Pengiklan Kelas Kakap Ramai-ramai Tinggalkan Twitter, Kenapa?

Pengiklan Kelas Kakap Ramai-ramai Tinggalkan Twitter, Kenapa?

Tim detikInet - detikSulsel
Minggu, 06 Nov 2022 22:41 WIB
Ilustrasi Twitter
Foto: Associated Press
Jakarta -

Pengiklan kelas kakap ramai-ramai meninggalkan Twitter. Di saat bersamaan, Elon Musk sebagai pemilik baru sedang berupaya meningkatkan pendapatan Twitter.

Dilansir dari detikInet, para pengiklan rupanya khawatir Twitter akan dipenuhi ujaran kebencian setelah Elon Musk mengindikasikan akan melonggarkan moderasi. Hal itu dicemaskan malah akan memperburuk citra Twitter dan membuat pengiklan kabur.

Twitter saat ini pun kabarnya sudah dipenuhi konten tidak pantas. Salah satu pengiklan besar yang menangguhkan iklan di Twitter adalah Audi. "Kami akan terus mengevaluasi situasi," cetus juru bicara perusahaan mobil asal Jerman itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ada juga General Motors yang juga untuk sementara tidak beriklan di Twitter. "Kami mencoba untuk memahami arah dari platform ini," kata mereka, dikutip detikINET dari Newsweek.

Pfizer sampai Volkswagen kabarnya melakukan langkah serupa. Di sisi lain, koalisi hak-hak sipil berjuluk #StopToxicTwitter, meminta perusahaan besar menghentikan iklan di Twitter.

ADVERTISEMENT

Kelompok ini telah mengirim surat ke Amazon, Apple, Coca Cola, Disney, sampai Procter & Gamble. Mereka menilai ujaran kebencian dan konten-konten sejenis telah meningkat di Twitter semenjak dikendalikan oleh Elon Musk.

Sementara itu, Elon Musk sendiri mengakui bahwa pendapatan Twitter jadi turun setelah ditinggal pengiklan. Dalam wawancara di event Baron Investment Conference, Musk kembali menegaskan komentarnya soal tekanan dari kelompok aktivis.

"Kami tidak mengubah operasional kami sama sekali," kata Musk saat berbicara di atas panggung dalam event tersebut, seperti dikutip dari CNBC.

"Dan kami telah melakukan yang terbaik untuk memuaskan mereka dan tidak ada yang berhasil. Jadi ini menjadi kekhawatiran utama. Dan saya pikir sejujurnya ini merupakan serangan terhadap Amandemen Pertama," imbuhnya sambil merujuk pada aturan konstitusi Amerika Serikat yang menjamin kebebasan berpendapat.




(asm/hsr)

Hide Ads