9 Mitos Gerhana Bulan untuk Ibu Hamil, Adakah Dasarnya dalam Islam?

9 Mitos Gerhana Bulan untuk Ibu Hamil, Adakah Dasarnya dalam Islam?

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Kamis, 04 Sep 2025 22:00 WIB
Ilustrasi Ibu Hamil Sedih
Mitos Gerhana Bulan untuk Ibu Hamil
Makassar -

Mitos gerhana Bulan untuk ibu hamil masih banyak diyakini oleh masyarakat Indonesia. Berbagai kepercayaan di berbagai daerah pun bermunculan saat gerhana Bulan terjadi.

Mulai dari larangan keluar rumah hingga anjuran memakai peniti di baju. Mitos-mitos ini diwariskan secara turun-temurun dan masih melekat hingga sekarang.

Namun, bagaimana sebenarnya Islam memandang fenomena ini? Apakah benar gerhana Bulan dapat memengaruhi kondisi ibu hamil atau hanya sekadar keyakinan yang tidak memiliki dasar ilmiah maupun agama?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk simak informasi berikut yang telah detikSulsel rangkum dari berbagai sumber!

Mitos Gerhana Bulan untuk Ibu Hamil di Berbagai Daerah

Berikut beberapa mitos gerhana Bulan untuk Ibu Hamil di berbagai daerah yang sampai saat ini masih dipercaya sebagian masyarakat:

ADVERTISEMENT

1. Ibu Hamil Harus Keramas dan Menyisir di Depan Rumah

Bagi sebagian masyarakat di pulau Jawa terdapat tradisi mandi keramas dan menyisir di depan rumah yang dilakukan ibu hamil sambil melihat gerhana. Tradisi ini diyakini oleh sebagian masyarakat Jawa bahwa mandi keramas untuk mengusir makhluk gaib.

2. Melakukan Tradisi Liwetan

Selain Mandi, liwetan juga menjadi tradisi masyarakat Jawa yang mengandung mitos saat gerhana Bulan terjadi. Sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa makhluk gaib atau buto ijo akan datang saat gerhana Bulan untuk memangsa janin.

3. Ibu Hamil Dilarang Keluar Rumah

Mitos gerhana Bulan yang juga cukup populer di kalangan ibu hamil adalah tidak boleh keluar rumah. Sebagian masyarakat meyakini bahwa ibu hamil yang keluar rumah saat gerhana Bulan akan mengandung bayi yang memiliki kelainan bentuk wajah atau tanda lahir.

4. Ibu Hamil Harus Berbaring Lurus

Mitos lain yang dipercaya oleh sebagian ibu hamil adalah harus berbaring lurus saat terjadi gerhana Bulan. Hal ini dilakukan dengan keyakinan dapat mencegah bayi mengalami sendi bengkok.

5. Tidak Boleh Menggunakan Pisau

Ibu hamil dilarang menggunakan pisau saat gerhana Bulan menjadi salah satu mitos yang diyakini oleh masyarakat India. Menurut astrologi India, ibu hamil yang memotong sayuran dan buah dengan pisau saat gerhana Bulan bisa melahirkan bayi dengan kondisi bibir sumbing.

6. Dianjurkan Menggunakan Peniti

Berbeda dengan India, penggunaan benda tajam seperti peniti justru disarankan di Meksiko saat gerhana Bulan. Menurut mitos, ibu hamil yang mengenakan peniti bisa terlindungi dari dampak buruk gerhana Bulan pada janinnya, seperti bibir sumbing.

7. Diharuskan Menggunakan Pakaian Merah

Selain peniti, mitos dari Meksiko juga mengharuskan ibu hamil dianjurkan mengenakan pakaian merah saat gerhana Bulan. Mitos menyebut, peniti dan pakaian merah dapat melindungi janin dari bibir sumbing.

8. Dilarang Makan dan Melakukan Pekerjaan Rumah

Terdapat mitos lain tentang gerhana Bulan pada ibu hamil di India, yakni dilarang untuk makan dan melakukan pekerjaan rumah tangga. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi bayi mereka yang belum lahir dari hal buruk.

9. Berbaring di bawah Tempat Tidur

Di Kotabumi, Lampung Utara, saat gerhana, sejumlah ibu hamil bersembunyi di kolong tempat tidur. Itu dilakukan supaya anak yang dilahirkannya kelak tidak cacat.

Lalu, ibu hamil tersebut diminta memakai sarung, kemudian neneknya mengusap perut calon ibu tiga kali sembari bermohon agar janin terhindar dari bala. Mereka percaya, ritual itu dilakukan agar bayi yang dilahirkan wajahnya tidak hitam.

Benarkah Mitos Gerhana Bulan Mempengaruhi Ibu Hamil?

Terkait pertanyaan mitos-mitos gerhana Bulan untuk ibu hamil, salah satu ulama yakni Buhya Yahya memberikan jawaban. Dalam salah satu video YouTubenya, ia menjelaskan bahwa tidak boleh mempercayai mitos-mitos yang beredar saat terjadi gerhana.

"Gerhana Matahari Rembulan Anda ngapain? Salat gerhana, bukannya masuk kolong, bukan pukul-pukul pohon biar berbuah, nggak ada itu semua, nggak boleh percaya seperti itu," ungkapnya yang dikutip dari kanal YouTube Buya Yahya pada Kamis (4/9/2025).

Lebih lanjut, Buya Yahya menjelaskan ketika gerhana sebaiknya melakukan salat gerhana.

"Salatlah! salat, bukan masuk kolong. Kasihan, enggak usah masuk kolong, itu mitos tidak boleh ada yang percaya. Jadi kalau Anda menemukan gerhana sebaiknya salat gerhana," jelasnya.

Ia juga menjelaskan kondisi pada saat zaman Nabi ketika ada yang memfitnah gerhana. Yakni ketika Sayidina Ibrahim wafat dan dikaitkan dengan gerhana.

"Waktu itu ada fitnah gerhana pada zaman Baginda Nabi waktu sayidina Ibrahim putra Baginda Nabi wafat ada gerhana, orang kira karena gerhana putra Nabi Muhammad wafat. Nabi mengatakan Gerhana bukan karena anakku wafat tapi ini tanda kebesaran Allah," lanjutnya.

Pandangan Islam tentang Gerhana

Dilansir dari jurnal IAIN Kediri, yang berjudul 'Gerhana dalam Perspektif Hukum Islam dan Astronomi', gerhana adalah peristiwa penting yang secara gamblang menunjukkan bahwa ada kekuatan Yang Maha Agung di luar batas kemampuan manusia. Sebaiknya ketika peristiwa tersebut terjadi manusia merasa rendah di hadapan Sang Pencipta, menadahkan muka, dan menghadap Allah.

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (٣٧)

Dan dari sebagian tanda-tanda-Nya adalah malam dan siang serta adanya Matahari dan Bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari atau Bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang menciptakan keduanya. (QS. Fushshilat: 37)

Syari'at Islam yang Dilakukan Saat Gerhana

Masih dari sumber yang sama, berikut adalah hal-hal yang sebaiknya dilakukan saat terjadi gerhana:

1. Perbanyak Doa, Zikir, Istigfar, Takbir, Salat Gerhana dan Sedekah

Pertama, memperbanyak doa, zikir, istighfar, takbir, hingga sedekah saat terjadi gerhana. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam sabda Rasulullah SAW dari 'Aisyah.

"Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah." (HR. Bukhari Muslim)

2. Melaksanakan Salat Gerhana

Kedua, melaksanakan salat gerhana. Pada salat gerhana tidak ada azan dan iqamah, panggilan untuk melaksanakan salat gerhana menjadi al-ṣalātu jāmi'ah.

Aisyah mengatakan dalam sebuah hadis, "Pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana Matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama'ah dengan: ash-ṣalātu jami'ah (mari kita lakukan salat berjama'ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku' dan empat kali sujud dalam dua raka'at." (HR. Muslim)

3. Salat Gerhana Berjamaah di Masjid

Ketiga, mengerjakan salat gerhana secara berjamaah di masjid. Dalam sebuah hadis dari 'Aisyah, Rasulullah SAW mengendarai kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Raasulullah SAW melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan salat. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi mendatangi tempat salatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia salat di situ.

Ibnu Hajar mengatakan, "Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana." (Fathul Bari, 4:10)

4. Berkhutbah Setelah Salat Gerhana

Terakhir adalah berkhutbah setelah mengerjakan salat gerhana. Diriwayatkan bahwa setelah Rasulullah SAW melaksanakan salat gerhana, beliau berkhutbah di hadapan orang banyak. Beliau memuji dan menyanjung Allah, lalu bersabda:

"Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo'alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah." (HR Bukhari).

Demikian mitos gerhana Bulan untuk ibu hamil dan bagaimana pandangan Islam. Semoga menjawab ya, detiker.




(edr/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads