Batu Manakarra menjadi salah satu hasil kerajinan industri kreatif warga di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Batu kristal yang sudah menembus pasar ekspor China hingga Amerika Serikat.
Batu Manakarra ini juga dikenal dengan sebutan Grape Agate karena bentuknya mirip kumpulan buah anggur. Selain bentuknya yang khas, ragam warnanya mulai dari putih, abu-abu, hijau hingga ungu juga menjadi daya tarik.
Salah seorang perajin Batu Manakarra di Mamuju, Abdul Rasyid menuturkan Batu Manakarra merupakan batu kristal asli dari Mamuju yang mulai diekspornya pada 2015 lalu. Batu itu disebutnya membawa banyak keberuntungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bantuan asli dari Mamuju ini yang diekspor, satu-satunya di Sulawesi. Saya sendiri mulai ekspor 2015 lalu saat viral itu batu-batu cincin. Nilainya waktu itu masih mahal," kata Rasyid saat ditemui detikcom, Sabtu (17/9/2022).
Rasyid menyebut pemberian nama Manakarra pada batu kristal itu sebagai identitas lokasi penemuan batu tersebut. Kabupaten Mamuju sendiri memiliki julukan Manakarra yang berarti Pusaka yang Sakti.
"Karena kan penemuannya di Mamuju jadi itu mungkin alasannya diberi nama Batu Manakarra, supaya orang tahu asli dari Mamuju itu batu," bebernya.
Menurut Rasyid, Batu Manakarra ini diperolehnya dari para penambang. Kemudian batu tersebut diolah menjadi beberapa bentuk seperti bola mini dan piramida. Termasuk bisa dibuat batu cincin dan liontin.
"Untuk melihat Batu Manakarra yang berkualitas memang perlu ketelitian khusus. Apalagi jika ingin dibuat menjadi batu cincin ataupun liontin," bebernya.
Rasyid menyebut, Batu Manakarra ini sudah diekspor ke beberapa negara. Di antaranya China, Prancis hingga Amerika Serikat. Namun Rasyid mengaku pengiriman ke luar negeri saat ini masih dibantu temannya di Sukabumi. Ini lantaran ada surat izin yang harus dipenuhi sehingga sebelum diekspor harus dikirim dulu ke Sukabumi.
"Kita sementara urus-urus surat izin. Jadi saat ini melalui teman di Sukabumi karena dia lengkap surat izinnya. Kita transitkan itu (Batu Manakarra) ke Sukabumi dulu baru dikirim ke China, Amerika sama Perancis," terangnya.
Dia mengaku keuntungan sekali ekspor perbulan mencapai Rp 40 juta. Sekali pengiriman beratnya sekitar 500 kilogram. Untuk pengolahan Batu Manakarra ini, Rasyid mengaku mempekerjakan tiga warga sekitar.
"Selain bentuknya yang unik, katanya bisa bikin rileks sama ada aura positif yang dipancarkan makanya banyak dicari orang luar, entah benar atau tidak," tukasnya.
(tau/sar)