Renungan Harian Katolik Jumat, 8 Agustus 2025 dan Bacaan: Jalan Murid Yesus

Renungan Harian Katolik Jumat, 8 Agustus 2025 dan Bacaan: Jalan Murid Yesus

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Jumat, 08 Agu 2025 09:30 WIB
Ilustrasi renungan harian Katolik di gereja Katolik
Foto: Unsplash/Mateus Campos Felipe
Makassar -

Bagi Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi KWI, hari ini Jumat, 8 Agustus merupakan hari biasa dengan peringatan wajib St. Dominukum.

Renungan hari ini mengangkat tema Jalan ninja murid Yesus yang dilansir dari buku Inspirasi Pagi oleh Agus Kani CS Pastor Kapelan Komunitas Katolik Bahasa Portugis di Frankfurt, Jerman. Renungan ini juga dilengkapi dengan daftar bacaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk, disimak!

Renungan Harian Katolik Hari ini Jumat, 8 Agustus 2025

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan.

ADVERTISEMENT

Bacaan 1: Ul. 4:32-40

Sebab cobalah tanyakan, dari ujung langit ke ujung langit, tentang zaman dahulu, yang ada sebelum engkau, sejak waktu Allah menciptakan manusia di atas bumi, apakah ada pernah terjadi sesuatu hal yang demikian besar atau apakah ada pernah terdengar sesuatu seperti itu.

Pernahkah suatu bangsa mendengar suara ilahi, yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti yang kau dengar dan tetap hidup?

Atau pernahkah suatu Allah mencoba datang untuk mengambil baginya suatu bangsa dari tengah-tengah bangsa yang lain, dengan cobaan-cobaan, tanda-tanda serta mujizat-mujizat dan peperangan, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan kedahsyatan-kedahsyatan yang besar, seperti yang dilakukan TUHAN, Allah mu, bagimu di Mesir, di depan matamu?

Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia.

Dari langit Ia membiarkan engkau mendengar suara-Nya untuk mengajari engkau, di bumi Ia membiarkan engkau melihat api-Nya yang besar, dan segala perkataan-Nya kau dengar dari tengah-tengah api.

Karena Ia mengasihi nenek moyang mu dan memilih keturunan mereka, maka Ia sendiri telah membawa engkau keluar dari Mesir dengan kekuatan-Nya yang besar,

untuk menghalau dari hadapan mu bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari padamu, untuk membawa engkau masuk ke dalam negeri mereka dan memberikannya kepadamu menjadi milik pusaka mu, seperti yang terjadi sekarang ini.

Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhan lah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain.

Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang ku sampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaan mu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umur mu di tanah yang diberikan TUHAN, Allah mu, kepadamu untuk selamanya."

Mzm. 77-12-13,14-15,16,21

Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.

Ya Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami?

Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa.

Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela

Air telah melihat Engkau, ya Allah, air telah melihat Engkau, lalu menjadi gentar, bahkan samudera raya gemetar.

Bacaan Injil: Mat.16:24-28

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salib-Nya dan mengikut Aku.

Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?

Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya."

Renungan Hari Ini

Dalam berbagai anime Jepang, seorang ninja digambarkan sebagai pribadi yang setia dan ulet. Ia berdisiplin tinggi dan menghidupi semangat pengorbanan tanpa pamrih demi tujuan yang lebih besar. Seorang ninja tidak hidup untuk dirinya sendiri. Ia berlatih dalam keheningan, setia pada misi, dan tidak mencari pujian. Kehidupan harian para ninja memang selalu tersembunyi, tetapi penuh kedisiplinan.

Penginjil Matius hari ini mempertemukan kita dengan nasihat Yesus yang tegas dan menantang. Yesus tidak menawarkan jalan yang mudah, dan tidak menjanjikan kenyamanan atau popularitas. Sebaliknya, Ia mengundang kita menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya. Ini bukan sekadar nasihat rohani, melainkan sebuah panggilan untuk hidup dalam ketaatan dan kasih yang radikal. Jalan Kristus bukan tentang kenyamanan dan popularitas, melainkan tentang kasih, pengorbanan, dan hidup yang sejati. Inilah jalan ninja seorang murid Yesus.

Berkaitan dengan itu, ada dua kata kunci yang disampaikan Yesus, yakni menyangkal diri dan memikul salib. Menyangkal diri bukan berarti membenci diri sendiri, melainkan menempatkan kebaikan bersama di atas kehendak pribadi. Ini adalah panggilan untuk membebaskan diri dari ego, ambisi pribadi, dan kenyamanan demi mengikuti jalan kasih Kristus yang penuh pengorbanan namun membebaskan. Dalam kehidupan sehari-hari, ajakan ini bisa diwujudkan lewat kesediaan untuk melayani tanpa pamrih, mengampuni meskipun sering kali terasa sulit, dan kesetiaan dalam tanggung jawab kecil tanpa mengharapkan tepuk tangan dan pujian dari orang lain. Seperti seorang ninja yang berlatih dalam keheningan, kita dipanggil untuk setia dan tekun, bahkan ketika tidak ada yang melihat.

Sementara itu, memikul salib bukan hanya sekadar menerima penderitaan, melainkan memilih untuk setia kepada kebenaran, kasih, dan pengampunan, bahkan ketika itu tidak menguntungkan atau menyakitkan. Salib tersebut bisa berupa pengampunan yang berat, kesetiaan dalam relasi yang sulit, atau keberanian untuk menolak kompromi demi integritas iman. Salib-salib kecil setiap hari bisa berupa kesabaran, kerendahan hati, dan pengendalian diri. Dalam semua itu, Yesus tidak sekadar meminta, tetapi terlebih dahulu telah memberi kita teladan.

Di tengah dunia yang mengagungkan kesenangan instan dan kebebasan tanpa batas, nasihat Yesus itu terdengar kontras, bahkan menantang. Dalam mengikuti Dia, kita dituntut untuk peka, berani dalam mengambil keputusan, dan rendah hati untuk mau dibentuk. Kasih sejati bukan soal perasaan, melainkan tindakan. Seperti para ninja yang bekerja secara tersembunyi, kita pun dipanggil untuk menjadi terang dalam kegelapan dunia meski tanpa tepuk tangan dan gemuruh pujian. Mengikuti Yesus berarti siap menghadapi tantangan, ditolak, dan disalahpahami, namun tetap berjalan dalam kasih dan tekun dalam perbuatan baik. Apakah kita bersedia hidup seperti ninja dalam mengikuti Yesus, dalam arti setia, memberi tanpa pamrih, dan tetap berjalan meski tidak terlihat?

Kisah Santo Dominikus, Pengaku Iman

Dominikus lahir pada tahun 1170 di Calaruega, Spanyol. Orangtua nya, Don Felix de Guzman dan Joana dari Aza dikenal sebagai bangsawan Kristen yang saleh dan taat agama. Joana ibunya kemudian dinyatakan Gereja sebagai 'beata'; kakaknya, Mannes dan Antonio mencurahkan hidupnya bagi Tuhan dan Gereja sebagai imam; dua orang keponakan nya menjadi imam dalam ordo religius yang didirikannya, Ordo Dominikan. Mannes dikemudian hari digelari 'beato' karena kesucian hidupnya dan pengabdiannya yang tulus kepada Tuhan dan Gereja.

Masa kecil dan mudanya ditandai dengan kesucian dan semangat belajar yang tinggi. Pendidikan awalnya ditangani langsung oleh paman nya yang sudah menjadi imam. Dominikus kemudian melanjutkan studinya ke sekolah Katedral Palencia. Pada umur 24 tahun ia masuk biara di Osma dan tak lama kemudian ditabhiskan menjadi imam. Karier imamat nya dimulai di Osma didukung oleh doa kontemplatif yang sungguh mendalam. Doa kontemplatif ini yang melahirkan cinta yang tulus kepada umatnya. Karya apostolik nya dimulai sejak tahun 1203 ketika aliran bidaah Albigensianisme melancarkan serangan terhadap kebenaran iman Gereja. Waktu itu, Dominikus bersama uskupnya, Diego d'Azevido sedang dalam perjalanan ke Denmark untuk melaksanakan suatu misi diplomatik bagi Raja Alfonso IX (1188-1230).

Albigensianisme, yang lahir pada awal abad ke-13 di kota Albi, Prancis Selatan ini, merongrong ajaran iman yang benar. Aliran ini mengajarkan bahwa segala yang jasmani itu jahat. Ajaran Gereja tentang Tritunggal MahaKudus, peristiwa penjelmaan dan Penebusan umat manusia dalam Pribadi Yesus Kristus diingkarinya; juga semua sakramen, ibadat dan apa saja yang merupakan ungkapan iman Gereja ditolak. Karena sangat fanatik, para penganut aliran sesat ini tanpa segan merusak gereja-gereja dan biara, menghancurkan gambar-gambar kudus dan salib. Segala hubungan antara Gereja dan Negara ditiadakan. Mereka sangat terampil dalam menyebarkan ajarannya sehingga menarik begitu banyak umat menjadi pengikut. Terdorong oleh desakan batin untuk memberantas pengaruh jahat aliran sesat ini, Dominikus mendapat ilham untuk mendirikan sebuah tarekat religius yang lebih memusatkan perhatian pada soal Pewartaan Sabda. Ordo religius Dominikus ini kemudian lazim dikenal dengan nama 'Ordo Praedicatorum' atau 'Ordo para Pengkhotbah'.

Pada pertengahan musim panas pada tahun 1206, seusai urusan diplomatik di Denmark dan kunjungan ke Roma, Dominikus bersama Uskup Diego kembali ke Spanyol. Di Montpellier, Prancis Selatan, mereka bertemu dengan para pengkhotbah utusan Paus yang mulai putus asa dalam mengemban tugas memberantas pengaruh ajaran aliran sesat Albigensianisme. Mereka berniat meninggalkan hidup biaranya karena gagal dalam tugas pewartaannya. Banyak faktor membuat mereka gagal: para bangsawan yang merupakan orang kepercayaan masyarakat sudah mengikuti aliran sesat itu; jumlah imam sangat sedikit dan tidak disiapkang dengan baik dalam hal cara mewartakan Injil, padahal para pewarta ajaran sesat itu sangat terampil dalam menyebarkan ajarannya; faktor kegagalan yang lain datang dari kalangan Uskup Prancis Selatan itu sendiri. Mereka acuh tak acuh terhadap bahaya yang menggoncang ajaran iman yang benar, dan lebih getol dalam hal-hal duniawi.

Menghadapi keputusasaan para utusan Paus, Uskup Diego dan Dominikus menasehati mereka untuk terus mewartakan Injil Kristus meskipun banyak rintangannya. Mereka dinasehati agar meniru teladan para Rasul dalam pewartaan Injil; memasuki pelosok-pelosok dengan berjalan kaki tanpa membawa uang dan makanan, dan bergaul rapat dengan rakyat yang sudah sesat. Diego dan Dominikus dengan setia menemani mereka dalam kegiatan pewartaan itu. Hasil yang dicapai cukup lumayan, meskipun masih ada juga kegagalan. Uskup Diego dan Dominikus serta Uskup Fulk dari Tolouse, Prancis Utara terus mendampingi para pewarta dalam perjuangan besar memberantas pengaruh jahat Albigensianisme.
Pada tahun 1214, Dominikus mendiskusikan bersama rekan-rekannya rencana mendirikan sebuah tarekat religius. Rencana ini didukung dan mulai dilaksanakan tahun berikutnya bersamaan dengan pemberian hadiah sebuah rumah besar oleh Petrus Seila dari Tolouse. Uskup Fulk memberi restunya.

Pandangan hidup yang dianut Ordo Dominikan, yang dikenal dengan nama 'Ordo Predicatorum' atau 'Ordo Pengkhotbah' ini merupakan sesuatu yang belum dikenal pada masa itu. Dominikus menggabungkan corak hidup kontemplatif dengan kehidupan aktif: mewartakan Injil di luar biara, kerja tangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, belajar dan lain-lain. Misinya sungguh-sungguh merupakan sesuatu yang baru, karena pada masa itu hal pewartaan adalah tugas khas pada Uskup. Dengan kekhasan ini, Dominikus bermaksud memberikan Gereja suatu Ordo Religius Imam yang berbobot dan handal.

Restu atas berdirinya Ordo Dominikan ini diperoleh ketika Dominikus bersama Uskup Fulk mengikuti Konsili Lateran IV di Roma pada tahun 1215. Sri Paus Innocentius III (1198-1216) berjanji meneguhkan ordo itu apabila Dominikus sudah memiliki suatu aturan hidup membiara yang terbukti ampuh dan sebuah gereja sebagai tempat Misa Kudus dan upacara lainnya. Kedua tuntutan Paus ini akhirnya terpenuhi. Dominikus bersama rekan-rekannya sepakat memilih aturan hidup Santo Agustinus dan menyusun konstitusi ordo mereka. Uskup Fulk mempercayakan gereja Santo Romanus di Tolouse kepada Dominikus. Di samping gereja itu, Dominikus mendirikan rumah biaranya yang pertama.

Kekhasan Ordo Dominikan ini diperkuat oleh suatu pengalaman mistik. Ketika berdoa di Basilik Santo Petrus di Roma, Dominikus mengalami penglihatan berikut: Santo Petrus dan Paulus mendatangi Dominikus. Petrus menyerahkan kepadanya sebuah kunci, dan Paulus memberinya sebuah buku. Kepadanya Petrus dan Paulus berkata: "Pergilah dan wartakanlah Injil, karena engkau telah ditentukan Allah untuk misi pelayanan itu". Kecuali itu, dalam penglihatan itu pun Dominikus menyaksikan para imamnya mewartakan Injil ke seluruh dunia.
Di Prancis Selatan sendiri, karya pewartaan itu sulit sekali dilaksanakan karena kerusuhan politik dan militer. Karena itu, Dominikus memutuskan untuk mewartakan Injil di wilayah Eropa lainnya seperti Spanyol dan Paris sembil tetap menggalakkan pewartaan di Tolouse dan Prouille. Dari wilayah-wilayah itu, Dominikus mulai melancarkan misi universal ordonya ke berbagai daerah.

Untuk mempertegas ciri khas ordonya, Dominikus mengundang imam-imamnya untuk membicarakan berbagai hal penting seperti pendidikan para imam Dominikan, kegiatan pewartaan, kepemimpinan ordo dan penghayatan kaul kemiskinan. Oleh imam-imamnya, Dominikus sendiri diangkat sebagai pemimpin ordo pertama. Ia pun diangkat sebagai pemimpin misi kePausan di Lombardia tatkala umat di wilayah itu diresahkan oleh ajaran sesat. Bersama Kardinal Egolino, Dominikus melancarkan perlawanan gencar terhadap berbagai ajaran sesat. Pekerjaan di Lombardia sangat menguras tenaganya.

Dominikus meninggal dunia di Bologna pada tanggal 6 Agustus 1221 setelah menderita sakit keras. Kesucian Dominikus sungguh luar biasa. Ia seorang pendoa yang merasakan benar makna kehadiran Allah. Tentang dirinya, rekan-rekannya berkata: "Ia terus berbicara dengan Tuhan dan tentang Tuhan; siang hari ia bekerja bagi sesamanya, dan malam hari ia berkontak dengan Tuhan". Sebelum meninggal ia berpesan: "Tetaplah teguh dalam cinta kasih dan kerendahan hati, dan jangan tinggalkan kemiskinan!"

Itulah renungan harian Katolik, Jumat 8 Agustus 2025 beserta bacaannya untuk dijadikan panduan dalam merenungkan sabda Tuhan. Semoga Tuhan Memberkati, detikers




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads