Mengenal Permainan Layang-layang Lake Ajang Warga Polman Rajut Kebersamaan

Sulawesi Barat

Mengenal Permainan Layang-layang Lake Ajang Warga Polman Rajut Kebersamaan

Abdy Febriady - detikSulsel
Sabtu, 07 Sep 2024 17:00 WIB
Warga di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), antusias bermain layang-layang khas suku Mandar yang diberi nama lake.
Foto: Warga di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), antusias bermain layang-layang. (Abdy Febriady/detikcom)
Polewali Mandar -

Warga di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), antusias bermain layang-layang khas suku Mandar yang diberi nama lake. Permainan ini menjadi ajang silaturahmi bagi warga Polman khususnya dari suku Mandar.

Layang-layang lake berbentuk seperti burung dengan ekor menjuntai. Layangan ini terbuat dari kayu dan bambu lalu dibungkus menggunakan kertas minyak yang beraneka warna.

Salah satu tempat favorit warga menerbangkan layang-layang lake adalah di Dusun Katitting, Desa Tandung, Kecamatan Tinambung, Polewali Mandar. Sejak dua bulan terakhir, hamparan tanah kering di tempat ini selalu ramai dipadati para pecinta layangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tiap hari datang ke sini untuk bermain layangan lake," ujar salah satu pemain layangan lake, Agussalim kepada wartawan, Sabtu (7/9/2024).

Menurut Agussalim, aktivitas bermain layang-layang lake kerap dilakukan hingga malam hari. Tergantung kondisi angin yang menjadi penentu jika layangan ingin diterbangkan.

ADVERTISEMENT

"Tidak menentu kita main berapa lama, tergantung angin. Biasa juga kita main pada malam hari kalau memang kondisi angin bagus pada saat itu," katanya.

Diakui Agussalim, bermain layangan bukan sekadar menyalurkan hobi yang memberi kepuasan untuk melestarikan permainan tradisional khas suku Mandar. Lebih dari itu, bermain layangan lake baginya menjadi ajang silaturahmi untuk merajut kebersamaan.

"Ini untuk kebersamaan silaturahmi istilahnya, kalau kepuasannya tidak bisa diungkapkan, yang jelas ada kebanggaan tersendiri, apalagi jika layang-layang lake buatan kita menarik perhatian pecinta layang-layang lainnya," terangnya.

Warga di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), antusias bermain layang-layang khas suku Mandar yang diberi nama lake.Warga di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), antusias bermain layang-layang khas suku Mandar yang diberi nama lake. (Abdy Febriady/detikcom)

Hal yang sama diungkapkan warga bernama Kumis. Pria berusia 65 tahun ini mengaku tidak pernah ketinggalan membuat layangan lake untuk diterbangkan saat musim angin timur.

"Pokoknya kalau angin timur sudah datang, saya bersama keluarga pasti kesini bermain layangan. Layang-layang lakenya saya buat sendiri," ucapnya bersemangat.

Kumis menegaskan, bermain layangan lake adalah kebanggaan baginya. Diakui, kebanggaan itu juga diturunkan kepada anak dan cucunya.

"Memang kalau dipikir ini permainan yang bisa dibilang tidak ada gunanya bahkan menghabiskan waktu. Tapi permainan ini adalah kebanggaan bagi kami, apalagi jika layangan lake yang kami buat bisa terbang sempurna, rasanya tidak bisa diungkapkan. Apalagi anak cucu juga semuanya ikut bermain layangan lake," jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Sementara itu, salah satu penggiat seni dan budaya Mandar, Adil Tambono mengungkapkan bahwa bermain layangan lake mengajarkan kesabaran serta tanggung jawab bagi yang memainkannya.

"Permainan ini dilakukan pada waktu panas terik matahari, jika layangan terlepas saat diterbangkan karena benangnya putus, maka layangan akan dikejar oleh pemiliknya, bahkan tidak jarang dibantu oleh warga lainnya," terang Adil.

Adil mengemukakan, layangan lake terdiri dari empat bagian. Layangan ini diibaratkan seperti bidadari yang terbang di angkasa.

"Ada bagian kepala, sayap, pinggul dan ekor. Layangan lake merupakan simbol imajinatif seperti seorang anak bidadari yang terbang di angkasa dengan rambut panjang terurai serta melantunkan kidung-kidung syahdu," bebernya.

Adil menjelaskan bahwa setidaknya ada dua bagian menonjol pada layang-layang lake yang dikenal dengan nama Pata dan Busor-busor.

"Busor-busor terbuat dari bambu yang telah dikeruk tipis dan bentuknya menyerupai busur, lalu ditempelkan pada bagian belakang layangan. Busor-busor ini akan mengeluarkan bunyi khas jika diterpa angin layaknya lagu rindu dalam simfoni kearifan lokal," terangnya.

"Sedangkan pata merupakan corak atau model yang terdapat pada bagian ekor layang-layang lake. Berdasarkan perkembangan zaman, pata menjadi ajang seni kreatif para perupa atau pelukis untuk menggambar pata se elegan mungkin," sambungnya.

Meski begitu, Adil mengaku tidak mengetahui sejak kapan dan siapa yang pertama kali mempopulerkan layangan lake khas suku Mandar ini.

"Tidak ada data otentik yang menunjukkan nama penemu dan asal daerah layangan lake. Tokoh yang mempopulerkan layangan tersebut tidak diketahui hingga kini," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(hsr/hmw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads