Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengakui masih banyak pedagang yang menjual beras premium di atas harga eceran tertinggi (HET). Pemkab menilai banyak yang menjual di atas HET karena serapan yang rendah.
"Untuk temuan di Enrekang sendiri, harga beras premium memang sedikit lebih tinggi, naik sekitar Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilogram dibandingkan harga normal sedangkan untuk medium itu aman," kata Plt Sekda Enrekang Zulkarnain Kara kepada detikSulsel, Kamis (23/10/2025).
Pria yang juga menjabat Kepala Dinas Perdagangan Enrekang ini mengatakan, berdasarkan pemantauan Badan Pangan Nasional (Bapanas), pergerakan harga beras dibedakan menjadi dua kategori beras medium dan premium. Pada Agustus lalu, harga beras di Enrekang sempat mengalami degradasi, namun kini kondisi beras medium relatif stabil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat itu beras medium, dan kondisinya saat ini sangat stabil. Memang masih ada persoalan di beras premium, tapi kami berharap tidak meluas karena yang mengonsumsi jenis ini hanya kalangan tertentu," ujarnya.
Zulkarnain menjelaskan, salah satu penyebab harga beras premium tinggi karena daya serap pasar yang rendah. Pedagang yang telah membeli stok dengan harga mahal enggan menjual dengan harga lebih rendah karena takut merugi.
"Dari hasil penelusuran, salah satu penyebab tingginya harga beras premium adalah daya serap yang rendah di pasaran. Akibatnya, pedagang yang sudah terlanjur membeli dengan harga tinggi enggan menjual dengan harga yang lebih rendah karena takut rugi," bebernya.
Adapun untuk menekan agar harga beras premium bisa kembali dijual sesuai HET yakni dengan menyiapkan operasi pasar. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Bulog untuk langkah tersebut.
"Saya sudah berkomunikasi dengan Bulog supaya bisa melakukan operasi pasar untuk beras premium, karena ini perlu penetrasi pasar," jelasnya.
Plt Kadis Ketahanan Pangan Kabupaten Enrekang drg. Sri Siswaty Zainal mengakui harga di pasaran untuk premium bahkan tembus hingga Rp 16 ribu per kilogram. Pemerintah kabupaten menilai kenaikan ini terjadi karena pedagang menjual kembali dengan harga tinggi setelah membeli dari pemasok dengan harga yang mahal.
"Untuk yang premium itu ada yang jual hingga Rp 16 ribu per kilogram. Memang ini sudah di atas HET premium (yang seharusnya Rp 14.900 per kilogram)," terangnya.
Ia menyebut, tingginya harga beras premium juga dipicu oleh keterbatasan produksi lokal. Pasokan beras Enrekang sebagian besar berasal dari kabupaten tetangga seperti Pinrang dan Sidrap.
"Salah satu penyebabnya karena produksi beras kita memang sedikit. Sebagian besar pasokan berasal dari Pinrang dan Sidrap," katanya.
Meski begitu, pemerintah memastikan harga beras medium tetap stabil di pasaran. Stabilitas ini, kata dia, merupakan hasil dari langkah strategis Dinas Perdagangan yang fokus menggenjot Gerakan Pangan Nasional (GPN) dan tidak melibatkan beras premium dalam program tersebut.
"Kami di leading sector terus genjot GPN. Makanya harga beras medium bisa stabil, karena kami tidak masukkan beras premium di situ," jelasnya.
Simak Video "Video: Mentan Lapor ke Prabowo Harga Beras Mulai Turun"
[Gambas:Video 20detik]
(ata/sar)