Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat diminati di Indonesia. Meskipun begitu, nasib ikan mas di Indonesia dan di Australia sangat jauh berbeda.
Dilansir dari detikINET, Jumat (25/10/2024), di Australia, ikan mas dianggap sebagai hama yang dapat merusak ekosistem perairan. Populasi ikan mas yang berkembang pesat menyebabkan kerugian bagi lingkungan dan keanekaragaman hayati di perairan Negeri Kangguru tersebut.
Mengutip dari ABC Australia, sebuah penelitian menemukan, sebanyak 360 juta ekor ikan mas tinggal di saluran air. Kepala ilmuwan Institut Arthur Rylah Bidang Penelitian Lingkungan, Jarod Lyon, menyebut jika 96 persen ikan mas ditemukan di daerah pantai timur Australia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ikan mas telah membawa perubahan yang buruk," ujar Lyon.
"Mereka membawa lumpur ke sungai, jumlahnya sudah terlalu banyak hingga mengalahkan spesies aslinya," lanjutnya.
Ikan mas di Australia terkenal sebagai ikan pemakan lumpur yang juga menyebabkan kerusakan kualitas air. Lyon menyebut hal ini mengancam keanekaragaman hayati di Australia.
Lyon mengungkap jika ikan mas sangat mudah beradaptasi dan membentuk lingkungan di sekitar agar sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka melakukan ini terutama melalui kebiasaan makan mereka sebagai pengumpan bawah, menelan seteguk lumpur untuk menangkap invertebrata dan kemudian memuntahkan lumpur lagi.
Hal ini menyebabkan gangguan pada kualitas air yang menjadi keruh, yang artinya hanya sedikit cahaya yang bisa menembus air. Karenanya, proses ini menyebabkan terhambatnya fotosintesis secara efektif, menimbulkan kerusakan pada ekosistem dan spesies asli yang bergantung padanya.
Ikan mas di Australia memiliki sedikit predator alami. Hal ini semakin memudahkan populasinya untuk tumbuh secara tidak terkendali, memperburuk dampak negatifnya terhadap ekosistem.
Hal ini pula yang menyebabkan ikan mas mendominasi perairan, bersaing dengan ikan asli dalam hal makanan dan lingkungan. Ikan mas juga bahkan dapat memangsa telur dan anak ikan dari spesies lain.
Imbas dari permasalahan ini adalah daya tarik wisata perairan mengalami penurunan. Sementara ikan mas merugikan nelayan karena mengurangi jumlah tangkapan ikan komersial.
Mengenai permasalahan ini, pemerintah Australia telah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan populasi ikan mas, mulai dari penangkapan massal, pengendalian biologis dengan memanfaatkan predator alami, hingga pembatasan penyebaran ikan mas. Namun, upaya ini masih belum menunjukkan hasil yang signifikan karena sifat ikan mas yang sangat adaptif dan sulit dikendalikan.
Sementara di sisi lain, ikan mas di Indonesia menempati posisi istimewa sebagai sumber pangan yang lezat dan mudah diakses. Cita rasanya yang gurih dan tekstur dagingnya yang lembut menjadikannya bahan baku berbagai hidangan, mulai dari yang sederhana seperti ikan mas goreng hingga yang lebih kompleks seperti pepes ikan mas dan gulai ikan mas.
Budidaya ikan mas di Indonesia pun telah berkembang pesat, baik di kolam air tawar, keramba jaring apung, maupun sawah. Hal ini yang membuat nasib ikan mas di Indonesia dan di Australia sangat jauh berbeda.
(asm/sar)