Bagi Umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk memperdalam relasi pribadi dengan Allah. Melalui renungan ini, umat diajak untuk merenungkan sabda Tuhan secara lebih personal, menanggapi panggilan-Nya, serta membawanya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Sabtu, 2 Agustus 2025, terdapat beberapa ayat alkitab yang dijadikan renungan harian. Renungan harian Katolik ini biasanya berdasarkan bacaan Kitab Suci yang ditentukan oleh kalender liturgi harian.
Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Pkh. 1:2; 2:21-23; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17;Kol.3:1-5.9-11;Luk.12:13-21. Hari ini juga gereja memasuki Hari Minggu Biasa XVIII.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk, disimak!
Renungan Harian Katolik Hari Ini Minggu, 3 Agustus 2025
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan.
Bacaan I: Pkh. 1:2; 2:21-23
Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Inipun kesia-siaan dan kemalangan yang besar.
Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya?
Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia.
Mazmur Tanggapan: Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17
Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.
Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,
Di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Kembalilah, ya TUHAN?berapa lama lagi? ?dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.
Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.
Bacaan II: Kol.3:1-5.9-11
Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.
Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
Bacaan Injil: Luk.12:13-21
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Homili Minggu, 3 Agustus 2025
Dikutip dari pena Katolik tema Homili Minggu Biasa yang ke XVIII adalah jangan serakah. Berikut Homili lengkapnya:
Siapa yang belum pernah dengar atau membaca tentang Aristoteles Socrates Onassis? Dialah raja kapal berkebangsaan Yunani yang sangat kondang pada abad ke-20. Bukan hanya menguasai kapal pesiar multi nasional, tetapi juga sejumlah pesawat pribadi, apartemen mewah dan hotel-hotel besar di beberapa kota besar di dunia serta koleksi seni super mahal dan sejumlah pulau pribadi. Cucunya masih mampu menyandang gelar milyader super kaya di dunia. Lewat kekayaannya si Raja Kapal itu juga mampu menggaet mantan first lady AS, Jacqueline Kennedy.
Meski demikian, anggota keluarganya mengalami kejadian-kejadian yang tak mampu diatasinya. Putranya yang masih berumur 24 tahun, tewas dalam kecelakaan pesawat. Musibah ini menggoncangkan keluarga Onassis: Kedua orangtuanya tidak bisa menerima kejadian itu. Thina Onassis, ibunya bunuh diri karena tidak tahan menderita batin. Dua tahun kemudian Onassis sakit parah dan meninggal. Ternyata kekayaan duniawi tidak mampu "membeli" kesehatan dan kebahagiaan!
Orang kaya yang diceriterakan YESUS dengan perumpamaan dalam Bacaan Injil hari ini, terjebak dalam keyakinan bahwa "harta kekayaan adalah segalanya; uang mampu membeli apa saja dan siapa saja". Karena itu, ia melipatgandakan lumbungnya untuk menimbun gandum dan mendirikan gudang untuk menyimpan hartanya. Ia menganggap kekayaannya itu mampu menjamin hidupnya yang panjang. Tetapi terhadap orang serakah itu Firman ALLAH bersabda: "Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan ALLAH." (Luk.12: 20, 21).
Ternyata harta, kekayaan, uang dan sejumlah barang serta bangunan mewah sekali pun tidak mampu menyelamatkan hidup seseorang. Umur ternyata tidak bisa dibeli! Hanya TUHAN-lah, Sumber Kehidupan, yang mampu menjamin dan menyelamatkan hidup kita. Dan harta yang diperoleh itu pun tidak bisa dibawa mati!
Kitab Pengkotbah dalam Bacaan Pertama, mengkritisi juga sikap orang yang hanya memikirkan untuk menumpuk terus harta duniawi itu: "Kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia..... Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya?" (Pkh.1: 2; 2: 22).
Demikian pula Rasul Paulus dalam Bacaan Kedua, mengingatkan kita yang telah dibangkitkan bersama KRISTUS melalui Sakramen Baptis dan sakramen lainnya, agar kita mencari perkara-perkara yang di atas, di mana KRISTUS ada, duduk di sebelah kanan ALLAH. "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi....... Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala." (Kol.3: 2,5).
Apakah dengan demikian kita tidak boleh mencari harta duniawi dan menjadi kaya? Tidak demikian. TUHAN saja mengharapkan kita untuk bekerja dan dengan bekerja keras dan jujur kita akan memperoleh hasil. Bila kita pandai mengelola maka hasil jerih payah kita itu mampu menjadikan kita orang kaya. Kaya boleh asalkan "kaya di hadapan ALLAH." (lihat Luk.12: 21).
Kaya di hadapan ALLAH, yaitu bila kekayaannya itu diperoleh melalui bekerja dengan keras, jujur dan bukan melalui jalan penipuan, manipulasi, korupsi atau merampas hak orang lain. Dengan demikian cara memperoleh kekayaan harus sah, tidak bertentangan dengan peraturan publik serta tidak melanggar etika dan moralitas. Lalu kekayaan yang diperoleh itu harus dipergunakan dengan benar, artinya tidak hanya dengan rakus dan egois dinikmati sendiri, melainkan secara suka rela juga dibagikan kepada orang lain, khususnya yang miskin dan terbelakang. Kaya di hadapan ALLAH, artinya juga ada keseimbangan antara mencari harta duniawi dengan mencari harta surgawi.
Mahatma Gandhi pernah mengatakan: "Dunia ini sanggup memenuhi kebutuhan setiap manusia, namun tidak untuk kerakusannya".
Bagaimana kita sendiri bersikap terhadap harta kekayaan? Apakah orientasi hidup kita didominasi oleh sifat dan sikap yang serakah? Egois?
Demikianlah renungan harian Katolik beserta bacaanya untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Selamat Hari Minggu, detikers!
(alk/alk)