Sekolah Rakyat Terintegrasi 19 di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan (Sulsel) kekurangan lima orang tenaga pendidik setelah 4 orang mundur lantaran persoalan jarak dan tidak ada izin dari orang tua. Pihak sekolah sementara bermohon ke Kementerian Sosial (Kemensos) untuk penggantinya.
"Kebutuhan guru keseluruhan 20, dan yang lolos seleksi hanya 19 orang. Namun dari 19 orang itu, sudah mundur sebanyak 4 orang, dan ada satu slot yang tidak terisi, makanya kita kekurangan 5 guru," ujar Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 19 Wajo, Asri kepada detikSulsel, Selasa (5/8/2025).
Asri mengatakan, guru yang pertama kali mundur adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI). Kemudian disusul tiga guru lainnya yakni guru bimbingan konseling (BK), guru Ekonomi, dan guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama satu orang guru mundur baru tiga lagi yang mundur. Yang pertama tidak ada izin dari orang tua, dan yang tiga lainnya karena persoalan jarak karena domisili Pulau Jawa semua," katanya.
"Untuk pengganti sudah kami ajukan ke Kemensos, dan sudah kami sampaikan data-datanya. Untuk mekanisme penggantinya dari Kemensos semua yang tahu. Harapan kita semua kekosongan guru bisa terisi dengan cepat," sambung Asri.
Dia menerangkan, Sekolah Rakyat Terintegrasi 19 Wajo dijadwalkan akan dilaunching pada 15 Agustus mendatang. Lalu dilanjutkan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
"Rencana beroperasi informasinya tanggal 15 Agustus untuk launching. Setelah launching tidak langsung pembelajaran, kita MPLS dulu selama dua pekan, karena orientasinya lumayan panjang, karena pengenalan juga dengan asramanya," sebutnya.
Asri menambahkan, untuk jumlah rombongan belajar (rombel) ada empat. Dua rombongan belajar tingkat SMP dan dua tingkat SMA.
"Untuk rombongan belajar dua SMP, dan dua SMA. Jadi totalnya 100 siswa," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak tiga guru Sekolah Rakyat Terintegrasi 19 di Kabupaten Wajo, mengundurkan diri. Mereka mundur karena lokasi sekolah jauh dari kampung halaman hingga tidak mendapatkan izin dari orang tua (ortu).
"Betul, ada tiga guru mundur. Alasannya lokasi jauh dari domisili, dan tidak ada izin dari orang tua," ujar Asri, Senin (4/8).
(ata/ata)