Curhat Nelayan Parepare yang Hidupnya Kian Susah gegara Harga BBM Naik Tinggi

Curhat Nelayan Parepare yang Hidupnya Kian Susah gegara Harga BBM Naik Tinggi

Muhclis Abduh - detikSulsel
Senin, 05 Sep 2022 10:20 WIB
Sejumlah remaja bermain bola dengan latar belakang pemandangan matahari terbenam di Pelabuhan Rakyat Paotere, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (5/7/2022). Pelabuhan tersebut ramai dikunjungi warga terutama para remaja dan anak-anak untuk menikmati panorama matahari terbenam. ANTARA FOTO/Arnas Padda/aww.
Foto untuk Ilustrasi: Nelayan di Pelabuhan Paotere, Makassar. (ANTARA/ARNAS PADDA)
Parepare -

Nelayan di Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengaku kian kesusahan hidupnya karena harga BBM dinaikkan pemerintah. Operasional nelayan untuk melaut kian bertambah pesat, sementara penghasilan mereka dari laut kian tak menentu.

"Selaku masyarakat nelayan kami tentu yang sangat terpukul, biaya operasional semakin bertambah tetapi pendapatan tidak menentu," ungkap Ketua Kelompok Nelayan Kessi Pute Parepare, Sappe saat dikonfirmasi detikSulsel, Minggu (4/9/2022) malam.

Sappe mengungkapkan, nelayan langsung merasakan sulitnya biaya hidup sesaat setelah Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM. Sejumlah SPBU untuk nelayan di Parepare langsung harga baru, seperti Pertalite yang sebelumnya Rp 7.650 per liter sekarang menjadi Rp 10.000, sementara solar subsidi Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan harga yang baru tersebut kini nelayan harus merogoh kocek lebih untuk operasional perahu dan kapal mereka.

Sappe memberikan gambaran, nelayan yang memakai perahu kecil jenis ketinting memakai BBM jenis Pertalite sebanyak 10 sampai 15 liter per hari untuk melaut. Sebelumnya nelayan cukup menebus sekitar Rp 100 ribu, adapun saat ini bisa tembus Rp 150 ribu.

ADVERTISEMENT

"Kenaikannya sangat terasa, bisa habis Rp 150 ribuan sekarang. Itu belum kita hitung ongkos makan dan rokok saat melaut," jelasnya.

Adapun untuk kapal ukuran 18 GT dibutuhkan 600 liter solar subsidi untuk dipakai selama dua hari melaut. Harga solar yang ditebus yakni Rp 1 juta. Adapun dengan kenaikan saat ini maka ongkos pembelian solar 600 liter menjadi Rp 1,360 juta.

Padahal menurut dia menjalani pekerjaan sebagai nelayan sungguh tidak mudah. Keuntungan yang didapatkan tak seberapa dan bisa saja tidak balik modal.

"Belum tentu balik modal. Biasa satu hari dapat, tetapi tiga hari tidak," paparnya.

Dia mengaku harga ikan yang dijual sangat fluktuatif. Jika lagi dapat banyak ikan, maka harga jadi murah dan jika sedikit ikan didapat maka harga baru akan mahal.

"Itu saya bilang tadi, paling tidak menentu ini pendapatan nelayan," imbuhnya.

Di sisi lain kelompok nelayan sangat terbatas untuk bisa mendapatkan Solar subsidi dan Pertalite. Mereka harus punya surat rekomendasi dan antreannya sangat lama.

"Beli BBM bagi nelayan-petani itu paling sulit, karena kita beli pakai jeriken, itu pun kalau SPBU mau karena harus ada rekomendasi," jelasnya.

Dengan kondisi ini dia khawatir nelayan banyak beralih profesi menjadi tukang bangunan, karena dinilai lebih jelas mendapatkan uang. Tetapi persaingan menjadi tukang bangunan juga akan semakin kompetitif juga kedepannya.

"Mau tidak mau nanti akan banyak yang jadi pekerja serabutan sebab biaya melaut semakin mahal," tuturnya.

Nelayan Ancam Tutup Depot Pertamina dengan Perahu Katinting kanrena Harga BBM Naik

Dia mengaku telah mendapat undangan untuk membahas bersama-sama terkait kenaikan BBM bersubsidi Senin (5/9) malam nanti. Pihak yang akan bertemu yakni Pertamina Depot Parepare, perwakilan SPBU, BPH Migas serta perwakilan kelompok nelayan.

"Besok malam ada pertemuan, kami berharap ada solusi terkait kenaikan harga BBM ini," paparnya.

Jika dalam pertemuan tersebut tidak didapatkan solusi, ia mengancam kelompok nelayan akan melakukan aksi demo. Perahu katinting akan menyerbu depot Pertamina.

"Kami sudah sampaikan ke Polres, jika tidak solusi, maka kami akan bawa perahu ke depot Pertamina dan menurut depot dengan perahu katinting kami," ancamnya.




(nvl/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads