Pedagang-Nelayan di Sulawesi Meratapi Hidup Kian Susah Imbas Harga BBM Naik

Pedagang-Nelayan di Sulawesi Meratapi Hidup Kian Susah Imbas Harga BBM Naik

Tim detikSulsel - detikSulsel
Selasa, 06 Sep 2022 08:22 WIB
Pedagang sayur dan ikan keliling di Polman, Sulbar. (Abdy/detikSulsel)
Foto: Pedagang sayur dan ikan keliling di Polman, Sulbar. (Abdy/detikSulsel)
Sulawesi -

Sejumlah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan hingga pedagang di Sulawesi sini meratapi hidupnya yang kian susah usai pemerintah secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM baru-baru ini. Mereka yang menggantungkan hidupnya dari hasil melaut serta menjajakan dagangannya terus memutar otak di tengah lonjakan harga BBM yang berdampak langsung pada penghasilan mereka.

Di tengah situasi sulit ini, para nelayan hingga pedagang merasa kesulitan sebab naiknya biaya operasional membuat penghasilan mereka kian tak menentu. Melonjaknya harga BBM menjadikan biaya operasional juga meningkat, sehingga penghasilan mereka yang tidak seberapa pun menurun.

Selain itu, lonjakan harga BBM yang juga berdampak pada harga kebutuhan pokok secara tidak langsung menurunkan daya beli masyarakat. Sejumlah pedagang hingga nelayan mengaku merasa serba salah untuk menaikkan harga dagangan serta hasil tangkapannya. Namun, di sisi lain mereka juga perlu menyesuaikan kenaikan harga untuk bisa tetap menyambung hidup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pedagang Keliling di Polman Rela Potong Keuntungan Penjualan

Salah satu yang merasakan langsung dampak lonjakan harga BBM ini adalah pedagang, khususnya pedagang keliling. Tingginya biaya operasional menjadikannya semakin kesulitan menentukan harga kebutuhan pokok yang dijajakan.

Seorang pedagang keliling bernama Dama di Polman Sulawesi Barat (Sulbar) mengaku enggan menaikkan harga dagangannya meski harga BBM melonjak drastis. Dia lebih memilih memotong keuntungan agar dagangannya tetap dibeli oleh para konsumen.

ADVERTISEMENT

"Kalau barang jualan tetap sama harganya, daripada nanti kalau dikasih naik (harga), kasihan karena pelanggan lari," kata Dama kepada wartawan di kompleks pasar Ikan Wonomulyo, Senin pagi (5/9).

Selain itu, Dama juga mengurangi jumlah kebutuhan yang dijual kepada warga. Hal itu terpaksa dilakukan Dama agar bisa tetap bertahan hidup meski hal itu membuat penghasilannya kian menipis.

"Ya kita harus pintar-pintar, contohnya ikan, kalau dulu dijual bisa dapat tujuh ekor, dikurangi menjadi lima ekor saja," ungkap pria yang mengaku berjualan keliling di Kecamatan Polewali.

"Kesulitan, tapi mau bagaimana, lebih baik keuntungan menipis. Karena kalau dinaikkan harga, orang kampung lari ke penjual lain yang menawarkan harga lebih murah," imbuhnya.

Selanjutnya, nelayan di Parepare keluhkan BBM mahal dan langka...

BBM Mahal dan Langka, Nelayan di ParePare-Bone Hidup Kian Susah

Selain pedagang, masyarakat yang sehari-harinya bekerja sebagai nelayan turut terdampak kenaikan harga BBM. Mereka mengaku kesulitan bertahan hidup lantaran kebutuhan untuk biaya operasional yang kini membengkak.

Seorang nelayan di Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengaku sangat terpukul dengan situasi tersebut. Di tengah naiknya harga BBM, mereka mengaku penghasilannya dari melaut kian tidak menentu.

"Selaku masyarakat nelayan kami tentu yang sangat terpukul, biaya operasional semakin bertambah tetapi pendapatan tidak menentu," ungkap Ketua Kelompok Nelayan Kessi Pute Parepare, Sappe saat dikonfirmasi detikSulsel, Minggu (4/9) malam.

Terlebih, naiknya harga BBM menjadikan mereka harus merogoh kocek lebih operasional perahu agar mereka bisa tetap melaut dan mencari penghidupan.

"Kenaikannya sangat terasa, bisa habis Rp 150 ribuan sekarang. Itu belum kita hitung ongkos makan dan rokok saat melaut," jelas Sappe.

Sementara itu, nelayan di Kabupaten Bone, Sulsel juga mengeluhkan hal yang sama. Selain naiknya harga BBM, mereka juga mengeluhkan terbatasnya stok BBM jenis Solar. Hal ini memperparah kondisi para nelayan di Bone yang hendak melaut untuk mencari nafkah.

"Kenaikan ini sangat besar dampaknya ke nelayan, apalagi kami masih pergi mencari ikan, yang kadang ada, kadang juga tidak ada," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Muhammad Ilyas kepada detikSulsel, Senin (5/9).

Dia mengaku nelayan di Bone sangat terdampak akibat kenaikan harga BBM. Terlebih, mereka harus mendapatkan rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Bone jika ingin mendapatkan BBM dari SPBU.

"Kami pakai rekomendasi dari dinas kelautan. Masalahnya sudah naik langka juga, sedangkan harga ikan tidak naik ya makin sulit kehidupan nelayan," keluhnya

Pelaku UMKM di Bone Nilai BLT Bukan Solusi

Selain nelayan dan pedagang, para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Bone, Sulsel turut mengeluhkan kenaikan harga BBM. Mereka juga menyoroti janji bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah yang dinilai tidak bisa menjadi solusi di tengah lonjakan harga BBM.

"Saya sangat menyayangkan adanya kenaikan harga BBM tanpa memikirkan dampaknya ke masyarakat kecil khususnya pelaku UMKM. Kenaikan BBM ini akan berdampak pula terhadap kenaikan harga bahan pokok," kata Ketua DPD Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Bone, Iwan Hammer kepada detikSulsel, Senin (5/9).

Asosiasi Industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Aku Mandiri) turut menyoroti hal tersebut. Menurutnya, kenaikan harga BBM ini akan menjadi tantangan berat dan memberikan beban hidup lebih bagi masyarakat khususnya pelaku UMKM.

"Dampaknya tentu harga produk akan jelas menjadi beban bagi pelaku UMKM. Pemerintah tidak memikirkan nasib rakyat kecil," ucap Ketua DPD Aku Mandiri Kabupaten Bone, Eko Wahyudi.

Halaman 2 dari 2
(urw/hmw)

Hide Ads