- 1. Puisi tentang Hari Pahlawan: Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan
- 2. Puisi tentang Hari Pahlawan: Pangeran Diponegoro
- 3. Puisi tentang Hari Pahlawan: Untuk Tangan yang Penuh Darah di Masa Lalu
- 4. Puisi tentang Hari Pahlawan: Sejarah Mengajarkan
- 5. Puisi tentang Hari Pahlawan: Doa untuk Pahlawan
- 6. Puisi tentang Hari Pahlawan: Arsip Juang dan Kemerdekaan Abadi
- 7. Puisi tentang Hari Pahlawan: Mentari Indonesia
Setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Pahlawan. Hari peringatan ini menjadi momentum untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Tanah Air dari para penjajah.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk memeriahkan Hari Pahlawan ini. Mulai dari mengikuti upacara, ziarah ke makam pahlawan, hingga mempersembahkan puisi.
Puisi tentang Pahlawan biasanya menyampaikan terima kasih atas jasa para patriot yang gugur saat mempertahankan kemerdekaan. Tak hanya itu, juga bisa berisikan pesan-pesan bagi generasi penerus bangsa untuk mencontoh jiwa pejuang para pahlawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai referensi dan inspirasi, berikut ini detikSulsel menyajikan kumpulan puisi tentang Hari Pahlawan yang dapat dibaca pada 10 November 2024. Yuk simak!
1. Puisi tentang Hari Pahlawan: Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan
Judul: Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan
Karya: Siti Isnatun M
Di sebuah makam
jauh dari kehidupan
yang tersimpan hanyalah kenangan
akan keabadian yang temaram
Sepotong sunyi menepi
di antara nisan-nisan berjejer rapi
seolah jadi teman yang peduli
menyanyikan sepi tanpa henti
Berkalang tanah engkau para kebanggaan
tenggelam bersama keteladanan
betapa tamanmu kini sunyi dan sepi
seakan duniamu tlah ikut mati
Taman makammu makin tak terjamah
Perjuanganmu makin terlupa sejarah
Sungguh ironis dan menggugah
Semua terjadi saat jasamu terasa indah
Nisanmu yang dulu megah
kini tampak mulai layu dan jengah
bagai bunga kamboja berguguran ke tanah
tak terusik oleh deretan kisah
Sepotong sunyi terus menggelanyuti
taman makammu...wahai pahlawan negeri
Hati berbisik dengan sepi
akankah kami bisa berbagi
meski hanya kisah yang tak selesai
dari perjalananmu yang telah usai
Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan
Oleh: Siti Isnatun M, Umi N Mukhsin, Endah Susanti
2. Puisi tentang Hari Pahlawan: Pangeran Diponegoro
Judul: Pangeran Diponegoro
Karya: Endah Susanti
Meski kau berdarah ningrat,
namun kau hidup merakyat
Kau tak silau dengan kedudukan
Kau tak gentar dengan jabatan
Meski semua di depan matamu
Penindasan, eksploitasi rakyat, dan keserakahan
Dari itulah hatimu tergerak
Kau tak pernah rela tanah ini diambil paksa dan semena-mena
Kau yang tak rela melihat pribumi bodoh diinjak-injak
Diatur dan diperbudak
Semangat perjuangan berkobar di dadamu
Tak patah hanya dengan pengasingan
Tak takut hanya karena iming-iming penangkapan
Diponegoro kini telah tiada
Hanya gambar dan monumenmu yang mengingatkan negeri ini
Tentang kegigihanmu
Keberanianmu dan pernyataan sikapmu
Pada anak bangsa
Anak generasi Diponegoro
Perjuangan Diponegoro belum usai
Semangat Diponegoro harus selalu berkobar gagah
segagah Diponegoro
Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pahlawan
Oleh: Siti Isnatun M, Umi N Mukhsin, Endah Susanti
3. Puisi tentang Hari Pahlawan: Untuk Tangan yang Penuh Darah di Masa Lalu
Judul: Untuk Tangan yang Penuh Darah di Masa Lalu
Karya: Abu Musa Al-Asy'ari
Tulisan ini kubuat di malam pahit,
sepahit dua ratus butir obat penyembuh demam.
Tulisan ini juga kubuat dengan rasa yang terdalam,
sedalam tatapan mata seorang bayi kepada ibu-nya.
Daun pohon kelapa mungkin ikut merasakan apa yang malam ini kurasakan.
Namun semua tak berarti apa apa jika perbandingan datang untuk membandingkanku dengan para manusia yang dahulu memenuhi tangan nya dengan darah.
Ia adalah manusia yang ditulis namanya di dalam sejarah dengan tinta emas.
Para manusia yang bernama pahlawan.
Yang malamnya penuh dengan ketegangan, suara jeritan, disertai takut dengan kehilangan satu persatu dari golongan keluarga-nya.
Wahai manusia yang rela jatuh, yang rela gugur, rela mengorbankan raga dan jiwanya untuk kami, jiwa jiwa setelahmu.
Kau telah menjadi daun yang jatuh demi buah yang manis.
Tangan-mu yang dahulu memegang senjata runcing yang penuh darah itu, adalah sebuah persaksian di pengadilan hari akhir nanti.
Bahwa kau telah membuat ratusan juta jiwa jiwa. setelahmu merasakan indahnya kemerdekaan.
Tak berhenti di sana,
kau juga telah membuat sebait kata menjadi sebuah paragraf,
menyatukan sebutir gula hingga manis dengan secangkir kopi, dan merubah setetes air hingga menjadi ombak di laut lepas.
Terimakasih duhai pahlawan yang kau akan selalu harum di kalangan kami, meski kami tak kenal siapa dirimu.
Malam ini kuakhiri dengan perubahan
Jika tadi malamku pahit maka kini manis setelah aku mengingat perjuanganmu.
Aku adalah anak muda yang tak pantas sedih.
Karna kau jauh lebih sedih di masa yang penuh dengan penumpahan darah itu.
Terima kasih pahlawanku
Sumber: Buku Puisi Sejarah (130 Puisi Terbaik Lomba Tingkat Nasional)
Oleh: Firmansyah, Fatma Khulashatul Karomah, Shofiyah, Siti Khoningah, Sri Wardani [dan 125 lainnya]
4. Puisi tentang Hari Pahlawan: Sejarah Mengajarkan
Judul: Sejarah Mengajarkan
Karya: Dina Mariana
Nyala bara kebangkitan,
demi terbebasnya hidup dari ketidakadilan.
Tidak menyerah hingga bersimbah darah,
demi terlahirnya kemerdekaan.
Rela kehilangan nyawa,
demi tercapainya tujuan.
Tak instan, prosesnya sungguh melelahkan.
Tak bisa sendirian, terkumpulah persatuan.
Menyamakan langkah, bergandengan tangan.
Menitipkan harapan melalui pengorbanan.
Melangitkan doa, meminta pertolongan Tuhan.
Semuanya dengan perjuangan.
Bukan dengan tangan kosong penuh kepasrahan.
Begitulah sejarah mengajarkan.
Sebagai bekal pembelajaran di masa depan.
Sumber: Buku Puisi Sejarah (130 Puisi Terbaik Lomba Tingkat Nasional)
Oleh: Firmansyah, Fatma Khulashatul Karomah, Shofiyah, Siti Khoningah, Sri Wardani [dan 125 lainnya]
5. Puisi tentang Hari Pahlawan: Doa untuk Pahlawan
Judul: Doa untuk Pahlawan
Karya: Nurin Nuzulia
Tergetar hati
Saat memandang batu nisan tersusun rapi
Sadarkan diri akan arti pejuang suci
Doa selalu untuk pahlawan sejati
Yang telah mengukir sejarah negeri
Semoga Allah meridhoi semua perjuangan
Semoga Allah memberi kemuliaan
Sumber: Buku Puisi Kemerdekaan: Antologi Puisi
Oleh: Yamin, dkk
6. Puisi tentang Hari Pahlawan: Arsip Juang dan Kemerdekaan Abadi
Judul: Arsip Juang dan Kemerdekaan Abadi
Karya: Aliyudin
Sajak-sajak yang penuh luka itu milik siapa?
Di ujung tanduk sesal menyesal dalam bait yang kabur
Tampaklah kaki-kaki pincang yang terseok menohok dalam simbah luka
Bambu runcing yang tak pernah tumpul akan takdir
Walau seribu pulau yang dulu sempat dirampas oleh mereka bergetar-getar dalam getir
Kita adalah syair-syair yang malang, dirajah burit angin dan nasib yang ganas
Serupa ababila yang melemparkan batu dari neraka
Kita terlalu cemas tualang akan damai, sampai senja bahkan gilap tak serta-merta meradang
Dihadang peluru dan senapan panjang
Hujan deras yang menganak sungai di pipi kita baginya adalah tangis kesialan
Tiada guna dan makna apalagi kepentingan
Di sudut kota dengan ingar bingar tanpa dawai kesembuhan
Kenestapaan menyayat pembuluh nadi dan doa-doa terlampau sekarat
Mengamini harapan melayat pasrah pada Tuhan
Bus dan oplet yang penuh melaju meninggalkan kita
Mengabaikan segala abai pada kaki-kaki pincang bersimbah darah.
Berselimut kutuk, hama, luka, dan lengking kelaparan
Di atas tanah kita yang katanya milik mereka, tanah merah yang tergadai mendahaga
Pulangkan saja, surat kabar yang dulu menawarkan jutaan janji manis
Dalam arsip-arsip yang lapuk dan usang sekarang
Kita adalah manusia-manusia asing yang terkikis darah para leluhur, biarlah terkenang pada lembar-lembar uang
Nama jalan dan monumen nasional
Terima kasih juang para pahlawan.
Tanpa juangmu kita hanyalah manusia-manusia kerdil yang kehilangan keadilan
Tanpa jasamu kita hanya darah-darah yang mengalir dan berbau amis
Sumber: Buku Antologi Puisi Kemerdekaan
Oleh: Alfin Nirhayatul Islamiyah, dkk
7. Puisi tentang Hari Pahlawan: Mentari Indonesia
Judul: Mentari Indonesia
Karya: Bunda Azki
Derap langkah para penjaga paksa
Letupan senjata tanpa aksama
Ribuan nyawa hilang tanpa dosa
Hanya derai air mata yang berkuasa
Ketika doa dan air mata bersama
Penjuru bumi langit berkuasa
Sebilah bambu runcing mencakar angkasa
Kekuatan besar mencabar bumi seisinya.
Merdeka, merdeka, merdeka
Peluh dan lara berganti indahnya nirwana
Luka tikam menganga berganti senyuman sukma
Ribuan dera tergantikan secercah sinar khatulistiwa
Kisah romansa akan indah pada waktunya
Bukan karena kamu dan aku saja
Namun korelasi keduanya
Karena kita sama, kita adalah Indonesia.
Sumber: Buku Antologi Puisi Kemerdekaan
Oleh: Alfin Nirhayatul Islamiyah, dkk
Demikian kumpulan puisi bertema Hari Pahlawan yang bisa detikers bacakan di tanggal 10 November. Semoga bermanfaat ya!
(alk/alk)