Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua, Juli Budi Winantya mengungkapkan inflasi di Provinsi Papua mencapai 5,68% (yoy) di tahun 2022. Adapun penyumbang terbesar adalah sektor angkutan udara, yakni sebesar 0,86%.
"Inflasi di Provinsi Papua didorong oleh Kelompok Transportasi dengan inflasi tahunan sebesar 17,03% sehingga menyumbang andil inflasi sebesar 2,02 persen. Tingginya sumbangan inflasi kelompok transportasi disebabkan oleh inflasi pada komoditas angkutan udara yang tumbuh sebesar 20.53 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,86 persen," jelas Budi saat diskusi santai BI bersama wartawan di Kota Jayapura, Kamis (5/1/2023).
Budi menjelaskan Provinsi Papua mengalami inflasi sebesar 0,95% (mtm) pada Desember 2022. Sementara secara tahunan, mencapai 5,68% (yoy) atau berada pada peringkat ke-13 terendah dari 34 provinsi di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menambahkan, peningkatan harga avtur yang mencapai 53,38% (yoy) dan juga pemulihan aktivitas masyarakat intra dan antar provinsi di Papua menjadi pendorong utama peningkatan tarif Angkutan Udara. Selain itu, konflik geopolitik yang mendorong harga energi global juga turut memberikan tekanan pada komoditas Bensin yang tumbuh sebesar 28,84% (yoy) sehingga memberikan andil sebesar 0,81%.
"Kenaikan harga Bensin tersebut menyebabkan penyesuaian (second round effect) pada tarif Angkutan Dalam Kota sehingga komoditas tersebut juga mengalami inflasi hingga 37,43% (yoy) atau memberikan andil hingga 0,20%," jelasnya.
Selain itu, lanjut Budi kenaikan harga energi global juga turut memberikan dampak kepada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar yang tumbuh sebesar 2,60% dan memberikan andil sebesar 0,26%. Akibat peningkatan harga komoditas Bahan Bakar Rumah Tangga ini menyumbang inflasi tahunan dengan andil sebesar 0,25%.
Inflasi juga terjadi di kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Ketiga kelompok mencatat inflasi tahunan sebesar 5,26%.
"Sehingga menyumbangkan andil inflasi (tahunan Papua) sebesar 1,95%," ujarnya.
Budi menambahkan, beras menjadi penyumbang inflasi terbesar pada kelompok ini dengan andil sebesar 0,29%. Hal ini diakibatkan hasil panen yang di bawah perkiraan pasca terjadi cuaca buruk di Kabupaten Merauke yang notabene merupakan lumbung pangan Provinsi Papua.
Selain itu, peningkatan Cukai Rokok sebesar 12% pada tahun 2022 menyebabkan inflasi di 3 komoditas pada subkelompok tembakau, yaitu Rokok Putih, Rokok Kretek Filter dan Rokok Kretek. Kelompok ini menyumbangkan andil inflasi tahunan sebesar 0,36%.
"Di sisi lain, terdapat beberapa komoditas pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang menahan terjadinya inflasi lebih tinggi lagi. Peningkatan produksi intra daerah serta semakin intensifnya kerjasama antar daerah mendorong peningkatan pasokan pada komoditas hortikultura seperti Cabai Rawit dan Tomat yang hingga Desember 2022 mencatatkan andil deflasi masing-masing sebesar -0,12% dan -0,09%," kata Budi.
(alk/ata)