambang yang berlokasi di Maluku. Adapun metode yang digunakan di area operasi PT Batutua Kharisma Permai dan PT Batutua Tembaga Raya (PT BKP/BTR), anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold, Tbk ini ialah metode 'Lalampa'.
Lalampa terinspirasi dari kudapan khas Manado, atau lebih dikenal serupa lemper bagi masyarakat di Pulau Jawa. Kudapan 'Lalampa' umumnya berupa gulungan daun pisang yang berisi olahan ketan dan santan dengan isian racikan ikan dan rempah.
"Upaya reklamasi dan revegetasi di kawasan pertambangan memang membutukan kreativitas atau program yang efektif, karena tantangan alam tidak sama pada semua area tambang," ungkap Manager Environmental BKP-BTR Rudi Prabowo dalam keterangan tertulis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode Lalampa mengubah metode sebelumnya yang menyelimuti tebing dengan cocomesh atau jaring dari sabut kelapa. Sabut-sabut itu berfungsi menjadi media tanam melalui Bibit tanam yang dibenamkan. Cocomesh yang dipasang ini akan menahan tanaman agar tidak terganggu apabila terjadi hujan deras. Sabut kelapa bisa menyimpan air dan tidak perlu dilepas karena akan menyatu dengan tanah.
Dengan inspirasi dari kudapan Lalampa, tim Enviromental kini tetap memanfaatkan cocomesh. Namun, penggunaannya tidak lagi dihampar tapi digulung. Gagasan mengubah metode meminimalkan erosi itu bermula dari banyaknya serasah, dedaunan kering, serta ranting dan pohon.
Serasah mengandung nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan tanaman dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Serasah juga dapat membantu meningkatkan kualitas tanaman. Dengan demikian, tim dapat menghindari penggunaan pupuk kimia.
Di sisi lain, persediaan cocomesh pun diketahui sangat melimpah. Cocomesh berukuran panjang sepuluh meter dan lebar satu meter dibentangkan ibarat daun kelapa pembungkus lalampa, kemudian ditaburi serasah cukup banyak sehingga tebal seperti ketan dalam lalampa lalu diberi topping mulsa atau cacahan kardus sampah yang telah direndam air serupa masakan ikan dalam lalampa.
Selain itu pada beberapa bagian, regu Environmental juga membenamkan biji-bijian tanaman legume cover crop (LCC) dari jenis Mucuna Brasteata (MB), Puerari Javanica (PJ) dan Colopogonium Muconoides (CM).
Selanjutnya, cocomesh yang jadi alas tadi digulung dan diikat pada tiap ujung dan tengahnya sehingga menjadi lenjeran panjang. Regu Environmental membuat banyak gulungan, kemudian mengangkut semua gulungan ke lokasi tebing yang hendak dihijaukan kembali lalu membariskan banyak lalampa itu pada dinding tebing.
Metode Lalampa diharap bisa menciptakan iklim mikro tanah dan bebatuan, sehingga hijau lalampa menjalarkan hijau ke kanan-kirinya pada musim hujan pada bulan-bulan mendatang di area Tambang Tembaga Wetar yang dioperasikan oleh PT BKP/BTR.
(akd/ega)