CEO Tesla Elon Musk menyebut Singapura dan beberapa negara lainnya akan mengalami kepunahan karena tingkat fertilitas atau kelahiran yang menurun. Omongan Elon Musk itu pun memicu kontroversi di media sosial.
Dilansir dari detikINET, Sabtu (7/12/2024), polemik itu bermula dari cuitan influencer di X, Mario Nawfal. Nawfal mengaku Singapura mengalami krisis bayi berdasarkan data yang dipaparkan oleh Newsweek.
"KRISIS BAYI DI SINGAPURA: AKANKAH ROBOT MENYELAMATKAN?" begitu bunyi pembuka tweet Nawfal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam cuitannya dituliskan bahwa angka kelahiran di Singapura telah mencapai titik terendah, yakni hanya 0,97 anak per perempuan. Angka tersebut jauh di bawah 2,1 yang dibutuhkan untuk menopang populasi.
Dari data itu, Nawfal menyebut bahwa tingkat lansia lebih banyak sementara pekerja dan tenaga kerja semakin menyusut. Kondisi ini membuat robot menggantikan tenaga manusia yang kurang memadai.
"Pada tahun 2030, hampir 1 dari 4 warga Singapura akan berusia di atas 65 tahun, dan rasio dukungan telah anjlok menjadi 4 pekerja dewasa per lansia. Pada tahun 2014, rasionya adalah 6," lanjut Nawfal.
Menurut Nawfal, pemerintah Singapura mendorong peralihan tenaga kerja untuk orang tua ke pemakaian robot. Kondisi ini membuat Singapura menjadi negara dengan densitas robot terbanyak kedua di dunia.
Cuitan tersebut kemudian ditanggapi oleh Elon Musk. Pendiri Space X menjawab dengan cuitan singkat yang menegaskan bahwa Singapura sedang menuju kepunahan.
"Singapore (and many other countries) are going extinct (Singapura [dan banyak negara lainnya] sedang menuju kepunahan)," tulis pendiri SpaceX dan Tesla tersebut.
Pro dan Kontra Ucapan Elon Musk
Perkataan Elon Musk itu pun menuai proa dan kontra di sosial media. Tidak sedikit netizen yang terheran-heran dengan omongan bos Tesla tersebut.
"Orang-orang hanya bertahan hidup. Orang-orang butuh lebih banyak modal agar merasa nyaman untuk memulai sebuah keluarga," pendapat @nilgirian.
"Angka kelahiran di mana-mana tampaknya menurun. Gila!" seru @CoffeeNGrit.
"Sudah ada robot di bandara. Dorong kaum muda untuk punya anak. (Beri) insentif untuk keluarga," usul @JamesPGoddard90.
Laporan terbaru dari Kementerian Tenaga Kerja (MOM) Singapura mencatat bahwa proporsi penduduk Singapura berusia 15 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam angkatan kerja mengalami sedikit penurunan. Angkanya menjadi 68,2% pada tahun ini atau turun dari 68,6% pada tahun 2023.
"Meskipun tingkat partisipasi angkatan kerja tetap tinggi, angka tersebut telah menurun selama tiga tahun berturut-turut karena meningkatnya proporsi lansia," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan pada tanggal 28 November.
Pihak kementerian mengatakan bahwa seiring bertambahnya usia angkatan kerja, upaya berkelanjutan untuk meningkatkan ketenagakerjaan dan kemampuan kerja pekerja lansia menjadi lebih penting dari sebelumnya.
(sar/ata)