Niatan di Balik Donald Trump Mau Beli Greenland

Niatan di Balik Donald Trump Mau Beli Greenland

Tim detikInet - detikSulsel
Jumat, 10 Jan 2025 19:30 WIB
Perumahan di Kota Nuuk, Greenland
Foto: (Getty Images/EyeEm Mobile GmbH)
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump menunjukkan minat untuk mengakuisisi Greenland. Trump akan melakukan segala cara untuk mendapatkan Greenland untuk meningkatkan keamanan dan mendapatkan sumber daya alam (SDA) yang tersembunyi di balik lapisan es.

Melansir dari detikINET, Jumat (10/1/2025), Donald Trump Jr. belum lama ini mendarat di Greenland, pulau Arktik yang sangat diinginkan ayahnya meski mendapat penolakan keras dari Greenland. Trump sendiri pernah mengutarakan seruan AS untuk memiliki Greenland sebagai kebutuhan mutlak.

"Tidak, saya tak dapat meyakinkan Anda soal keduanya (mengesampingkan penggunaan militer atau ekonomi), tapi saya dapat mengatakan ini, kita membutuhkannya untuk keamanan ekonomi," tegas Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Trump, Greenland sangat penting bagi keamanan AS. Namun para ahli berspekulasi jika Trump juga mengincar aspek lain seperti kekayaan SDA termasuk logam tanah jarang yang nantinya akan lebih mudah diakses karena perubahan iklim yang mencairkan es di Greenland.

Greenland Punya Letak Geografis yang Unik

Greenland merupakan pulau terbesar di dunia dan dihuni lebih dari 56.000 orang. Sekarang, Greenland merupakan wilayah otonomi Denmark dan memiliki posisi geopolitik yang unik karena terletak antara AS dan Eropa.

ADVERTISEMENT

Ibu Kota Greenland, Nuuk, bahkan lebih dekat ke New York daripada ke ibu Kota Denmark, Kopenhagen. Ulrik Pram Gad, peneliti di Institut Studi Internasional Denmark menyebut Greenland telah lama dianggap sebagai kunci keamanan AS, terutama untuk menangkal potensi serangan dari Rusia.

Trump Bukan Presiden AS Pertama Inginkan Greenland

Trump bukan Presiden AS pertama yang mengutarakan keinginannya untuk memiliki Greenland. Presiden Andrew Johnson, pada 1867 saat membeli Alaska, dia juga mempertimbangkan untuk membeli Greenland.

Keinginannya itu kemudian diwujudkan oleh Presiden Harry S Truman pada akhir Perang Dunia II dengan menawarkan Denmark USD 100 Juta untuk membeli Greenland. Namun usaha tersebut gagal, tapi berdasarkan perjanjian pertahanan 1951, AS memperoleh pangkalan udara yang sekarang disebut Pangkalan Luar Angkasa Pituffik.

Pangkalan tersebut terletak di Greenland Barat Laut di antara Moskow dan New York. Pangkalan ini menjadi pos terdepan paling utara angkatan bersenjata AS yang dilengkapi sistem peringatan rudal.

"AS ingin memastikan tidak ada kekuatan besar yang bermusuhan yang menguasai Greenland, karena itu dapat menjadi pijakan untuk menyerang AS," kata Pram Gad.

Trump Incar SDA Tersembunyi Greenland

Hal menarik dari Greenland yang membuat Trump bersikeras mendapatkan Greenland adalah endapan SDA yang melimpah. Menurut Klaus Dodds, Profesor geopolitik di Universitas London, banyak SDA tersembunyi di bawah lapisan es Greenland.

SDA tersebut termasuk minyak dan gas serta logam-logam tanah jarang yang sangat diminati untuk mobil listrik dan turbin angin dalam transisi hijau dan untuk peralatan perang. Saat ini China mendominasi produksi tanah jarang global dan mengancam akan membatasi ekspor mineral penting dan teknologi terkait.

"Tidak diragukan bahwa Trump dan para penasehatnya sangat khawatir tentang cengkeraman yang tampaknya dimiliki China," kata Dodds.

Menurutnya, es yang mencair dan suhu Arktik yang meningkat cepat menjadikan Greenland tak hanya dilanda krisis iklim, tapi juga meningkatkan peluang ekonomi. Es yang mencair membuka rute pelayaran dan meningkatkan jumlah waktu yang dapat dilalui selama musim panas di Belahan Bumi Utara.

Namun pada kenyataannya, kondisi di sepanjang rute ini masih sangat rentan dan es yang mencair justru dapat membuat perairan semakin berbahaya untuk diarungi. Namun meski meningkatkan risiko, es yang mencair mungkin membuat sumber daya alam Greenland makin mudah diakses atau ditambang meski hingga saat ini belum terbukti.

Pemerintah Denmark dan Greenland Tolak Keinginan Trump

Pemerintah Denmark dan Greenland menolak dengan tegas niatan AS untuk memiliki Greenland. Perdana Menteri Greenland mengatakan tidak ingin menyia-nyiakan perjuangan mereka untuk merdeka.

"Kami tidak untuk dijual dan takkan pernah dijual. Kami tak boleh kehilangan perjuangan kami selama bertahun-tahun untuk kebebasan," tegas PM Greenland Mute Egede.

Sementara mantan PM Greenland, Kuupik V Kleist mengungkap bahkan Trump jarang membangun komunikasi dengan penduduk Greenland. Ia mengatakan tidak mudah untuk membeli sebuah negara.

"Saya tidak melihat apa pun di masa depan yang akan membuka jalan bagi penjualan. Anda tidak bisa begitu saja membeli sebuah negara atau sebuah bangsa," kata Kuupik.

Denmark Panik Greenland Ingin Merdeka

Pemerintah yang dipimpin suku Inuit baru-baru ini meningkatkan tuntutan untuk merdeka dari Denmark. Dalam pidato tahun barunya, Egede menyerukan agar belenggu era kolonial disingkirkan.

Sementara itu, Dodds lantas mengatakan Denmark gelisah mendengar kabar tersebut. Langkah yang diambil Denmark dengan mengerahkan pasukan ke Greenland merupakan respon agar pulau itu tidak dimiliki AS.

"Denmark panik," kata Dodds.

Bulan Desember lalu, Denmark mengumumkan peningkatan besar dalam pengeluaran militer untuk Greenland. Menlu Denmark mengatakan Greenland dapat merdeka jika penduduknya menginginkannya, tapi takkan menjadi negara bagian AS.

Ia juga mengatakan Denmark terbuka untuk berdialog dengan AS untuk mempererat kerja sama. Dengan begitu ambisi mereka bisa terpenuhi.

Sementara itu, Greenland terus berupaya meningkatkan kemandirian dengan mendiversifikasi ekonominya. Nagara itu membuka bandara baru di Nuuk sebagai salah satu langkah.

Diketahui saat ini Greenland masih bergantung pada hibah dari Denmark. Setiap tahun, negara itu mendapat sebesar USD 500 juta.




(asm/sar)

Hide Ads