Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan harga BBM. Sebelum kebijakan itu ditetapkan, Jokowi lebih dulu membagikan bantuan langsung (BLT) langsung tunai kepada warga.
Dilansir dari detikFinance, bagi-bagi BLT BBM itu dilakukan Presiden Jokowi dalam kunjungan kerjanya di Lampung pada Sabtu pagi (3/8). Di hari yang sama menyusul sekitar pukul 13.30 WIB, Jokowi bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Menteri ESDM Arifin Tasrif, mengumumkan kenaikan BBM.
Dalam pernyataannya, Jokowi menyebut hal tersebut merupakan pilihan terakhir bagi pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mestinya uang negara itu diprioritaskan untuk subsidi masyarakat yang kurang mampu. Dan pemerintah saat ini harus buat keputusan dalam situasi sulit. Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM," kata Jokowi dikutip dari keterangan Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden, Sabtu (3/9).
Pengalihan subsidi BBM ini menyebabkan beberapa jenis BBM yang selama ini dapat subsidi harus mengalami mengalami penyesuaian harga.
Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam kesempatan yang sama, merincikan kenaikan tarif BBM, antara lain Pertalite dari harga Rp 7.650 per liter naik menjadi Rp 10.000 ribu per liter. Kemudian, solar subsidi dari Rp 5.150 per liter naik menjadi Rp 6.800 per liter. Sementara itu, pertamax non subsidi dari Rp 12.500 per liter naik menjadi Rp 14.500 per liter.
"Ini berlaku 1 jam sejak saat diumumkan penyesuaian harga ini. Berlaku pukul 14.30 WIB," ujar Arifin.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, meski harga minyak dunia melandai, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) masih tetap lebih tinggi.
"Masyarakat bertanya harga minyak sebulan terakhir mengalami penurunan, kami terus melakukan penghitungan dengan harga minyak ICP yang turun ke US$ 90 atau turun di bawah US$ 90 sekalipun maka harga rata-rata ICP Indonesia masih di angka US$ 97," kata Sri Mulyani.
"Angka itu dari Rp 502 triliun tetap akan naik Rp 653 triliun kalau harga ICP US$ 99. Kalau harga ICP di US$ 85 sampai Desember, kenaikan subsidi menjadi Rp 640 triliun. Ini kenaikan Rp 137 triliun atau Rp 151 triliun tergantung harga ICP," sambung Sri Mulyani memaparkan.
Sri Mulyani juga menambahkan, apabila harga ICP di atas US$ 100 maka total subsidi BBM diperkirakan bisa mencapai Rp 649 triliun.
Kendati demikian, Sri Mulyani menyebut pemerintah akan terus memantau perkembangan harga ICP karena melihat situasi geopolitik dan proyeksi ekonomi dunia masih dinamis. Sri Mulyani juga menjelaskan, anggaran subsidi BBM nantinya akan dialihkan ke bansos bagi masyarakat dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi pekerja.
(urw/sar)