Pidato bulan Ramadhan sering dicari sebagai referensi untuk menyusun ceramah di masjid, pengajian, atau kajian keagamaan. Pidato ini mengandung pesan-pesan keagamaan seperti keutamaan berpuasa, amalan-malan utama di bulan Ramadhan, hingga larangan-larangan di bulan mulia tersebut.
Agar pesan lebih mudah dipahami, sebaiknya pidato disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan jelas. Untuk memperkaya isi pidato, sebaiknya juga menyertakan dalil Al-Qur'an dan hadis.
Dengan pesan-pesan keagamaan ini, umat muslim dapat semakin termotivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah selama Ramadhan. Nah, bagi detikers yang membutuhkan referensi, berikut detikSulsel menyajikan kumpulan contoh pidato bulan Ramadhan singkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk, dipilih!
Pidato Bulan Ramadhan Singkat
Kumpulan pidato Ramadhan di bawah ini dihimpun dari buku "30 Materi Ceramah Ramadhan" oleh Muhammad Indra Kurniawan dan buku "Kumpulan Ceramah Ramadhan Singkat dan Praktis oleh hatta Syamsuddin:
1. Menyambut Ramadhan, Berlomba Meraih Ampunan
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan yang penuh berkah ini, bulan Ramadhan. Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Kita diseru oleh Allah SWT untuk selalu berlomba meraih ampunan-Nya:
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوْا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
"Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar." (QS. Al-Hadid, 57:21)
Allah SWT selalu menyediakan waktu dan kesempatan bagi manusia agar berlomba meraih ampunan-Nya. Waktu dan kesempatan harian berupa ibadah sholat lima waktu; mingguan berupa ibadah sholat Jum'at; tahunan berupa ibadah puasa Ramadhan, dan lain sebagainya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
"sholat lima waktu, sholat Jum'at ke sholat Jum'at berikutnya, dan puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan berikutnya, menjadi penghapus (dosa-dosa) di antara waktu-waktu tersebut, jika dosa-dosa besar ditinggalkan."* (HR. Muslim No. 233)
Bahkan di bulan Sya'ban yang lalu pun Allah sediakan waktu untuk mencurahkan maghfirah-Nya:
يَطَّلِعُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ كُلِّهِمْ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
"Allah Ta'ala menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya pada malam nishfu sya'ban, maka Dia mengampuni mereka seluruhnya, kecuali orang yang musyrik atau pendengki." (As Silsilah Ash Shahihah, 3/135, No. 1144)
Nanti pasca Ramadhan dan Syawal, Allah SWT sediakan pula ibadah haji. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُتْ وَلَمْ يَفْسُقُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berhaji, lalu dia tidak berbuat rafats (menghamburkan syahwat), tidak berbuat fasik, niscaya akan diampuni bagi dosa-dosanya yang lalu." (HR. At Tirmidzi No. 808)
Ringkasnya, seluruh momen ibadah, hakikatnya adalah kesempatan bagi kita untuk meraih maghfirah dari Allah SWT.
Oleh karena itu, momen istimewa bulan Ramadhan ini pun harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT berkenan mengampuni dosa-dosa kita.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
2. Amalan Unggul di Bulan Puasa
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita bimbingan dan kekuatan dalam mengisi bulan Ramadhan ini. Tidak lupa selawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah SAW, uswah dan qudwah kita dalam mengisi Ramadhan dengan segenap amal kebaikan dan ibadah yang disyariatkan.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Tanpa terasa hari-hari Ramadhan terus berjalan cepat, sebelum terlambat marilah senantiasa kita mengevaluasi amal apa saja yang telah kita jalankan. Apakah benar-benar kita telah mengoptimalkan Ramadhan untuk mendulang pahala dan keberkahan ? Atau malah justru kita melewati hari hari di dalamnya hanya dengan kemalasan dan amal ibadah seadanya ?. Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas dua ibadah unggulan di bulan Ramadhan, yaitu Qiyam Ramadhan atau yang biasa disebut dengan sholat tarawih, serta tadarus atau membaca dan mempelajari kitab suci Al-Quran. Selain dua ragam ibadah tersebut, di dalam bulan Ramadhan masih banyak terbuka peluang amal ibadah unggulan lainnya yang juga disyariatkan. Mari kita telusuri satu persatu secara singkat, dan berusaha kita jalankan selagi masih ada kesempatan di bulan Ramadhan kali ini.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT
Pertama: Memperbanyak Sedekah
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ»
Dari Ibnu Abbas RA. Berkata:
"Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan kedermawanannya lebih lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril menemuinya. dan Jibril menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur'an. Sungguh Rasulullah SAW lebih murah hati melakukan kebaikan daripada angin yang berhembus". (Shahih Al Bukhari)
Kedua: Menyediakan hidangan berbuka
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang memberi hidangan berbuka untuk orang yang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sama sekali." (HR. Tirmidzi. Dia berkata, "Hadits hasan shahih.").
Ketiga: Menjalankan I'tikaf di Akhir Ramadhan
عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.
Akhirnya, Mari bersama menguatkan tekad, saling menasehati satu sama lainnya, seraya memohon kekuatan kepada Allah SWT agar benar-benar kita bisa menghiasi Ramadhan ini dengan sepenuh amal kebaikan.
3. Ramadhan dan Penjagaan Sholat
Segala puji hanyalah bagi Allah semata, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada nabi junjungan kita: Muhammad SAW, yang senantiasa kita harap syafaatnya pada hari kiamat kelak. Begitu pula kepada para sahabat dan keluarga beliau yang mulia, serta seluruh pengikut risalahnya hingga akhir nanti.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT
Setiap hari kita menjalani sholat lima waktu. Setiap kita pasti mendambakan bisa menjalankan sholat-sholat tersebut dengan optimal, agar kita bisa merasakan buah dari keberkahan sholat yang digambarkan dalam firman Allah SWT: "Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar " (QS Al-Ankabut: 45). Jelas tersirat dari ayat tersebut, bahwa sholat kita seharusnya mampu menjaga diri kita dari perbuatan dosa. Bukan sekedar sholat penggugur kewajiban saja. Namun kenyataan menunjukkan hal berbeda, betapa banyak orang yang sholat tapi masih terasa ringan dalam berbuat maksiat dan dosa. Oleh karena itu, menjadi penting bagi kita untuk berusaha meniti langkah dalam mengoptimalkan sholat kita. Setidaknya ada tiga langkah optimalisasi sholat yang perlu kita renungkan dan praktekkan dalam sholat kita sehari-hari, antara lain sebagai berikut:
Pertama: Optimalisasi dari sisi awal waktu
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman" (QS An-Nisa 103). Sholat adalah kewajiban yang terikat dengan waktu. Karenanya, menjadi langkah terbaik bagi seorang muslim untuk menjalankannya di awal waktu. Dalam riwayat Bukhori, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh Ibnu Mas'ud tentang amal yang paling dicintai oleh Allah SWT, maka yang pertama beliau sebutkan adalah: "sholat pada waktunya". Sebaliknya, bagi mereka yang meremehkan waktu sholat dengan menunda-nunda, diancam dengan kecelakaan di akhirat nanti. Allah SWT berfirman: "kecelakaan bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) yang lalai dari sholatnya " (QS Al-Maun 4-5). Rasulullah SAW juga mencela sekelompok munafik di Madinah yang menunda-nunda waktu sholat ashar hingga menjelang terbenamnya Matahari.
Kedua: Optimalisasi dari sisi berjamaah
Langkah optimalisasi sholat berikutnya adalah menjaga sholat kita agar senantiasa berjamaah. Hukum sholat berjamaah bagi kaum laki-laki adalah sunnah muakkadah yang hampir mendekati wajib. Dari sisi pahala dan keutamaannya, tak kurang Rasulullah SAW menyatakan dalam haditsnya: "Sholat berjamaah lebih utama pahalanya dari pada sholat sendirian, sebanyak dua puluh tujuh derajat" (HR Bukhori Muslim). Selain menambah pahala, dengan sholat jamaah pun kita bisa merasakan hikmahnya berupa penguatan ukhuwah antara kita, tetangga atau rekan kerja.
Ketiga: Optimalisasi dari sisi Kekhusyukan
Langkah berikutnya adalah menjaga kekhusyukan sholat kita. Syeikh Muhammad Ali Tonthowi mengartikan khusyuk sebagai: ketakutan dalam hati kepada Allah SWT, yang terlihat pada anggota badan, menjadikannya tenang dan merasakan bahwa ia berdiri menghadap Allah SWT. Kekhusyukan dalam sholat adalah salah satu indikasi keberuntungan seorang yang beriman. Allah SWT berfirman: "sungguh telah beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) yang khusyuk dalam sholat-sholat mereka " (QS Al-Mukminun 1-2). Untuk mendapatkan kekhusyukan tentu banyak hal yang harus kita upayakan, seperti: memahami fungsi dan hikmah sholat, mengenal keagungan Allah, dan tentu saja dengan memahami ucapan dan doa yang kita lantunkan dalam sholat kita.
Akhirnya, semoga sholat yang kita jalani setiap hari tidak lagi menjadi hiasan dan penggugur kewajiban. Tetapi menjadi momentum yang dinanti-nanti untuk dijalani dengan optimal, agar mendapatkan buah dan berkahnya, di dunia maupun akhirat. Semoga Allah SWT memudahkan. Wallahu a'lam bisshowab.
4. Ramadhan dan Manajemen Waktu
Alhamdulillah, segala puji hanya kepada Allah SWT. Kita bersyukur hingga hari ini diberi kekuatan dan kesempatan untuk menjalani hari-hari Ramadhan dengan penuh amal kebaikan. Sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW nabi junjungan kita semua, yang mengisi Ramadhan dengan sepenuh amal yang berkah. Memberikan contoh kepada kita beragam amal yang disyariatkan dalam Ramadhan yang mulia. Semoga kita mampu meniru dan menjalankannya.
Waktu berjalan begitu cepat, begitu pula dengan bulan Ramadhan kali ini. Hari terus berganti, bulan dan demikian pula tahun selalu berganti, maka yang terbaik untuk dilakukan seorang muslim adalah melakukan muhasabah atau evaluasi diri. Allah SWT berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)," (QS Al Hasyr 18)
Salah satu yang kita perlu kita renungi adalah berjalannya waktu yang begitu cepat, terkadang membuat banyak orang lalai, sehingga saat usia menjelang senja, atau badan mulai terlihat renta, penyesalan itu datang begitu rupa. Rasulullah SAW telah berpesan: "Manfaatkan lima perkara sebelum datang lima perkara lainnya, (yaitu): masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum masa sempitmu, masa longgarmu sebelum masa sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu " (HR an-Nasa'i)
Agar kita tidak termasuk mereka yang lalai dengan berlalunya waktu dan berkurangnya usia kita, maka marilah kita renungkan beberapa hal yang diajarkan Islam untuk menjadikan waktu kita lebih berkah.
Pertama: Mencari Akhirat tanpa Melupakan Dunia
Allah SWT berfirman: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi" (QS Al-Qoshos: 77). Ajaran syariat Islam yang luwas dan luwes memberikan peluang dan motivasi bagi setiap muslim untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya setiap muslim dituntut untuk mengisi waktunya dengan lebih tawazun (seimbang) antara beribadah, bekerja ataupun berdagang, agar senantiasa selaras antara kepentingan akhirat dan dunianya.
Kedua: Meninggalkan Hal yang Sia-sia tanpa makna
Rasulullah SAW berpesan tentang kunci sukses mendapatkan waktu yang berkah, beliau bersabda: "sebagian dari bukti kebaikan keislaman seseorang adalah, meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya" (HR Malik). Waktu yang luang senantiasa menghadirkan ujian baru bagi kita, apakah menghabiskannya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, ataukah menjadikannya sebagai momentum untuk memperbanyak amal ?. Seorang muslim harus senantiasa mawas dengan waktu-waktu luang yang datang silih berganti menghiasi siang malamnya.
Ketiga: Memperbanyak Amal yang Mengalirkan Pahala terus menerus.
Beramal untuk akhirat bagaikan berinvestasi, kita menginginkan hasilnya terus akan mengalir pada diri kita, meski kita tak lagi hidup di dunia ini. Usia kita terbatas, tapi pintu pahala masih selalu akan terbuka jika kita memulai amal kebaikan yang selalu bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW bersabda: "jika seorang manusia meninggal, maka terputus (pahala) amalnya, kecuali dari tiga sumber: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakannya" (HR Muslim). Inilah amal-amal bernilai investasi pahala yang tak akan surut, seperti; menuliskan ilmu dalam buku, atau mengajarkannya secara langsung, memberikan beasiswa pada pelajar, atau mewakafkan dan membangun masjid atau madrasah. Semua ini dengan niatan baik menjadi sumber pahala yang akan terus mengalir insya Allah, bahkan saat jasad kita telah menyatu dengan tanah sekalipun.
Akhirnya, semoga setiap berlalunya waktu senantiasa menjadi momentum bagi kita untuk mengevaluasi diri dan memperbanyak amal setelahnya, agar menjadikan waktu kita lebih berkah. Wallahu a'lam bisshowab.
5. Orang yang Berpuasa Berhak Mendapatkan Ampunan dan Surga-Ar-Rayyan
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah dalam ketaatan hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa melaksanakan puasa Ramadhan karena keimanan dan ihtisab (mengharap pahala dari Allah), akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari)
Di akhirat kelak, orang yang berpuasa akan mendapatkan keistimewaan berupa pintu khusus menuju surga, yakni pintu Ar Rayyan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ
"Sesungguhnya di surga ada pintu yang disebut Ar Rayyan, darinyalah orang-orang puasa masuk surga pada hari kiamat, tak seorang pun selain mereka masuk lewat pintu itu. Akan ditanya: Mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri, dan tidak akan ada yang memasukinya kecuali mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup dan tak ada yang memasukinya seorang pun." (HR. Bukhari No. 1797, 3084. Muslim No. 1152. An Nasai No. 2273, Ibnu Hibban No. 3420, Ibnu Abi Syaibah 2/424)
Namun, puasa yang membawa maghfirah dan memasukkan seseorang ke dalam surga bukanlah sekadar menahan lapar dan dahaga. Puasa yang diterima oleh Allah SWT adalah puasa yang juga menjauhkan diri dari segala perbuatan tercela.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعُ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, mengamalkannya, atau perbuatan bodoh, maka Allah tidak butuh atas usahanya dalam menahan lapar dan dahaga." (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
"Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar saja." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi)
Sebaliknya, orang yang meninggalkan puasa tanpa alasan yang dibenarkan syariat, maka ia berada dalam keadaan yang tercela. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu diriwayatkan secara marfu':
مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَلَا مَرَضٌ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَإِنْ صَامَهُ
"Barang siapa yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan tanpa adanya uzur, tidak pula sakit, maka tidaklah dia bisa menggantikannya dengan puasa sepanjang tahun, jika dia melakukannya." (HR. Bukhari)
Hadirin yang berbahagia,
Marilah kita manfaatkan bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, agar puasa kita bukan sekadar menahan lapar dan haus, melainkan menjadi sarana untuk mendapatkan ampunan Allah SWT dan meraih derajat yang tinggi di sisi-Nya.
Semoga Allah SWT menerima ibadah puasa kita dan menjadikannya sebagai penghapus dosa-dosa kita yang telah lalu.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
6. Ramadhan Bulan Ukhuwah
Segala puji hanyalah bagi Allah semata, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada nabi junjungan kita: Muhammad SAW, yang senantiasa kita harap syafaatnya pada hari kiamat kelak. Begitu pula kepada para sahabat dan keluarga beliau yang mulia, serta seluruh pengikut risalahnya hingga akhir nanti.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT....
Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh umat manusia, sejak awal telah mengajarkan budaya persatuan. Bukan saja dalam koridor sesama kaum muslimin atau yang biasa disebut dengan ukhuwah islamiyah, tetapi juga dalam konteks masyarakat berbangsa dan bernegara. Bahkan dalam sejarah dan realitas terkini pun akan mudah kita temukan, bahwa sejatinya persatuan umat memberikan kontribusi besar dalam menambah kualitas persatuan bangsa. Ajaran Islam melalui Al-Quran dan Sunnah banyak memberikan inspirasi bagi kaum muslimin untuk mengaplikasikan budaya persatuan dalam menjalani kehidupannya.
Setidaknya ada tiga aplikasi ajaran Islam yang berkaitan erat dengan upaya menuju persatuan yang lebih kuat, baik sesama kaum muslimin secara khusus, maupun sebagai bagian utuh dari masyarakat Indonesia. Tiga aplikasi dari ajaran persatuan dalam Islam tersebut adalah:
Pertama: Saling mengenal dan berinteraksi
Allah SWT berfirman: "Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal". (QS Al-Hujurot 13). Ajaran persatuan yang paling mendasar dalam Islam adalah dengan saling mengenal dan berinteraksi. Ini artinya pendapat Islam sebagai agama yang eksklusif sangat tidak relevan. Seorang muslim diharapkan mau membuka diri untuk bergaul dengan masyarakatnya. la harus menjadi yang pertama menyadari bahwa keragaman suku, budaya dan bahasa adalah kepastian bahkan menjadi sunnatullah tersendiri. la harus memperbanyak relasi, kenalan, dan jaringan, karena bisa jadi dari situlah ia mendapatkan peluang berbagi kebaikan lebih banyak lagi.
Kedua: Saling memahami & bertoleransi
Ajaran kedua yang berkaitan dengan budaya persatuan adalah sikap saling memahami dan bertoleransi. Setiap individu mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu pula kumpulan individu, organisasi, lembaga bahkan juga suku dan ras sekalipun. Dalam Islam, kelemahan itu untuk dipahami, bukan malah dieksplorasi dan dijadikan bahan kritikan, celaan yang tak pernah kunjung usai. Jika hanya sekedar mengenal tanpa berusaha memahami dan bertoleransi, maka persatuan satuan dalam skala apapun hanya menjadi impian yang semakin menjauh. Islam mengingatkan kita untuk saling memahami dan bertoleransi, diantaranya melalui larangan saling mencela dan menghina. Allah SWT berfirman: janganlah sebuah kaum merendahkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang direndahkan) itu lebih baik dari mereka. (QS Hujurat 11)
Tiga: Saling bekerjasama dan bersinergi
Setelah saling mengenal dan memahami, maka ajaran Islam menyempurnakan budaya persatuan dengan memerintahkan untuk saling bekerjasama dan bersinergi. Allah SWT berfirman: "... dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." ( Maidah 2). Wilayah kerja sama yang ditawarkan dalam ayat di atas sangat luas cakupannya. Imam Qurtubi dalam tafsirnya menukil ungkapan Imam Mawardhi: bahwa al-bir (kebajikan) adalah keridhoan manusia secara umum, sedangkan 'at-taqwa' adalah keridhoan Allah SWT. Dalam bahasa sederhananya, seorang muslim diperintahkan untuk saling bekerjasama, baik dalam lapangan kebaikan yang universal (kemanusiaan) maupun kebaikan dalam kacamata syariah. Disinilah kita perlu menyadari sepenuhnya, bahwa pada saat seorang muslim bekerja sama dalam mengerjakan sebuah kebaikan yang bersifat umum (kemasyarakatan dan kebangsaan) maka sejatinya ia sedang menjalankan amanat ajaran Islam.
Akhirnya, jika ketiga langkah di atas mampu dijalankan dengan baik oleh seorang muslim, insya Allah akan mendatangkan persatuan yang lebih kuat dan indah dalam setiap tataran kehidupan. Semoga kita semua mampu menjalankannya. Wallahu a'lam bisshowab.
Itulah kumpulan contoh pidato bulan Ramadhan sebagai referensi. Semoga bermanfaat!
(urw/alk)