Astronom menemukan sebuah planet yang berukuran sama seperti Bumi yang mengorbit bintang katai merah yang diberi nama Speculoos-3b. Meski memiliki ukuran yang sama, eksoplanet yang baru ditemukan ini diketahui sangat berbeda dengan Bumi.
Dilansir dari detikINET, Jumat (15/11/2024), NASA mengungkap dalam siaran persnya jika planet terestrial ini dipanaskan dalam radiasi tinggi yang menyebabkan ia tidak punya atmosfer. Ada beberapa penjelasan yang membahas terkait penemuan Speculoos-3b ini.
Penemuan eksoplanet ini berasal dari proyek Search for Planets Eclipsing ULtra-cOOl Stars (Speculoos). Proyek ini merupakan jaringan teleskop internasional yang bertujuan mencari bintang redup galaksi dan planet berbatu yang mengorbitnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan laman Astronomy, tujuan dari proyek Speculoos adalah untuk mengidentifikasi sistem planet dan katai merah yang jumlahnya masih sangat banyak di luar angkasa. Para astronom berharap dengan penelitian ini dapat ditemukan eksoplanet yang dapat dihuni dan memiliki tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Para peneliti menemukan planet Speculoos-3b ini saat melintasi permukaan bintang dan akhirnya menyebabkan peredupan cahaya bintang. Transit tersebut dideteksi oleh jaringan teleskop robot global Speculoos.
Diketahui, data dari penemuan Speculooss-3b dapat mengarah pada penelitian yang lebih lanjut menggunakan teleskop luar angkasa James Webb. Konfigurasi planet dan lokasinya masih menjadi bahan penelitian selanjutnya.
"Kami membuat langkah besar dalam studi tentang planet yang mengorbit bintang lain. Langkah selanjutnya adalah menentukan apakah salah satu dari mereka layak huni, atau bahkan dihuni," ujar Steve B Howell, salah satu penemu planet di NASA Ames Research Center.
Lebih lanjut, Speculoos-3b diketahui mengorbit bintang katai merah dalam waktu 17 jam. Hal ini berarti satu hari di planet ini lebih pendek dari daripada satu hari di Bumi.
Pada satu sisi planet selalu menghadap matahari, sedangkan sisi lainnya diselimuti kegelapan. Dalam kata lain, siang dan malam di planet ini tidak pernah berakhir.
"Kami percaya planet berputar secara serempak. Sehingga sisi yang sama, yang disebut sisi siang hari, selalu menghadap bintang. Seperti halnya Bulan terhadap Bumi," ucap Michaël Gillon, astronom di University of Liège di Belgia dan penulis utama studi yang dipublikasikan di Nature Astronomy tersebut, dikutip dari The Guardian.
"Di sisi lain, sisi malam planet tersebut akan diliputi kegelapan tanpa akhir," imbuhnya.
Planet Speculoos-3b merupakan sistem planet kedua yang ditemukan di sekitar bintang yang hampir sama. Sebelumnya, telah terdeteksi tujuh planet berbatu sekitar Trappist-1, bintang katai merah lainnya yang berjarak 40 tahun cahaya dari Bumi.
Katai merah diyakini mencakup 70% bintang di galaksi Bima Sakti dan bertahan sekitar 100 miliar tahun. Akan tetapi, karena kemampuan ini membuat katai merah bintang berpeluang menjadi bintang terakhir yang bersinar di alam semesta.
Diketahui katai merah merupakan bintang yang sangat redup di langit. Hal ini menyebabkan para astronom harus mengamati bintang ini dalam beberapa minggu untuk mendeteksi planet yang melintas di depannya.
Umur bintang katai merah yang sangat panjang mengakibatkan planet lain yang mengorbitnya bersuhu cukup hangat untuk bisa menghadirkan kehidupan. Namun dalam kasus Speculoos-3b, kehidupan apapun tetap akan menghadapi lingkungan yang cukup ekstrem.
Speculoos-3b mempunyai orbit planet yang sempit dan menyebabkan planet itu dibombardir oleh radiasi. Energi yang masuk nyaris 16 kali lebih banyak per detik dibandingkan Bumi.
Ilmuwan planet di MI dan salah satu direktur Speculoos Northern Observatory, Julien de Wit, berpendapat bahwa peluang keberadaan atmosfer di sekitar planet Speculoos-3b sangat kecil kemungkinannya dalam lingkungan yang tidak memadai seperti itu. Karenanya peluang adanya kehidupan di Speculoos-3b menjadi sangat kecil.
(asm/sar)