Renungan Harian Katolik Senin, 3 November 2025: Pay It Forward!

Renungan Harian Katolik Senin, 3 November 2025: Pay It Forward!

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Senin, 03 Nov 2025 08:00 WIB
Contoh renungan harian
Foto: Getty Images/Halfpoint
Makassar -

Umat Katolik setiap hari melakukan ibadah dan membaca renungan berdasarkan bacaan yang telah diatur di kalender liturgi. Lantas, apa bacaan dan renungan harian Katolik hari ini, Senin, 3 November 2025?

Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, 3 November Gereja mengenang Santo Martinus de Porres. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Rm. 11:29-36, Mzm. 69:30-31,33-34,36-37, dan Luk 14:12-14.

Renungan Katolik 3 November 2025 mengangkat tema "Pay It Forward" dikutip dari Buku Inspirasi Pagi LBI oleh Budi Ingelina. Nah, artikel ini juga memuat informasi:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  1. Bacaan harian berdasarkan kalender liturgi lengkap dengan mazmur tanggapan.
  2. Renungan harian hari ini Senin, 3 Oktober 2025.
  3. Teks doa penutup.
  4. Kisah Santo yang dirayakan hari ini.

Yuk, disimak!

Renungan Harian Katolik Hari Ini 3 November 2025

Berikut bacaan hari ini:

ADVERTISEMENT

Bacaan I: Rm. 11:29-36

Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.

Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka,

demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan.

Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua.

O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?

Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Mazmur Tanggapan: Mzm. 69:30-31,33-34,36-37

  • Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.
  • Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.
  • Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya. Anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.

Bacaan Injil: Luk 14:12-14

Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.

Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.

Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Renungan Hari Ini: Pay It Forward!

Balas budi atau balas jasa merupakan satu ajaran yang ditanamkan kepada kita sejak kita masih kecil. Anak-anak sering kali diingatkan, "Jangan lupa akan kebaikan orang tua dan berbakti."

Begitu pun lingkungan sosial dan dunia relasi yang dibangun manusia umumnya lekat dengan konsep balas jasa ini. Jika kita menerima kebaikan, kita harus ingat untuk membalas kebaikan itu.

Bahkan ada orang-orang yang kemudian memutarbalikkan konsep itu menjadi, "Jika aku memberi, maka aku akan menerima." Ini lalu menjadi motivasi bagi mereka untuk gemar berderma karena mengharapkan balasan demi kesejahteraan hidup mereka.

Penginjil Lukas hari ini berbagi kisah menarik tentang ajaran yang bertolak belakang dengan pandangan umum. Yesus mengabaikan ajaran dan aturan balas jasa.

Bukan hanya itu, Yesus bahkan menentangnya. "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya." Apa sebenarnya makna dan tujuan di balik larangan ini?

Pertama, kebaikan menjadi kurang nilai dan bobotnya. Pemberian atas dasar relasi tidak didasari oleh oleh sesuatu yang krusial, yaitu kebutuhan.

Yesus menyarankan, jika kita ingin menjamu, sasarlah orang yang miskin, cacat, lumpuh, dan buta. Kelompok ini jelas adalah orang-orang yang paling membutuhkan, bukan hanya makanan fisik, melainkan juga makanan mental dan spiritual, yakni kasih sayang, perhatian, kebahagiaan, dan sebagainya.

Dengan mengundang mereka, kita memenuhi kebutuhan mereka, dan kebaikan yang kita alirkan itu menjadi sungguh bernilai. Kedua, kebaikan sepatutnya diberikan kepada orang yang tidak memiliki apa-apa, sehingga mereka tidak mampu membalasnya kembali.

Konsep ini sangat penting: Yesus ingin agar kita memberi bukan karena mengharapkan balasan. Ini memang sesuatu yang sulit, apalagi kita hidup di dunia yang selalu menerapkan perhitungan angka, menimbang berat-ringan dan besar-kecil, dunia serba statistik yang tidak pernah lupa akan aspek untung-rugi.

Kita hidup di dunia materialistis yang selalu disibukkan dengan pengejaran kenikmatan, status, dan keuntungan. Meskipun demikian, memberi tanpa pamrih bukanlah sesuatu yang mustahil.

Kalau kita hanya berfokus melakukan kebaikan tanpa pilih-pilih, dengan konsep: tebar, lupakan, dan tebarkan lagi, wajah dunia akan berubah. Kebaikan akan terus mengalir tanpa perlu berbalik arah.

Ketika itu terus-menerus terjadi, kita akan melihat gelombang kebaikan di mana-mana. Konsep akan berubah dari pay me back menjadi pay it forward.

Sama seperti yang dilakukan Allah sendiri terhadap manusia. Allah, sumber kebaikan, mengalirkan kebaikan-Nya kepada kita, namun tidak berharap kebaikan itu kembali kepada-Nya. Tidak perlu mencemaskan upah atau balasan yang akan kita terima, sebab mengenai hal ini, Tuhan telah berjanji, "Engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu.

Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Doa Penutup

Tuhan Yesus yang penuh kasih, kami bersyukur atas sabda-Mu hari ini yang menegur dan menuntun kami untuk meninggalkan sikap hati yang penuh perhitungan dan pamrih. Engkau mengingatkan kami bahwa kasih sejati tidak mencari imbalan, tetapi memberi dengan tulus, sebagaimana Engkau telah lebih dahulu mengasihi kami tanpa syarat.

Ya Tuhan, ubahkanlah hati kami agar semakin menyerupai hati-Mu. Ajarlah kami untuk berbuat baik bukan demi penghargaan atau balasan, melainkan karena cinta yang lahir dari iman. Jadikan kami pribadi yang rendah hati, murah hati, dan peka terhadap mereka yang miskin, tersingkir, dan terlupakan.

Semoga melalui setiap tindakan kasih kami, nama-Mu semakin dimuliakan, dan dunia ini semakin dipenuhi dengan terang kebaikan yang murni. Dalam nama-Mu kami berdoa, kini dan sepanjang masa. Amin.

Kisah Orang Kudus Hari Ini: Santo Martinus de Porrez, Pengaku Iman

Santo Martinus de Porrez lahir di kota Lima, Peru pada tanggal 9 Desember 1579. la anak tidak sah dari perkawinan gelap seorang lelaki bangsawan Spanyol yang tinggal di Peru dengan seorang wanita Negro.

Lelaki itu tidak mengakuinya sebagai anak, sehingga semenjak kecil Martin bersama saudarinya dibesarkan oleh ibunya. Semenjak masa kecilnya, Martin sudah menunjukkan suatu cara hidup yang saleh.

Ia rajin berdoa dan mempunyai keprihatinan besar pada orang-orang sakit dan miskin. Bahkan sejalan dengan perkembangannya, ia sudah mulai menyadari bahwa orang yang berkenan kepada Allah bukanlah yang berkulit putih melainkan yang berjiwa putih.

Mendengar tentang perkembangan Martin yang luar biasa itu, lelaki ayahnya itu kembali hidup bersama ibunya dan mengakui Martin sebagai anaknya. Ketika Martin berumur 12 tahun, ia menyekolahkan Martin.

Karena Martin bercita-cita menjadi dokter, maka ia memperkenankan Martin bekerja sambil belajar pada seorang ahli bedah. Di kemudian hari setelah menjadi seorang biarawan, pengetahuan dan pengalaman medisnya itu memberi manfaat besar baginya dalam menolong orang-orang sakit.

Sementara itu hidup rohaninya terus berkembang dewasa. Doa dan Kurban Misa merupakan santapan wajibnya setiap hari.

Keprihatinan dan semangat pengabdiannya kepada sesame yang malang nasibnya tetap berkobar. Agar lebih banyak memusatkan perhatian pada kepentingan sesama, ia bercita-cita menjadi biarawan.

Dalam rangka mewujudkan cita-citanya itu, pada umur 15 tahun ia meminta bekerja sebagai pelayan di biara Rosario, Lima tanpa menerima gaji. Di sana ia menjadi anggota dari Ordo Ketiga Dominikan.

Banyak orang, terutama pemimpin biara itu, tertarik pada kepribadian Martin yang saleh dan aktif bekerja. Setelah 9 tahun melayani umat, ia menjadi seorang bruder awam atas permintaan pemimpin biara itu.

Ia diserahi tugas-tugas sosial yang sesuai dengan bakatnya: membagikan makanan, pakaian, dan obat-obatan kepada kaum miskin. Tanpa kenal lelah ia berusaha mengumpulkan dana untuk membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan keuangan.

Tak mengherankan bahwa dalam waktu singkat ia sudah dikenal dan dicintai seluruh umat. Orang-orang kaya yang tergerak hatinya memberinya sejumlah besar uang untuk membangun sebuah panti asuhan bagi ratusan anak terlantar.

Di panti asuhan itu, Bruder Martin menjadi pendidik dan pembimbing anak-anak itu, sambil tetap menjalankan tugasnya sebagai pendamping dan penghibur orang-orang sakit, serta pembawa harapan bagi orang-orang yang bersusah. Dalam tugasnya itu, ia juga menyembuhkan banyak orang sakit secara ajaib, membantu memecahkan kesulitan perjodohan, dan memberikan nasehat kepada tokoh-tokoh masyarakat.

Ia juga penyayang binatang-binatang termasuk cacing tanah. Tikus-tikus yang berkeliaran di dalam biara tidak lagi mengganggu karena perintahnya.

Meskipun ia sibuk dengan berbagai tugas itu, ia tetap memanfaatkan tujuh jam sehari untuk berdoa dan bermeditasi di hadapan Sakramen Mahakudus. Ia menjalankan devosi khusus kepada Santa Perawan Maria sehingga beberapa kali ia mengalami penampakan Bunda Maria.

Bruder Martin terkenal karena kerendahan hatinya dan usahanya yang gigih untuk memperhatikan dan membela orang-orang Indian dan Negro. Hal ini ditentang keras oleh para bangsawan Spanyol di Peru. Karena perjuangannya itu, ia sering dihina dan dicerca sebagai anak tidak sah dan berdarah campur.

Meskipun demikian, ia sama sekali tidak merasa terhina, karena ia percaya bahwa semua yang dilakukannya berkenan pada Allah. Prinsipnya ialah semua manusia diciptakan Allah dan sama di hadapan Allah.

Selama menjalani kehidupan membiara, Martin tidak pernah meminta jubah baru. Ia hanya mempunyai satu jubah yang diberikan kepadanya ketika ia resmi menjadi seorang anggota di biara itu.

Ketika ajalnya mendekat, ia dengan rendah hati meminta sehelai jubah baru. Katanya: "Inilah jubah kuburku yang akan kupakai untuk menghadap takhta pengadilan Allah." Tak lama berselang, bruder saleh ini menghembuskan nafasnya terakhir pada tanggal 3 Nopember 1639, dalam usia 59 tahun.

Jenazahnya dipikul ke kubur oleh dua orang uskup, wakil raja Spanyol dan seorang pegawai tinggi kerajaan. Makamnya dikunjungi banyak pejabat gereja dan pejabat Kerajaan Peru.

Ia digelari 'beato' pada tahun 1837 oleh Sri Paus Gregorius XVI (1831-1846) dan dinyatakan 'kudus' pada tanggal 6 Mei 1962 oleh Sri Paus Yohanes XXIII (19581963). Ia diangkat sebagai pelindung suci bagi para pejuang karya penghapusan diskriminasi rasial.

Itulah renungan harian katolik Senin, 3 November 2025. Semoga Tuhan Memberkati!




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads