Paskah merupakan peringatan penting bagi umat Katolik. Peringatan ini menandai peristiwa Kebangkitan Yesus Kristus.
Menjelang Paskah, umat Katolik akan berpuasa dan berpantang selama 40 hari. Masa ini disebut Prapaskah, sebuah masa pertobatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa sebelum Hari Paskah.
Namun, terdapat sejumlah aturan puasa dan pantangannya yang harus diperhatikan umat Katolik. Untuk mengetahuinya, berikut ulasan lengkap mengenai aturan berpuasa dan berpantang di masa Prapaskah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disimak, yuk!
Aturan Puasa dan Pantang
Dilansir dari laman resmi Iman Katolik, berpuasa dan berpantang wajib dilakukan mulai Hari Rabu Abu hingga Hari Paskah. Kewajiban ini untuk memperingati kesengsaraan yang dihadapi Yesus dan kematiannya.
Seseorang yang beriman dan telah berusia 18 tahun wajib berpuasa. Sementara, berpantang diwajibkan kepada seseorang mulai dari usia 14 tahun.
Berikut aturan berpuasa dan berpantang yang perlu diperhatikan umat Katolik:
Aturan Berpuasa
- Makan kenyang satu kali dalam sehari
- Boleh makan tiga kali sehari tapi dengan ketentuan, yaitu:
- Kenyang, tak kenyang, tak kenyang
- Tak kenyang, kenyang, tak kenyang
- Tak kenyang, tak kenyang, kenyang
Aturan Berpantang
- Pantang Daging
- Pantang Rokok
- Pantang Garam
- Pantang Gula dan Manisan (permen, dan lain-lain)
- Pantang Hiburan (radio, televisi, bioskop, dan film)
Arti Puasa dan Pantang
Masih dari laman Iman Katolik, dijelaskan bahwa puasa yang dimaksud dalam agama Katolik adalah tindakan sukarela untuk tidak makan atau minum. Baik seluruhnya yang sama sekali tidak makan atau minum apapun maupun sebagian yang berarti mengurangi makan dan minum.
Sedangkan pantang adalah hal-hal yang harus dihindari selama berpuasa. Mulai dari daging, rokok, garam, gula dan manisan, hingga hiburan.
Makna Puasa dan Pantang
Berpuasa dan berpantang memiliki makna yang besar bagi agama Katolik. Kewajiban ini memurnikan hati orang. Selain itu, hal ini juga membantu seseorang untuk fokus dalam berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah.
Puasa dan pantang menata hidup dan tingkah laku rohani umat. Dengan melaksanakan kewajiban ini, seseorang telah mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan sesaat, dengan penuh rasa syukur atas kelimpahan karuania Tuhan.
Seseorang yang mengerjakan puasa dan mematuhi pantangan berarti ia telah berupaya mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.
Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi.
Demikianlah ulasan mengenai aturan puasa dan pantang dalam agama Katolik. Selamat beribadah, detikers!
(alk/alk)