Pemilik lahan memberikan penjelasan terkait pembongkaran makam pasangan suami istri (pasutri) di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang sebelumnya disebut dipicu perbedaan pilihan politik pada Pilkada Bulukumba 2024. Muhammad Ansar selaku pemilik lahan menegaskan kisruh terjadi karena salah paham.
"Sebenarnya tidak ada hubungannya pilkada ini," ujar Ansar kepada detikSulsel, Minggu (1/12/2024).
Ansar mengungkapkan, insiden berawal saat dirinya meminta warga bernama Nurmi, anak dari pasutri yang makam orang tuanya dibongkar, yang sering melintasi sela-sela rumahnya untuk mengambil jalan lain. Sementara, kata Asnar, saat itu ada anggota keluarganya yang sedang sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu malam, kebetulan dia (Nurmi) lewat. Saya teriaki. Kan, dia selalu lewat di sela-sela rumah saya. Saya bilang, 'Jangan dulu lewat di situ karena tante saya lagi sakit'. Karena 2 ji jalan, lewat di sana saja. Antara ranjangnya tanteku dengan jalanan itu 1 meter ji. Dan tante di situ tidur," katanya.
Ansar mengaku, dirinya tidak menduga permintaannya itu memicu respons negatif Nurmi di media sosial. Dia merasa tersinggung dengan unggahan yang menyebut dirinya dengan kata-kata tidak pantas.
"Dia bilang, 'Iye, iye, iye'. Begitu ji, dia tidak marah. Begitu dia pulang, dia bikin status (di media sosial). Saya dibilangi Tuan Takur, beleng-beleng, wajahnya seperti tumpang karisa (berwajah jelek). Siapa kira-kira tidak marah kalau dibilangi begitu?" ungkapnya.
Lebih lanjut, Ansar mengatakan bahwa bukan hanya Nurmi yang dirinya minta untuk sementara tidak melintas di sela-sela rumahnya. Kata dia, warga lain pun dia sampaikan permintaan serupa.
"Semua orang di situ yang dekat rumah saya kukasih tahu semua bilang jangan dulu lewat karena sakit tanteku," tambahnya.
Terkait permintaan pemindahan makam, Ansar mengaku semata-mata karena ketersinggungan dengan unggahan Nurmi terhadap dirinya. Terlebih, kata dia, keluarga Nurmi sebelumnya pernah tinggal di belakang rumahnya selama puluhan tahun.
"Setiap kali ada yang meninggal keluarganya dia minta sama saya, minta (lahan) kuburan. (Keluarga Nurmi juga) pernah tinggal di belakang rumah. Sekitar 50 tahun, mulai dari neneknya sampai dia. Baru 2 tahun lebih dia jual rumahnya itu," bebernya.
Diketahui, makam kedua orang tua Nurmi berada di Dusun Palattae, Desa Manjalling, Kecamatan Ujung Loe. Namun, kini sudah dipindahkan ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Manjalling.
"Ada perkuburan umum. Dikasih pindah ke perkuburan umum," ucap Ansar.
Diberitakan sebelumnya, kasus pemindahan makam pasutri di Bulukumba yang diduga dipicu perbedaan pilihan politik di Pilkada Bulukumba 2024 berakhir damai. Kisruh ini diselesaikan melalui mediasi aparat setempat.
"Ya, benar (sudah damai antara pemilik lahan dengan anak yang makam orang tuanya dibongkar dan dipindahkan). Tiga pilar, Kepala Desa Manjalling bersama Bhabinkamtibmas dan Babinsa sudah memediasi dan mendamaikan kedua pihak," ujar Kapolsek Ujung Loe AKP Abdul Muhaemin kepada detikSulsel, Minggu (1/12).
Proses mediasi dan damai kedua belah pihak berlangsung di kediaman pemilik lahan bernama Muhammad Ansar di Dusun Palattae, Desa Manjalling, Kecamatan Ujung Loe, Jumat (29/11). Warga bernama Nurmi yang makam kedua orang tuanya dibongkar hadir saat proses mediasi.
(asm/ata)