Pemprov Sulsel Soroti Kebijakan PPATK Blokir Rekening Dormant Diduga Judol

Adhe Junaedi Sholat - detikSulsel
Kamis, 07 Agu 2025 21:26 WIB
Foto: Sekda Sulsel Jufri Rahman. (Foto: Adhe Junaedi Sholat/detikSulsel)
Makassar -

Pemprov Sulsel turut mengkritik kebijakan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dalam menangani rekening dormant atau rekening tidak aktif yang belakangan dikaitkan dengan transaksi judi online (judol). Diharapkan agar ada kebijakan lain yang lebih komprehensif.

"Semua rekening dormant pasti orang yang tidak banyak uangnya. Kenapa dormant, tidak ada uang yang digerakkan. Dan nilainya juga kecil-kecil. Rp 5 juta, bagi orang miskin, Rp 5 juta itu menentukan nasib dan masa depannya," kata Sekda Sulsel Jufri Rahman usai menghadiri kegiatan sosialisasi percepatan transformasi data yang digelar Kemenko Polkam di Makassar, Kamis (7/8/2025).

Jufri mencontohkan, dalam kondisi darurat seseorang bisa saja gagal menyelamatkan anggota keluarganya karena uang di rekeningnya tidak bisa ditarik akibat status dormant. Menurutnya, rekening dormant umumnya hanya dimiliki oleh masyarakat kecil yang menyimpan uang terbatas.


"Misalnya ada keluarganya mau dibawa ke rumah sakit, merasa ada uangnya Rp 5 juta (di rekening), pas dia tarik, eh dormant. Mesti dia urus lagi dan sebagainya, mati di jalan itu anak, dosa besar PPATK kalau begitu," ungkapnya.

Dia juga menilai tuduhan bahwa rekening dormant kerap digunakan untuk judi online adalah alasan yang naif. Menurutnya, transaksi judi online justru membutuhkan rekening yang aktif dan sangat dinamis dalam bertransaksi.

"Alasannya lagi begitu naif kalau saya. Dormant biasa digunakan untuk judi online, bos kalau judi online itu pasti aktif rekeningnya, karena setiap hari, bahkan setiap jam transaksi. Sama seperti trader emas, pergerakan uangnya masif, pasti aktif," bebernya.

Jufri pun meminta PPATK berhenti menyulitkan masyarakat dan lebih fokus membongkar jaringan besar di balik maraknya judi online. Jika berkaitan dengan judol, ia merasa ada bandar besar yang lebih baik dikejar dibanding menyulitkan rakyat.

"Hentikan itu, tidak usaha. Indonesia sudah cukup susah, jangan lagi cari kesulitan lain. Kenapa selalu warga dicurigai sebagai rakyat judol. Kenapa bukan bandarnya yang buat orang berjudol. Bandarnya pasti lebih banyak, lebih besar," jelasnya.



Simak Video "Video: Sindikat Pembobol Bank Rp 204 Miliar Mengaku Satgas Perampasan Aset"


(ata/ata)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork