Renungan Harian Katolik Rabu, 12 November 2025: Ruang Syukur

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Rabu, 12 Nov 2025 07:30 WIB
Foto: etheriel/Pixabay
Makassar -

Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa renungan harian Katolik, Rabu, 12 November 2025?

Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Rabu, 12 adalah Peringatan Wajib St. Yosafat. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Keb. 6:1-11, Mzm. 82:3-2,6-7, dan Luk. 17:11-19.

Renungan Katolik 10 November 2025 mengangkat tema "Ruang Syukur" dikutip dari buku Inspirasi Pgi (LBI) oleh Ernest Justin SJ. Nah, artikel ini juga memuat informasi:

  1. Bacaan harian dan bacaan Injil berdasarkan kalender liturgi lengkap dengan mazmur tanggapan.
  2. Renungan harian hari ini Rabu, 12 November 2025
  3. Teks Doa Penutup
  4. Kisah orang kudus yang dirayakan hari ini.

Yuk, disimak!


Renungan Harian Katolik Hari Ini 12 November 2025

Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:

Bacaan I: Keb. 6:1-11

Dengarkanlah, hai para raja, dan hendaklah mengerti, belajarlah, hai para penguasa di ujung-ujung bumi.

Condongkanlah telinga, hai kamu yang memerintah orang banyak dan bermegah karena banyaknya bangsa-bangsamu.

Sebab dari Tuhanlah kamu diberi kekuasaan dan pemerintahan datang dari Yang Mahatinggi, yang akan memeriksa segala pekerjaanmu serta menyelami rencanamu,

oleh karena kamu yang hanya menjadi abdi dari kerajaan-Nya tidak memerintah dengan tepat, tidak pula menepati hukum, atau berlaku menurut kehendak Allah.

Dengan dahsyat dan cepat Ia akan mendatangi kamu, sebab pengadilan yang tak terelakkan menimpa para pembesar.

Memang yang bawahan saja dapat dimaafkan karena belas kasihan, tetapi yang berkuasa akan disiksa dengan berat.

Sang Kuasa atas segala-galanya tidak akan mundur terhadap siapapun, dan kebesaran orang tidak dihiraukan-Nya. Sebab yang kecil dan yang besar dijadikan oleh-Nya, dan semua dipelihara oleh-Nya dengan cara yang sama.

Tetapi terhadap yang berkuasa akan diadakan pemeriksaan keras.

Jadi perkataanku ini tertuju kepada kamu, hai pembesar, agar kamu belajar kebijaksanaan dan jangan sampai terjatuh.

Sebab mereka yang secara suci memelihara yang suci akan disucikan pula, dan yang dalam hal itu terpelajar akan mendapat pembelaan.

Jadi, hendaklah menginginkan serta merindukan perkataanku, maka kamu akan dididik.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 82:3-2,6-7

Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!

Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!"

Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. ?

Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas."

Bacaan Injil: Luk. 17:11-19

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.

Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh

dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"

Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.

telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,

lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.

Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?

Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Renungan Hari Ini: Ruang Syukur

"Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari orang asing ini?"

Meskipun syukur sudah menjadi seperti mantra yang banyak kita dengarkan, kita bisa menggali pengalaman syukur bersama orang kusta yang disembuhkan Yesus hari ini. Kita banyak diajak untuk bersyukur, bahkan sepertinya syukur menjadi mekanisme otomatis yang keluar dari mulut dan doa kita.

Namun, apakah dengan demikian kita memang menjadi pribadi yang penuh syukur? Syukur berarti berterima kasih kepada Tuhan atas kasih dan karunia yang diberikan-Nya tanpa syarat.

Tuhan begitu baik kepada kita. Ia selalu mencintai dan menjaga kita.

Karena itu, satu-satunya ungkapan yang pantas kita berikan kepada-Nya adalah syukur. Akan tetapi, apakah syukur berdiri sendiri?

Apakah dengan mengatakan, "Tuhan, aku bersyukur," sudah cukup menunjukkan kesalehan kita sebagai anak-anak Allah? Saya ragu akan hal itu.

Syukur sebenarnya tidak bisa lepas dari gerakan hati yang aktif. Syukur muncul dan meluap karena kita begitu bahagia dicintai oleh Tuhan.

Seperti ibu yang melahirkan seorang anak, rasa syukur dan takjub berubah dan bertransformasi menjadi komitmen untuk merawat dan menjaga si anak dengan penuh totalitas. Syukur tidak berhenti di mulut dan menjadi basa-basi tanpa makna.

Orang kusta dalam bacaan Injil hari ini bersyukur dengan hadir di hadapan Yesus. Dia mau menjalin perjumpaan dan komunikasi.

Mungkin kita bersyukur karena berhasil dengan bisnis kita. Apa hal baik yang akan kita lakukan berikutnya?

Mungkin kita bersyukur atas kesehatan yang kita miliki. Apa hal baik yang akan kita lakukan berikutnya?

Semua rasa syukur semestinya menjadi loncatan energi yang mendorong kita untuk menjadi pembawa rahmat dan kebaikan yang semakin luas di tengah-tengah kehidupan. Kita mohon rahmat agar rasa syukur kita menjadi cahaya yang menghidupkan bagi sesama.

Doa Penutup

Allah Bapa yang Mahabaik,
aku datang ke hadapan-Mu dengan hati yang penuh harapan.
Sering kali aku terlalu sibuk dengan keinginanku sendiri,
hingga lupa bersyukur atas segala berkat yang telah Engkau limpahkan.

Ya Bapa, ajarilah aku untuk melihat kebaikan-Mu dalam setiap hal,
baik dalam suka maupun duka, dalam keberhasilan maupun kegagalan.
Tumbuhkanlah dalam hatiku rasa syukur yang tulus,
agar aku dapat menikmati setiap hari sebagai anugerah dari-Mu.

Jauhkanlah aku dari keluh kesah dan rasa tidak puas,
dan gantikanlah dengan hati yang damai,
yang mampu menghargai kasih dan penyertaan-Mu dalam hidupku.

Terima kasih, ya Bapa,
atas napas kehidupan, keluarga, sahabat, pekerjaan,
dan semua hal kecil yang sering kali luput dari perhatianku.
Semoga dengan hati yang bersyukur,
aku semakin dekat dengan-Mu dan semakin mampu membagikan kasih kepada sesama.

Doa ini aku samapaikan kepada-Mu melalui perantaraan Tuhan kami Yesus Kristus yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa. Amin

Kisah Santo Yosafat Kunzewich, Uskup dan Martir

Rusia Pada tahun 1600, seorang pemuda berusia 16 tahun dikirim orangtuanya ke kota Wilma, barat laut kota Minak, Rusia, untuk dididik dalam ilmu perdagangan. Pemuda itu adalah Yohanes Kunzewich.

Ia rajin belajar dan bekerja; namun sementara itu cepat sekali ia menyadari bahwa bakatnya bukan di bidang perdagangan. Ia sebaliknya lebih tertarik pada hal-hal kerohanian.

Di kota besar itu ia menyaksikan keadaan Gereja Rusia yang kacau balau, oleh pengaruh skisma yang timbul di kalangan umatnya. Umat memutuskan hubungannya dengan Gereja Roma dan tidak lagi mengakui Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja.

Tak sukar baginya untuk memilih mana Gereja yang sebenarnya menurut kehendak Kristus. Ia yakin bahwa kebenaran dan cintakasih Kristen tidak ditemukan di dalam cara-cara kekerasan, tipu muslihat dan fitnah sebagaimana terlihat di dalam Gereja Ortodoks.

Hidup rohaninya mulai berkembang terlebih dengan turut-sertanya ia di dalam kegiatan-kegiatan liturgi sebagai lektor atau penyanyi. Tidak ada upacara di gereja Tritunggal Mahakudus yang diabaikannya.

Pada tahun 1604 ia masuk biara Tritunggal Mahakudus dan menerima nama baru yaitu Yosafat. Jumlah calon di biara itu kurang sekali; tiga tahun lamanya ia sendiri saja, bersama pemimpin biara, yang bergelar Archimandret.

Namun tujuan hidupnya jelas nyata yaitu: bertapa, berdoa dan bermeditasi, serta bermatiraga untuk memohon dari Tuhan persatuan Gereja Ortodoks dengan Gereja Roma dalam kandang kebenaran.

Pada tahun 1609 ia ditahbiskan menjadi imam; delapan tahun kemudian ia menjadi Uskup Polotsk. Yosafat ternyata seorang uskup yang saleh dan keras terhadap dirinya sendiri, tapi murah hati terhadap sesamanya.

Ia seorang rasul yang rajin, terutama giat dalam usaha untuk menciptakan persatuan Gereja. Hasilnya nyata: Rusia Putih kembali kepada ikatan cintakasih Kristus di bawah pimpinan wakilnya, Sri Paus di Roma.

Banyak orang memusuhi dia karena iri hati terhadap semua usahanya itu. Meskipun demikian ia tidak takut. Ia bersedia mempertaruhkan nyawanya demi cita-citanya mempersatukan Gereja.

Pada bulan Oktober 1623, ia pergi ke kota Witebesk, benteng orang skismatik dengan maksud menyampaikan kotbah yang jelas mengenai persatuan Gereja Kristus. Sementara itu musuh-musuhnya tetap mencari jalan untuk membunuhnya.

Pada tanggal 12 Nopember sesudah Misa, beberapa penjahat masuk ke dalam kediamannya dan secara kejam menyerang dan membunuh pelayan-pelayannya. Uskup saleh ini tampil ke depan dan dengan berani mengatakan: "Aku inilah yang kamu cari.

Mengapa kamu membunuh pelayan-pelayanku yang tak bersalah ini?" Yosafat kemudian dibunuh juga dan jenazahnya dibuang ke dalam sungai Dvina. Kemartirannya membuka mata banyak orang skismatik yang kemudian bertobat dan bersatu dengan Gereja Roma yang benar.

Di antaranya ada seorang Uskup Agung Ortodoks, pemimpin kaum oposisi.

Itulah renungan harian Katolik Rabu, 12 November 2025. Semoga Tuhan Memberkati!



Simak Video "Video: Pramono Resmikan Gereja Kalvari Lubang Buaya"

(urw/urw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork