Petani di Kecamatan Seram Utara Timur Seti, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Maluku, membiarkan tomatnya membusuk di kebun gegara harga jualnya anjlok. Harga tomat menurun drastis dari harga Rp 18.000 per kilogram menjadi Rp 1.000 per kilogram.
"Kita sengaja biarkan tomat mengering lalu membusuk di kebun karena kalau dijual dengan harga Rp 1.000 per kilogram kita rugi," kata petani tomat Desa Seti Bakti, Sukanto (43) kepada detikcom, Jumat (6/9/2024).
Sukanto menyebut merosotnya harga tomat itu disebabkan keterbatasan pasar untuk menerima hasil panen yang saat ini lagi melimpah. Selama ini, kata dia, tomat hanya dipasarkan di dalam Maluku Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang ini panennya melimpah, tetapi tomat hanya dipasarkan di Maluku Tengah karena tidak tersedianya pasar di luar Maluku Tengah. Makanya harganya pun turun dari sebelumnya Rp 18.000 per Kg kini menjadi Rp 1.000," jelasnya.
Sukanto mengatakan dengan harga tersebut membuat petani tidak kembali modal. Padahal saat menggarap lahan, dia mengatakan petani perlu membeli bibit, pupuk dan biaya pemeliharaan.
"Kalau dihitung-hitung dengan tomat seharga 1.000 per Kg kita tidak kembali modal. Sebab saat membuka lahan kita butuh uang membeli bibit, pupuk dan pemeliharaan," ungkap Sukanto.
Petani tomat lainnya, Susanto (59) mengatakan harga tomat yang anjlok ini disebabkan tingginya produksi tomat di sentra produksi yang tidak seimbang dengan kebutuhan pasar. Dia pun meminta pemerintah dapat menyediakan pasar baru.
"Solusinya, setidaknya pemerintah dapat menyediakan tempat pengolaaan yang bisa menyerap tomat. Disaat harga anjlok, pemerintah hadir membeli tomat dengan harga jual yang bisa kembali modal," harapnya.
Sementara itu, detikcom telah mengonfirmasi Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Maluku Tengah, Arsad Slamat terkait persoalan anjloknya harga tomat di pasaran. Namun Arsad belum memberikan penjelasan.
(sar/asm)