Budayawan Singgung Ilmu Kebal Usai 2 Pria Tertusuk Badik Saat Angngaru

Budayawan Singgung Ilmu Kebal Usai 2 Pria Tertusuk Badik Saat Angngaru

Andi Sitti Nurfaisah - detikSulsel
Kamis, 07 Nov 2024 05:30 WIB
Pria di Pangkep meninggal tertusuk badik saat tampil angngaru.
Foto: Pria di Pangkep meninggal tertusuk badik saat tampil angngaru. (dok. istimewa)
Makassar -

Budayawan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Firman Saleh menanggapi dua kasus pria tertusuk badik saat melakukan persembahan adat angngaru di acara pernikahan. Menurutnya, persembahan angngaru dilakukan oleh anak mudah yang keyakinannya tidak penuh tentang tubuhnya kebal.

"Pertama, mungkin yang melakukan angngaru ini sudah generasi ke sekian. Menurut masyarakat, orang yang melakukan itu harus memiliki keyakinan penuh, sementara biasanya anak-anak sekarang itu, orang bilang keyakinannya tidak penuh, setengah-setengah," kata Firman Saleh kepada detikSulsel, Rabu (6/11/2024).

Firman mengatakan hal paling mendasar saat melakukan angngaru adalah keyakinan. Dia menegaskan pentingnya keyakinan bahwa tubuh kebal dengan badik saat melakukan persembahan angngaru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Meyakini seutuhnya bahwa dia hadirkan tubuhnya sama seperti apa yang dia pegang, kalau dia pegang besi maka tubuhnya itu adalah besi sehingga pada saat besi ketemu besi maka tidak terjadi apa-apa. Itu yang diyakini oleh orang dulu saat menjalani (angngaru) itu," jelasnya.

Selanjutnya, kemungkinan kedua ialah ada orang lain yang mampu menghilangkan ilmu kekebalan yang dimiliki orang yang melakukan angngaru. Hal itu biasanya membuat orang yang awalnya kebal akan senjata tajam menjadi bisa tertusuk oleh pusaka badiknya sendiri.

ADVERTISEMENT

"Jadi, ada kan pepatah 'di atas langit masih ada langit' , jadi orang yang punya kekuatan ilmu tapi ada yang lebih tinggi ilmunya," terang Firman.

"Bisa jadi karena 2 faktor itu, karena keyakinan kemudian karena ada yang mencoba menganggunya pada saat melakukan pertunjukan itu," tambahnya.

Firman menuturkan bahwa tradisi angngaru dihadirkan pada acara kerajaan atau saat menjemput tamu kerajaan dan dilakukan oleh orang-orang tertentu. Namun, hal itu sudah bertransformasi dengan dilakukan pada acara pernikahan.

"Kan (angngaru) itu bukan dilakukan pada saat pernikahan, tapi itu bertransformasi dilakukan oleh masyarakat dilakukan pada saat pernikahan karena dimaknai pernyataan sumpah setia," bebernya.

Dia mengatakan seharusnya penampil bisa menggunakan replika badik ketika acara pernikahan. Menurutnya, badik asli memiliki ketajaman racun yang tinggi sehingga dapat berakibat fatal jika dilakukan oleh orang yang tidak memiliki ilmu kekebalan.

"Kalau acara pernikahan, tidak sewajarnya menggunakan badik yang sesungguhnya. Mungkin ada yang tidak punya kekebalan, langsung dia menusukkan badik itu ke tubuhnya, itu fatal akibatnya," katanya.

"Harusnya dia menggunakan yang replika saja, kan hanya pertunjukan saja, hanya untuk menunjukkan inilah tradisi," sambungnya.

Lebih lanjut, Firman menjelaskan jika badik yang biasa digunakan terbuat dari besi malela. Badik itu disebut mematikan, jika terkena sedikit saja racunnya akan cepat menyebar.

"Apalagi ini, orang biasa menyebutnya besi malelah, badik yang kena sedikit saja memang mematikan, cepat menyebar ke seluruh tubuh, racunnya," ucapnya.

"Makanya kalau kita lihat videonya, langsung di tempat (meninggalnya), itu tidak lama. Kalau yang di Pangkep itu, kena sedikit saja (badiknya)," tambahnya.

Simak kasus tertusuk badik saat angngaru di halaman berikut...

Pemuda Tewas-Luka Saat Angngaru

Insiden dalam persembahan adat angngaru pertama terjadi di Kampung Malise, Kelurahan Pundata Baji Kecamatan Labakkang, Pangkep pada Selasa (29/10) sekitar pukul 11.00 Wita. Saat itu, pemuda berinisial F (18) tewas usai tertusuk badik di dada sebela kiri.

"Korban melaksanakan tradisi adat atau angngaru dengan menggunakan senjata tajam jenis badik pada saat penjemputan pengantin mempelai laki-laki," ujar Kapolsek Labakkang Iptu Aidil Akbar dalam keterangannya, Selasa (29/10).

Aidil mengatakan korban merupakan sepupu mempelai wanita. Saat mempersembahkan penampilan angngaru tersebut, korban tidak sengaja membuat badik menusuk dadanya.

"Tiba-tiba ujung senjata tajam badik yang dipakai oleh korban menembus masuk ke bagian dada sebelah kiri yang menyebabkan korban langsung jatuh," ucapnya.

"Korban meninggal dalam perjalanan ke Puskesmas Pundata Baji," lanjut Aidil.

Insiden kedua menimpa remaja berinisial R (19) di Dusun Palompong, Desa Pabentengan, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Senin (4/11) sekitar pukul 10.30 Wita. Beruntung korban hanya mengalami luka ringan.

"Insiden kecelakaan terjadi pada saat peragaan angngaru dalam sebuah resepsi pernikahan," ujar Kasubsi PIDM Humas Polres Gowa Ipda Udin Sibadu dalam keterangannya, Selasa (5/11).

Akibat tusukan badik, R menderita luka terbuka sekitar 2 cm dengan kedalaman 0,5 cm. Kemudian luka lainnya sebesar 4 cm dengan kedalaman 2 cm yang menyebabkan pendarahan aktif.

"Setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit, R kini diperbolehkan pulang dan melanjutkan pengobatan secara rawat jalan. Korban telah kembali ke rumahnya dan terlihat sudah bisa duduk serta berbincang bersama keluarga didampingi oleh Bripka Masbar dari Bhabinkamtibmas Desa Pabentengan," tuturnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Truk Tabrak Angkot Rombongan Peziarah di Sulsel, 13 Luka"
[Gambas:Video 20detik]
(hsr/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads