Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi.
Pendidikan maritim adalah suatu sistem pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis pelayaran dan pengoperasian kapal. Pendidikan maritim juga mencakup aspek manajerial, hukum laut, etika profesi, teknologi maritim, dan pelestarian lingkungan.
Calon pelaut dan profesional maritim memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menjawab tantangan industri laut yang terus berkembang. Keterampilan itu didapatkan melalui pendidikan yang terstruktur dan sesuai dengan standar internasional seperti Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW) dari International Maritime Organization (IMO).
Menurut International Maritime Organization (IMO, 2022), pendidikan maritim adalah sistem pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk tenaga profesional di bidang kelautan dan pelayaran, baik dalam aspek teknis, navigasi, keselamatan, maupun manajemen maritim secara komprehensif.
Pendidikan ini mencakup pelatihan yang mengacu pada Standar Pelatihan, Sertifikasi, dan Penjagaan bagi Pelaut (STCW), yang diterapkan secara internasional untuk menjamin kompetensi dan keselamatan pelaut.
Dalam konteks nasional, Kementerian Perhubungan RI (2021) mendefinisikan pendidikan maritim sebagai program pendidikan formal dan nonformal yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi pelaut, teknisi kapal, pengelola pelabuhan, ahli logistik, dan profesional lainnya di sektor maritim. Pendidikan ini menekankan kombinasi antara pembelajaran teoretis, pelatihan praktis, dan pengembangan etika profesional kelautan.
UNESCO (2019) juga menegaskan bahwa pendidikan maritim bukan sekadar pelatihan profesi, tetapi juga mencakup pembentukan wawasan kebangsaan dan kesadaran terhadap pentingnya laut sebagai sumber daya strategis bagi pembangunan berkelanjutan, keamanan nasional, dan keberagaman hayati. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau dan 70% wilayahnya berupa perairan, memiliki kebutuhan mendesak akan SDM yang unggul di bidang maritim.
Bappenas (2020) menyatakan bahwa kekurangan tenaga terlatih dan profesional di bidang pelayaran, perikanan, dan logistik laut menjadi salah satu hambatan utama dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Pendidikan maritim berperan strategis dalam menjembatani kesenjangan antara potensi kelautan nasional dan realisasi pengelolaannya.
Hal ini sejalan dengan Agenda SDGs 14 (Life Below Water), yang menyerukan perlunya pembangunan kapasitas dan pendidikan untuk melestarikan serta memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan.
Peran Pendidikan Maritim dalam Perekonomian Global
Menurut International Maritime Organization (IMO, 2022), sekitar 80% volume perdagangan dunia dilakukan melalui jalur laut, menjadikan industri maritim sebagai tulang punggung perekonomian global. Dalam konteks ini, pendidikan maritim memiliki peran strategis sebagai penghasil sumber daya manusia (SDM) yang kompeten, profesional, dan mampu mengelola dinamika perdagangan internasional secara efisien dan berkelanjutan.
Pendidikan maritim mencakup pelatihan teknis, navigasi, hukum laut, logistik, manajemen pelabuhan, keselamatan pelayaran, serta konservasi lingkungan laut, yang semuanya berkontribusi terhadap ekosistem ekonomi global yang kompleks.
Olehnya, diperlukan SDM Maritim yang Kompeten. Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) maritim yang kompeten merupakan fondasi utama dalam mewujudkan industri maritim yang tangguh, aman, dan berdaya saing global. Kompetensi SDM di sektor ini mencakup keahlian teknis, kemampuan manajerial, pemahaman hukum laut, hingga penguasaan teknologi terkini dalam pelayaran dan logistik laut.
Pendidikan maritim yang terstruktur dan berbasis standar internasional seperti STCW dari IMO menjadi kunci dalam membentuk pelaut profesional yang mampu menjalankan tugas operasional kapal, menjaga keselamatan navigasi, serta mematuhi protokol internasional. Selain itu, keterampilan nonteknis seperti kepemimpinan, komunikasi efektif, manajemen risiko, dan etika kerja menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter pelaut yang andal dan bertanggung jawab.
Pada konteks globalisasi, SDM maritim harus mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi, seperti pemanfaatan sistem navigasi berbasis satelit (ECDIS), mesin berbahan bakar ramah lingkungan, dan sistem monitoring kapal secara digital. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan maritim saat ini terus berkembang, mengintegrasikan pelatihan simulasi (simulator bridge, engine room), pembelajaran berbasis digital, serta pemahaman regulasi terbaru seperti MARPOL dan SOLAS.
Di Indonesia, lembaga seperti Politeknik Pelayaran Sorong telah menjadi pelopor dalam mencetak SDM maritim berkualifikasi internasional. Kemitraan antara institusi pendidikan dan industri pelayaran sangat penting untuk menciptakan link and match, di mana lulusan tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu menjadi inovator di tengah dinamika industri laut global.
Dengan SDM maritim yang kompeten, Indonesia dan negara maritim lainnya dapat mengelola kekayaan laut secara optimal, meningkatkan efisiensi logistik, serta memperkuat posisinya dalam rantai pasok dunia.
Pengembangan Teknologi dan Inovasi Maritim
Pengembangan teknologi dan inovasi maritim merupakan pilar penting dalam memperkuat daya saing industri kelautan di tengah dinamika global yang serba digital dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, pendidikan maritim berperan sebagai motor utama yang mendorong terciptanya riset-riset terapan, teknologi baru, dan inovasi proses dalam sektor pelayaran, perkapalan, logistik laut, hingga pemanfaatan energi kelautan.
Kemajuan seperti kapal otonom (autonomous ships), sistem navigasi berbasis AI, pelacakan kargo real-time, hingga desain kapal ramah lingkungan menjadi bagian dari lanskap teknologi modern yang membutuhkan SDM maritim yang adaptif, kreatif, dan terampil secara teknis.
Lembaga pendidikan tinggi dan vokasi maritim, seperti Politeknik Pelayaran Sorong, maupun universitas dengan program studi teknik kelautan dan perkapalan, kini tidak hanya menjadi tempat transfer pengetahuan dasar, tetapi juga pusat inovasi yang berorientasi pada solusi.
Melalui kolaborasi dengan industri, pelabuhan, dan pemerintah, pendidikan maritim memfasilitasi pengembangan teknologi digital seperti ship performance monitoring system, ballast water treatment, dan vessel traffic service (VTS), yang sangat penting dalam mewujudkan efisiensi dan keberlanjutan operasional laut.
Pendidikan maritim mendorong lahirnya wirausaha berbasis teknologi kelautan, misalnya dalam bidang desain kapal kecil, pemetaan laut digital (hydrography), dan aplikasi pemantauan lingkungan laut.
Inovasi ini tidak hanya mendukung peningkatan produktivitas industri, tetapi juga menjadi jawaban terhadap tantangan global seperti perubahan iklim dan pencemaran laut. Dengan demikian, pengembangan teknologi dan inovasi maritim yang didorong oleh pendidikan akan memperkuat transformasi sektor kelautan menuju era industri maritim 4.0 yang tangguh, hijau, dan berkelanjutan.
Simak Video "Video: Suara-suara Lega Warga Dengar PPN 12% Cuma Sasar Barang Mewah"
(sar/sar)