Pemprov Papua Barat Daya (PBD) mendorong dua investor asal China membangun smelter nikel dan pabrik pembuatan baja di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Sorong. Nilai investasi untuk membangun pabrik tersebut mencapai Rp 75 triliun.
Rencana itu mengemuka dalam rapat koordinasi terbatas yang digelar di salah satu hotel di Kota Sorong, Sabtu (16/3). Pertemuan itu membahas rencana groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan smelter tersebut.
"Pak Penjabat Gubernur Papua Barat Daya sudah berkomitmen dan intervensi Pemprov ini untuk bisa bersinergi bersama Pemkab Sorong dan berharap KEK Sorong pada tahun ini bisa berjalan," kata Staf Ahli Gubernur PBD Bidang Ekonomi Pembangunan dan Keuangan George Yarangga dalam keterangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pertemuan itu dilaporkan pembangunan smelter nikel dan pabrik baja membutuhkan 500 hektare dari 1.000 hektare lahan yang tersedia di KEK Sorong. PT Sheng Wei New Energy Technology dan Beijing Jianlong Heavy Industry Group selaku pihak investor.
"Masalah-masalah di mana yang mungkin ada kendala-kendala dalam tahapan investasi ini harus kita ketemu dan bisa diselesaikan dengan intervensi pemerintah agar proses percepatan investasi groundbreaking pabrik smelter ini dapat berjalan dengan baik," ujar George.
Sementara itu, Direktur Utama PT Sino Consultan Investmen Adriana Imelda Daat mengatakan perusahaannya yang bergerak di bidang konsultan mendatangkan dua investor itu sejak 2023 lalu. Dia menyebut PT Sheng Wei New Energy Technology membangun smelter nikel, sementara Beijing Jianlong Heavy Industry Group akan membangun pabrik pembuatan baja.
"Mereka sudah datang siap berinvestasi sekaligus melihat kondisi ketersediaan bahan baku, kemudian fasilitas sarana prasarana infrastruktur. Dan hari ini mereka datang dengan tim yang lebih lengkap, karena mereka sudah siap untuk berinvestasi di sini," ujar Adriana.
Adriana melanjutkan, para investor tersebut sudah meninjau KEK Sorong. Mereka menilai KEK layak untuk berinvestasi untuk membangun dua pabrik raksasa dengan metode economic green.
"Setelah melakukan peninjauan, mereka (investor) sudah memastikan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Sorong layak untuk mereka melakukan investasi di sini. Konsep pabriknya juga dengan metode economic green," ungkapnya
"Areal yang dibutuhkan oleh pihak investor dalam pembangunan pabrik smelter nikel di kawasan tersebut membutuhkan lahan seluas 1.000 hektare dari 500 hektare ketersediaan lahan yang sudah siap di kawasan KEK Sorong, serta sejumlah fasilitas penunjang lainnya," tambah Adriana.
Adriana menuturkan, pembangunan pabrik itu akan menyerap tenaga kerja (naker) yang banyak. Dia memperkirakan dibutuhkan 3.000 orang untuk mengoperasionalkan smelter nikel dan pabrik baja tersebut.
"Kami juga perkirakan untuk tahap awal (kebutuhan tenaga kerja) membutuhkan sebanyak 3.000 naker, namun dilakukan secara bertahap. Dan kami berharap naker putra daerah (OAP) bisa lebih banyak dilibatkan," ujarnya.
Sementara itu, Direktur PT Sheng Wei New Energy Technology Mr Ru Guo Sheng mengapresiasi kerja sama pemerintah. Dia meyakini investasi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di wilayah Papua.
"Kami berkomitmen menyiapkan seluruh persyaratan untuk melakukan investasi di tanah Papua, khususnya di Kabupaten Sorong," jelasnya.
(sar/asm)